Blogger Widgets Mohammad Apriyansyah: TIDUR, MIMPI, RITME SIRKADIAN

murid

Senin, 14 Juli 2014

TIDUR, MIMPI, RITME SIRKADIAN



MAKALAH TIDUR, MIMPI, RITME SIRKADIAN



Created By :
Mohammad Apriyansyah
4611332008



UNIVERSITAS MERCU BUANA
FAKULTAS PSIKOLOGI
KAMPUS D BEKASI
2014

Kata Pengantar

         Tidak ada orang pada masa kini yang mengenal psikologi, bagaimanapun psikologi telah menyentuh semua bagian aspek kehidupan termasuk dalam mengubah pandangan kita terhadap sekitar. Karena psikologi mempengaruhi begitu banyak aspek kehidupan kita, penting juga kiranya bagi mereka yang tidak bermaksud memperdalam diri dalam disiplin ilmu ini sekedar mengetahui fakta-fakta dasarnya. Pelajaran psikologi dapat memberikan pengertian yang lebih baik tentang sebab-sebab mengapa, misalnya, orang berpikir dan bertindak seperti yang mereka lakukan, dan memberikan pandangan untuk menilai perilaku dan reaksi yang akan anda lakukan sendiri.
        Gambaran singkat tentang makalah ini, ialah membahas tentang tidur , mimpi , dan irama sirkadian. Meskipun makalah yang anda baca ini merupakan hasil pergulatan yang sangat panjang dan melelahkan tetapi kami belum merasa begtu puas karena masih demikian banyak hal-hal yang tidak kami ketehaui secara lebih mendalam lagi.
         Terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kekuatan dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini dan terimakasih kepada Ibu Rizki Dawanti, M.Psi.Psi yang telah menginstruksikan kami untuk menyusun makalah ini yang membahas tentang tidur , mimpi , irama sirkadian.
Akhirnya kami mengucapkan terimakasih kepada semua yang terkait atas terbentuknya makalah dengan pembahasan ini.
Dita Khoirunnisa
Muhammad Apriansyah

Daftar isi

Kata pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
A.   Latar belakang masalah
B.   Rumusan masalah
C.   Tujuan
Bab II Pembahasan
A.   Tidur
B.   Mimpi
C.   Irama sirkadian
Bab III Hasil
A.   Kesimpulan
B.   Daftar pustaka








BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar belakang masalah
     Perkembangan kehidupan yang dinamis membuat sebagian besar masyarakat khusus nya di kota-kota besar memiliki jadwal kegiatan yang  sangat padat sehingga berdampak pada tidak teratur nya  kebutuhan istirahat.
      Pada makalah ini saya akan membahas tentang tidur , mimpi , dan irama sirkadian dan memberikan penjelasan secara spesifik tentang kegiatan tidur .
B.   Rumusan masalah
1.     Apakah pengertian tentang tidur ?
2.     Apakah faktor – faktor tentang tidur ?
3.     Apakah mimpi itu ?
4.     Bagaimanakah irama sirkadian terhadap tidur ?
5.     Bagaimanakah masalah atau gangguan pada tidur ?
C.   Tujuan
       Tujuan pembuatan makalah tentang tidur ini adalah agar dapat mengetahui pengertian tentang tidur , faktor-faktor yang mempengaruhi fisiologi tidur , serta mengetahui pengaruh irama sirkadian terhadap tidur , dan masalah pada gangguan tidur.



BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian tidur 

          Tidur adalah proses yang amat diperlukan oleh manusia untuk terjadinya pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh. Hal penting yang terjadi pada saat kita tidur adalah menurunnya frekuensi gelombang otak.
         Tidur sangat dibutuhkan untuk konsolidasi, yaitu sebuah proses dimana terjadi perubahan sinapsis yang membuat ingatan yang baru saja disimpan menjadi lebih bertahan lama dan stabil (Sickgold, 1995).
Jadi dengan memahami proses penurunan frekuensi gelombang otak, kita dapat melihat bahwa tidur memiliki beberapa tahapan, mulai dari kondisi relaksasi (gelombang alpha), tidur dengan mimpi (adanya REM – Rapid Eye Movement) atau dalam kondisi kreatif yaitu gelombang theta, dan tidur lelap tanpa mimpi pada frekuensi gelombang Delta.
Jika kita dapat mengatur frekuensi gelombang otak kita sampai pada taraf gelombang Delta, kita tidak memerlukan waktu tidur yang panjang, tetapi tidur yang berkualitas yaitu lelap tanpa mimpi. Jika kita sering berada dalam kondisi relaksasi, maka kita tidak memerlukan banyak tidur. Ketegangan dan stress membuat kita membutuhkan banyak tidur, namun justru dalam kondisi tersebut kita menjadi susah tidur.
     2.1 FISIOLOGI TIDUR
Tidur adalah suatu periode istirahat bagi tubuh berdasarkan atas kemauan serta kesadaran dan secara utuh atau sebagian fungsi tubuh yang akan dihambat atau dikurangi. Tidur juga digambarkan sebagai suatu tingkah laku yang ditandai dengan karakteristik pengurangan gerakan tetapi bersifat reversible terhadap rangsangan dari luar.
Tidur dibagi menjadi dua tahap secara garis besarnya yaitu :
1.      Fase rapid eye movement (REM) disebut juga active sleep.
2.      Fase nonrapid eye movement (NREM) disebut juga quiet sleep.
Non Rapid Eye Movement merupakan keadaan aktif yang terjadi melalui osilasi antara talamus dan korteks. Tiga sistem utama osilasi adalah kumparan tidur, delta osilasi, dan osilasi kortikal lambat. Kumparan tidur merupakan sebuah cirri tahap tidur NREM yang dihasilkan dari hiperpolarisasi neuron GABAnergic dalam nukleus retikulotalamus. Hiperpolarisasi ini menghambat proyeksi neuron kortikotalamus. Sebagai penyebaran diferensiasi proyeksi kortikotalamus akan kembali ke sinkronisasi talamus. Gelombang delta dihasilkan oleh interaksi dari retikulotalamus dan sumber piramidokortikal sedangkan osilasi kortikal lambat dihasilkan di jaringan neokorteks oleh siklus hiperpolarisasi dan depolarisasi
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16-20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam/hari pada orang dewasa.

    Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu:

1.      Tidur stadium Satu.
Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa, betha dan kadang gelombang theta dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K
2.      Tidur stadium dua
Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang theta simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan komplek K
3.      Tidur stadium tiga
Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak gelombang sleep spindle.

4.      Tidur stadium empat
Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran EEG didominasi oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep spindle. Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih insten dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua organ akan dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi eraksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam. Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal ini pada EEG-nya masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola berubah sehingga persentasi total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai dengan kematangan sel-sel otak, kemudian akan masuk ke periode awal tidur yang didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada dewasa muda dengan distribusi fase tidur sebagai berikut:
-         NREM (75%) yaitu stadium 1: 5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 : 12%; stadium 4 : 13%
-         REM; 25 %.
    Pada manusia, tidur dibagi menjadi lima fase yaitu :

1.      Tahapan terjaga
Fase ini disebut juga fase nol yang ditandai dengan subjek dalam keadaan tenang mata tertutup dengan karakteristik gelombang alfa (8–12,5 Hz) mendominasi seluruh rekaman, tonus otot yang tinggi dan beberapa gerakan mata. Keadaan ini biasanya berlangsung antara lima sampai sepuluh menit.
2.      Fase 1
Fase ini merupakan fase perpindahan dari fase jaga ke fase tidur disebut juga twilight sensation. Fase ini ditandai dengan berkurangnya gelombang alfa dan munculnya gelombang teta (4-7 Hz), atau disebut juga gelombang low voltage mix frequencies (LVM). Pada EOG tidak tampak kedip mata atau REM, tetapi lebih banyak gerakan rolling (R) yang lambat dan terjadi penurunan potensial EMG. Pada orang normal fase 1 ini tidak berlangsung lama yaitu antara lima sampai sepuluh menit kemudian memasuki fase berikutnya.
3.      Fase 2
Pada fase ini, tampak kompleks K pada gelombang EEG, sleep spindle (S) atau gelombang delta (maksimum 20%). Elektrokulogram sama sekali tidak terdapat REM atau R dan kedip mata. EMG potensialnya lebih rendah dari fase 1. Fase 2 ini berjalan relatif lebih lama dari fase 1 yaitu antara 20 sampai 40 menit dan bervariasi pada tiap individu.
4.      Fase 3
Pada fase ini gelombang delta menjadi lebih banyak (maksimum 50%) dan gambaran lain masih seperti pada fase 2. Fase ini lebih lama pada dewasa tua, tetapi lebih singkat pada dewasa muda. Pada dewasa muda setelah 5 –10 menit fase 3 akan diikuti fase 4.

5.      Fase 4
Pada fase ini gelombang EEG didominasi oleh gelombang delta (gelombang delta 50%) sedangkan gambaran lain masih seperti fase 2. Pada fase 4 ini berlangsung cukup lama yaitu hampir 30 menit.
6.      Fase REM .
Gambaran EEG tidak lagi didominasi oleh delta tetapi oleh LVM seperti fase 1, sedangkan pada EOG didapat gerakan mata (EM) dan gambaran EMG tetap sama seperti pada fase 3. Fase ini sering dinamakan fase REM yang 6 biasanya berlangsung 10 –15 menit. Fase REM umumnya dapat dicapai dalam waktu 90-110 menit kemudian akan mulai kembali ke fase permulaan fase 2 sampai fase 4 yang lamanya 75-90 menit. Setelah itu muncul kembali fase REM kedua yang biasanya lebih lama dari eye movement (EM) dan lebih banyak dari REM pertama. Keadaan ini akan berulang kembali setiap 75 – 90 menit tetapi pada siklus yang ketiga dan keempat , fase 2 menjadi lebih panjang fase 3 dan fase 4 menjadi lebih pendek. Siklus ini terjadi 4 – 5 kali setiap malam dengan irama yang teratur sehingga orang normal dengan lama tidur 7 – 8 jam setiap hari terdapat 4-5 siklus dengan lama tiap siklus 75 – 90 menit.
 Waktu tidur

Waktu tidur dapat dibagi tiga bagian yaitu sepertiga awal, sepertiga tengah, sepertiga akhir. Pada orang normal, sepertiga awal tidur lebih banyak dalam fase 3 dan 4, sepertiga tengah lebih banyak tidur dangkal (fase 2) serta sepertiga akhir lebih banyak fase REM. Siklus tidur pada tiap individu berbeda dan relative dipengaruhi oleh usia, sebagai contoh pola tidur pada laki – laki muda (20 – 29 tahun ), pertengahan (40-49 tahun) dan tua (70 – 90 tahun) akan memberikan gambaran pola tidur yang berbeda.1,5 Pertambahan umur seseorang dapat menyebabkan total waktu tidur menurun sedangkan waktu terjaga tetap. Pada orang tua tidur sering terlihat gelisah dan waktu terjaganya menjadi lebih lama. Sedangkan pada orang muda 15% waktu tidurnya dihabiskan pada fase 4. Fase 4 biasanya tidak ditemukan pada orang tua, demikian juga lama fase REM akan mengalami penurunan yaitu 28 % dari pascapubertas menjadi 18% pada orang tua. Hal ini menunjukkan bahwa tidur menjadi lebih singkat sehingga menyebabkan berkurangnya kesegaran sesuai bertambahnya usia.

2.2  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TIDUR
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Di antara faktor yang dapat memengaruhinya adalah :

1.     Penyakit
            Sakit dapat memengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang dapat memperbesar  kebutuhan tidur seperti penyakit yang disebabkan oleh infeksi, terutama infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan dengan keletihan, sehingga penderitanya membutuhkan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak bisa tidur.
2.      Latihan dan kelelahan
            Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal tersebut terlihat pada seseorang yang telah melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan. Maka, orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek.
3.      Stres psikologis
            Kondisi stres psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa. Seseorang yang memiliki masalah psikologis akan mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.
4.     Obat
            Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang mempengaruhi proses tidur jenis golongan obat diuretik dapat menyebabkan insomnia, antidepresan dapat menekan, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia dan golongan narkotik dapat menekan RF:M sehingga mudah mengantuk.
5.     Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Konsumsi protein yang tinggi maka sescorang tersebut akan mempercepat proses tcrjadinya tidur, karcna dihasilkan triptofan yang merupakan asam amino hasil pencernaan protein yang dicerna dapat membantu mudah tidur. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga memengaruhi prosca tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur.
6.     Lingkungan
            Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya lingkungan yang tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.
7.     Motivasi
            Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, dapat memengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk tidak tidur dapat mcnimbulkan gangguan proses tidur.
2.3 TAHAPAN TIDUR
     Tahap tidur  berhubungan dengan banyak sekali perubahan elektrofisiologis yang terjadi di seluruh otak. Tahapan dalam siklus tidur, masing-masing ditentukan oleh jenis aktivitas otak yang terjadi. Selama tahap 1 sampai 3, seseorang akan merasa mengantuk, tertidur, dan jatuh tertidur nyenyak tanpa mimpi. Tahap 4 disebut tidur dengan gerakan mata cepat (rapid eye movement/REM) di mana mimpi terjadi. Selama beberapa jam tidur normal, seseorang akan melalui beberapa siklus tidur yang mencakup tahap tidur REM dan tahap tidur non-REM.
Berikut penjelasan rinci tahapan tidur:
   Tahap 1: ditandai dengan gelombang theta, yang menunjukan rileks dan bersifat perlahan.
   Tahap 2: Gelombang theta berlanjut tetapi mulai berbaur dengan sleep spindle atau kumparan tidur.
Tahap 1 dan 2 merupakan tahap tidur ringan, dan bila sesorang dibangunkan pada saat ini, mereka belum merasa tidur
   Tahap 3: biasanya ditandai dengan gelombang delta 50%
   Tahap 4: ditandai dengan gelombang delta lebih bdari 50%
Tahap 3 dan 4 sering disebut sebagai tidur delta. Tidur delta merupakan tidur yang paling lelap, otot-otot melemas dan bila dibangunkan pada tahap ini, biasanya akan terjadi kebingungan atau kehilangan orientasi

2.4 TIDUR DELTA
Tidur delta adalah tahap tidur di mana gelombang delta EEG lazim atau dominan (tidur tahap 3 dan 4). Disebut tidur “gelombang lambat” karena aktivitas otak melambat secara dramatis dari ritme tahap 2 ”theta” ke ritme yang lebih lambat 1 sampai 2 siklus per detik yang disebut “delta” dan amplitudo gelombang meningkat secara dramatis.
Gelombang otak delta adalah gelombang otak yang paling lambat diantara gelombang otak lainnya dan menjadi salah satu pola gelombang otak yang paling sulit dimengerti. Pada orang normal, gelombang otak delta bisa menjadi dominan ketika memasuki tahap terdalam dalam kondisi tidur. Ketika kita memasuki tahap yang terdalam, aktivitas otak melambat, yang berarti bahwa amplitudo dari gelombang otak kita meningkat.
Pernahkah Anda pada saat kondsi tidur tapi berjalan sendiri atau berbicara sendiri pada tengah malam? Selama berjalan atau berbicara pada saat kondisi tidur, otak tetap dalam frekuensi gelombang delta dan orang tersebut sama sekali tidak menyadari apa yang sedang mereka lakukan. Inilah sebabnya mengapa pada saat seperti ini biasanya subjek berbicara yang tidak masuk akal.
Meskipun kebanyakan orang bisa mengalami frekuensi gelombang delta pada saat tidur di malam hari, tetapi ada orang lain dapat mengalaminya sepanjang hari. Jika seseorang mengalami gelombang delta lebih dari rata-rata pada umumnya seperti pada waktu siang hari, maka otak mungkin sangat tidak fokus. Orang dengan aktivitas delta lebih dari rata-rata pada umumnya seperti pada waktu siang hari mungkin mengalami hal-hal seperti hiperaktif, kelelahan, lesu, dan khawatir demi orang lain.
Tingginya kadar delta dapat menyebabkan orang merasa tidak fokus dan lesu. Mereka juga mungkin dapat merasakan emosi orang lain lebih daripada dirinya sendiri. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa gelombang delta adalah tanda empati terhadap orang lain, atau kemampuan untuk berempati dengan keadaan emosi orang lain.
Untuk menghindari fase delta yang terlalu banyak pada siang hari, yang akhirnya menghambat aktivitas kerja kita, maka kita harus tidur nyenyak malam hari. Tidak tidur pada malam hari menyebabkan kesulitan dalam berkonsentrasi pada saat siang hari.
Gelombang otak bermanfaat untuk mengontrol frekuensi otak. Ingatlah bahwa manfaat utama dari gelombang delta yaitu untuk membantu mendapatkan tidur malam yang baik, nyenyak dan yang paling penting adalah berperan dalam pengembalian energi ke otak dan tubuh pada saat tidur.

2.5 KEKURANGAN TIDUR
Ketika kita tidak mendapatkan tidur yang cukup, badan kita bekerja dengan tidak normal. Contoh: menurunnya kadar hormon yang dibutuhkan untuk perkembangan otot normal dan fungsi sitem kekebalan tubuh (Leproult, Van Reeth, dkk., 1997). Pada sebuah kasus, laki-laki 51 tahun mengalami kekurangan tidur. Setelah semakin merasakan lelah yang amat sangat, dia terserang infeksi jantung dan meninggal. Hasil otopsi menunjukkan bahwa dia telah kehilangan hampir semua saraf besar di dua (2) area dari talamus yang berkaitan dengan tidur dan ritme sirkadian hormonal (Lugaresi dkk, 1986)
Leproult dkk (1997) mengatakan bahwa kekurangan tidur yang kronis dapat meningkatkan hormon stres kortisol, yang dapat merusak atau menggangu selsel otak yang dibutuhkan untuk pembelajaran dan ingatan. Selain itu, sel-sel otak yang baru dapat gagal berkembang atau dapat juga tumbuh secara abnormal (Guzman-Marin dkk., 2005). Mungkin sebagai dampak dari kerusakan itu adalah terganggunya fleksibilitas mental, atensi, dan kreativitas. Setelah beberapa hari berada dalam keadaan terjaga terus menerus, biasanya seseorang akan mulai mengalami halusinasi dan delusi (Dement, 1978).

2.6 GANGGUAN TIDUR
Gangguan tidur adalah gangguan pola tidur normal. Ada sejumlah gangguan tidur yang berkisar dari sulit tidur hingga sleep apnea.
   Insomnia
Menurut National Sleep Foundation sekitar 10% dari orang dewasa diganggu oleh insomnia kronis, yaitu kesulitan untuk merasa mengantuk atau tetap tertidur. Gangguan tidur jenis Insomnia ini adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik itu secara kualitas maupun dalam hal kuantitas. Insomnia dapat terjadi karena kecemasan dan kekhawatiran, masalah psikologis, artritis, dan bekerja atau belajar secara tidak teratur dan dalam kondisi yang terlalu menuntut.
Penyebab lain dari rasa kantuk di siang hari adalah sleep apnea, yaitu suatu gangguan di mana proses bernapas berhenti sejenak saat tidur, menyebabkan orang tersebut tersedak dan sesak napas, lalu terbangun sesaat.

   Sleep apnea
Gangguan tidur jenis ini adalah suatu kondisi terhentinya nafas secara periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengatup berlebihan pada siang hari, sakit kepala disiang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi.
Sleep apnea memiliki beberapa penyebab, diantaranya terhalangnya jalan udara hingga kegagalan otak untuk mengatur pernafasan dengan tepat, hal ini dapat menyebabkan seseorang mengalami tekanan darah yang tinggi dan detak jantung yang tidak teratur.
   Narkolepsi
Narkolepsi adalah suatu gangguan tidur berupa serangan rasa kantuk tiba-tiba dan tidak terduga pada siang hari yang membuat seseorang langsung masuk ke dalam tahap tidur REM. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur” atau sleep attack. Narkolepsi kemungkinan disebabkan oleh menurunnya fungsi dari sejumlah saraf dalam hipotalamus, yang bisa disebabkan oleh malfungsi kekebalan tubuh atau abnormalitas genetis (Lin, Hungs, & Mingot, 2001; Mieda dkk., 2004).
Fungsi tidur
      Kegunaan tidur masih tetap belum jelas. Tidur dipercaya mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis . Menurut teori tidur adalah waktu perbaikan dan  persiapan untuk periode waktu terjaga berikut nya.
         Teori lain tentang kegunaan tidur adalah tubuh menyimpan energi selama tidur . Otot skelet berelaksasi secara progresif, dan tidak adanya kontraksi otot menyimpan energi kiia untuk proses selular.




B.   Mimpi 

        Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra-indra lain dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid eye movement/REM sleep).
        Kejadian dalam mimpi biasanya mustahil terjadi dalam dunia nyata, dan di luar kuasa pemimpi. Perkecualiannya adalah dalam mimpi yang disebut lucid dreaming. Dalam mimpi demikian, pemimpi menyadari bahwa dia sedang bermimpi saat mimpi tersebut masih berlangsung, dan terkadang mampu mengubah lingkungan dalam mimpinya serta mengendalikan beberapa aspek dalam mimpi tersebut.
        Freud percaya bahwa mimpi dipicu oleh keinginan yang tidak dapat diterima sering kali bersifat seksual yang ditekan. Ia mengatakan bahwa karena mimpi merepresentasikan keinginan-keinginan yang tidak dapat di terima maka mimpi yang kita alami ( mimpi manifest ) kita semata-mata merupakan versi terselubung dari impian impian riil ( mimpi laten ) kita. Sebuah sensor tak sadar menutupi dan mengurangi informasi dari impian nyata kita sehingga kita dapat terus memikulnya. Oleh karena itu freud menyimpulkan bahwa salah satu kunci untuk memahami orang dan menangani masalah psikologis mereka adalah memaparkan makna mimpi – mimpi laten mereka melalui intepretasi mimpi-mimpi manifesnya.
        Pemimpi juga dapat merasakan emosi ketika bermimpi, misalnya emosi takut dalam mimpi buruk. Ilmu yang mempelajari mimpi disebut oneirologi.

Setiap budaya memiliki teori masing-masing mengenai mimpi. Dalam beberapa budaya, mimpi dipercaya terjadi ketika roh atau jiwa meninggalkan tubuh fisik untuk berpetualang menjelajah dunia atau berbicara dengan para dewa. Pada budaya lainnya, mimpi dianggap sebagai pengungkapan masa yang akan datang.
       Para peneliti percaya bahwa setiap orang bermimpi, dna bahkan kebanyakan orang yang mengatakan tidak pernah bermimpi, pasti dapat melaporkan terjadinya mimpi saat ia dibangunkan pada tidur REM. Ada beberapa kasus yang sangat langka dari beberapa orang yang tampaknya sama sekali tidak pernah bermimpi, kebanyakan dari individu ini mengalami gangguan atau cedera pada otak (pagel, 2003; Solms, 1997).
       Dalam mimpi, pusat perhatian kita adalah diri kita sendiri, walaupun terkadang kejadian di luar diri, sepert bunyi sirine yang melengking dapat mempengaruhi isi miimpi. Ketika mimpi berlangsung, mimpi tersebut dapat terlihat sangat hidup dan jelas namun dapat juga terlihat samar-samar.
       Walaupun kebanyakan dari kita menyadari mengenai tubuh kita atau di mana kita berada saat mimpi, beberapa orang mengatakan bahwa mereka terkadang memiliki lucid dream, di mana mereka mengetahui bahwa mereka sedang bermimpi dan seolah-olah mereka sadar akan hal tersebut (laBergee, 1986; La Bergee & Levitan, 1995).




Ada empat (4) teori yang menjelaskan mengenai mimpi, yaitu:
1. Psikoanalisis
2. Berfokus pada masalah (problem-focused approach)
3. Kognitif
4. Aktivasi-Sintesis
1. Psikoanalisa
       Sigmund Freud menganalisis mimpi-mimpi dari pasiennya dan beberapa mimpinya sendiri, kemudian menyimpulkan bahwa fantasi-fantasi yang kita alami di malam hari memberikan gagasan atau penjelasan mengenai keinginan, motif-motif, dan konflik-konflik yang sering kali tidak kita sadari- sebuah jalan emas menuju ketidaksadaran”. Dalam mimpi kita dapat mengekspresikan semua hasrat dan keinginan terpendam, yang seringkali merupakan sesuatu yang terkait dengan seksualitas dan kekerasan.
Setiap mimpi memiliki makna, tidak peduli seberapa aneh gambaran yang terlihat dalam mimpi itu. Tetapi bila sebuah pesan dalam mimpi menimbulkan kecemasan, bagian rasional dari pikiran harus menyingkirkan atau mengubahnya. Kalau tidak, mimpi dapat masuk ke dalam kesadaran dan membangunkan si pemimpi tadi.
2. Berfokus pada masalah
       Mimpi merefeksikan hal-hal dalam kehidupan kita yang pada saat itu terus menerus memenuhi pikiran, seperti masalah atau urusan kita mengenai hubungan dengan kekasih, pekerjaan, aktivitas seks, ataupun kesehatan (Hall, 1953; Cartwright, 1977).Simbol-simbol dan metafora dalam mimpi tidak menutupi makna sesungguhnya, mereka malah menyatakannya. Mimpi cenderung menggambarkan isi yang terkait dengan keadaan seseorang pada saat ini (Domhoff, 1996). Peristiwa traumatis juga dapat mempengaruhi mimpi seseorang. Mimpi tidak hanya merefleksikan kecemasan utama kita saat ini, namun juga memberikan kesempatan bagi kita untuk mengatasinya (Barrett, 2001; Cartwright, 1990, 1996).
3. Pendekatan Kognitif
       Mimpi menekankan perhatian kita saat ini, tetapi tidak menyatakan pemecahan masalah selama kita tidur. Mimpi merupakan modifikasi dari aktivitas kognitif yang terjadi saat kita terbangun.Kita membangun simulasi yang masuk akal dari dunia nyata, menggunakan jenis ingatan, pengetahuan, metafora, dan anggapan-anggapan mengenai dunia yang sama seperti yang kita lakukan ketika kita tidak sedang tidur (Domhoff, 2003, Antrobus, 1991, 2000; Foulkes, 1999). Isi mimpi dapat mencakup pikiran-pikiran, konsep-konsep dan skenario yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan masalah sehari-hari kita. Dalam pandangan kognitif, otak melakukan aktivitas kerja yang sejenis dengan kerja yang dilakukan saat kita terjaga. Beberapa bagian dari korteks serebral yang terlihat aktif saat kita terlibat dalam proses persepsi dan kognitif sangat aktif pada saat kita bermimpi. Bedanya, bahwa saat tidur kita terlepas dari proses input sensorik dan umpan balik dari dunia maupun pergerakan tubuh; satu-satunya input yang masuk ke otak adalah output dari otak itu sendiri.
4. Teori Aktivasi-Sintesis
      J. Allan Hobson (1988, 1990) mengatakan bahwa mimpi bukan merupakan “anak-anak dari otak yang diam” melainkan merupakan hasil dari neuron-neuron bagian bawah otak (pons) yang bekerja secara spontan selama tidur REM.  
       Sinyal-sinyal yang berasal dari pons tidak memiliki makna psikologis sendiri. Tetapi korteks kemudian mencoba untuk membuatnya menjadi bermakna, dengan mensintesiskan atau mengintegrasikan sinyal-sinyal ini dengan pengetahuan dan ingatan-ingatan yang sudah ada untuk menghasilkan intepretasi yang logis.
         Batang otak menentukan respon-respon bagian yang bertanggung jawab atas hal-hal emosional dan visual pada otak. Pada saat yang bersamaan, area otak yang mengatur pikiran logis dan sensasi dari dunia luar tertutup. Perubahan ini menjelaskan fakta mengapa mimpi seringkali membangkitkan respon-respon emosional, halusinasi, dan tidak logis.
C.   Ritme Sirkadian
           Istilah circadian atau sirkadian pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Franz Halberg, seorang berkebangsaan Jerman pada tahun 1959 untuk menjelaskan terjadinya perubahan fungsi-fungsi tubuh pada diri manusia. Istilah ini berasal dari bahasa latin, “circa” yang berarti ‘sekitar’ dan “dies” yang berarti ‘satu hari’. Jadi yang disebut circadian adalah perubahan fungsi-fungsi tubuh pada diri manusia yang terjadi dalam satu hari. Karena perubahan fungsi-fungsi tubuh tersebut mengikuti satu ritme tertentu, maka konsep circadian ini lebih dikenal dengan sebutan ritme sirkadian (circadian rhytm).
          Tayyari dan Smith (1997) mendefinisikan ritme sirkadian sebagai proses-proses yang saling berhubungan yang dialami tubuh untuk menyesuaikan dengan perubahan waktu selama 24 jam. Fungsi-fungsi tubuh yang dimaksud antara lain suhu badan, tingkat metabolisme, kesiagaan, detak jantung, tekanan darah, pola tidur-bangun, kemampuan mental, dan komposisi kimia tertentu pada tubuh. Fungsi-fungsi tubuh tersebut akan meningkat atau sangat aktif pada siang hari tetapi akan menurun atau tidak aktif pada malam hari atau sebaliknya. Masa selama siang hari disebut sebagai fase ergotropic dimana kinerja manusia berada pada puncaknya, sedangkan masa malam hari disebut fase trophotropic dimana terjadi proses istirahat dan pemulihan tenaga.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ritme sirkadian menjadi dasar fisiologis dan psikologis pada siklus tidur dan bangun harian. Ini berarti fungsi dan tahapan fisiologis dan psikologis memiliki suatu ritme yang tertentu selama 24 jam sehari, sehingga ritme sirkadian seseorang akan terganggu jika terjadi perubahan jadwal kegiatan seperti perubahan shift kerja. Dengan terganggunya ritme sirkadian pada tubuh pekerja akan terjadi dampak pada pekerja seperti gangguan gastrointestinal, gangguan pola tidur dan gangguan kesehatan lain.
Semua bentuk ritme biologis, termasuk ritme sirkadian, dipengaruhi oleh faktor internal (endegenous) dan eksternal (exogenous). Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu. Beberapa peneliti percaya bahwa pusat internal dari ritme ini terletak di suatu area di otak yang disebut suprachiasmatic nuclei (SCN), namun hal ini belum dapat dibuktikan secara ilmiah dan sampai saat ini masih menjadi perdebatan. Faktor eksternal berhubungan dengan lingkungan natural di luar tubuh seperti siklus gelap-terang (siang-malam), suhu ruang, perubahan-perubahan musim, interaksi sosial dengan individu yang lain serta waktu/jam makan yang semuanya mempengaruhi siklus aktivitas fungsi-fungsi tubuh.
Karena ritme biologis ini berulang dalam rentang waktu kurang lebih 24 jam dan dipengaruhi oleh faktor eksternal terutama gelap-terang (siang-malam) dsb maka ritme atau pola atau irama atau siklus ini dapat dikaitkan dengan satuan waktu yakni jam sehingga ritme sirkadian juga sering disebut atau diasosiasikan dengan jam biologis tubuh manusia.
JAM BIOLOGIS TUBUH MANUSIA
Pernahkah Anda bertanya, mengapa saat malam kita mengantuk? Atau mengapa bila masyarakat pedesaan yang belum ada listrik cenderung tidur lebih cepat? Jawabannya adalah karena adanya hormon melatonin. SCN akan memerintahkan tubuh untuk sekresi hormon melatonin ini saat hari sudah gelap. Selanjutnya, hormon melatonin akan memerintahkan tubuh untuk beristirahat. Namun dengan kehadiran lampu listrik yang membuat suasana malam hari menjadi terang menghambat sekresi hormon melatonin, sehingga saat ini jam tidur manusia lebih larut malam daripada sebelumnya.
Tubuh kita dapat beradaptasi sampai batasan tertentu. Misalnya, untuk pekerja yang bekerja saat malam hari, SCN akan beradaptasi sampai batas tertentu dalam sekresi hormon melatonin sehingga mereka akan tetap terjaga walaupun hari sudah gelap. Bila malam semakin larut, kita akan lebih merasakan kantuk, ini disebabkan hormon melatonin yang dihasilkan semakin meningkat dan juga turunnya suhu tubuh dan tekanan darah dalam tubuh. Naik turunnya aktivitas tubuh dalam sekresi hormone melatonin ini merupakan salah satu contoh dari jam bilogis (biological clock) atau ritme sirkadian tubuh manusia.
Shift kerja erat kaitannya dengan ritme circadian terutama untuk shift kerja malam. Manusia tidak ideal untuk bekerja pada malam hari karena mempengaruhi perubahan ritme circadian dimana mempengaruhi fungsi fisiologis yang berhubungan dengan kapasitas performance kerja. Fungsi fisiologis tubuh berubah dalam 24 jam, dalam waktu yang bersamaan fungsi tubuh tersebut tidak dapat bekerja secara maksimum ataupun minimum. Pada umumnya fungsi tubuh meningkat pada siang hari dan melemah pada sore hari dan menurun pada malam hari untuk melakukan pemulihan dan pembaharuan (Silaban, 2000 ; Astrand & Rodahl, 1986). Selain itu terdapat kecenderungan melalui timbulnya rasa kantuk pada waktu-waktu tertentu, tidak perduli sudah tidur atau belum-lebih banyak belum. Perasaan paling mengantuk pada saat jam-jam di awal pagi hari (02.00-07.00) dan kurang lebih saat siang hari (14.00-17.00).
Ketidakcocokan antara waktu kerja dengan ritme sirkadian ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan, antara lain:
   Kelelahan kronis, yaitu perasaan lelah yang sangat hebat yang kemudian dapat menyebabkan terjadinya penyakit lain serta penurunan motivasi. Selain itu, gangguan ini juga menyebabkan terjadinya penurunan selera makan.
   Masalah gastrointestinal (pencernaan),  seseorang yang bekerja pada malam hari memiliki kecenderungan unutuk menderita gangguan pencernaan. Hal ini disebabkan adanya ritme sirkadian yang turun naik sehingga menciptakan kesulitan pada lambung untuk mencerna makanan pada malam hari.
   Meningkatkan risiko penyakit jantung karena tekanan-tekanan pada jantung akibat aktivitas berat di malam hari.




BAB III
HASIL

A.   Kesimpulan
  • Tidur merupakan keadaan tidak sadar yang relatif lebih responsif terhadap rangsang internal.
  • Tidur dibagi menjadi dua tahap secara garis besarnya yaitu fase rapid eye movement (REM) disebut juga active sleep, fase nonrapid eye movement (NREM) disebut juga quiet sleep.
  • Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur yaitu : penyakit, latihan dan kelelahan, stress psikologis, obat, nutrisi, lingkungan, motivasi.
  •  Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra-indra lain dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid eye movement/REM sleep).






DAFTAR PUSTAKA

Ø http://yulianaeka.blog.unissula.ac.id/2013/01/26/psikologi-umum/
Ø Buku biopsikologi edisi ketujuh ( John P.J. Pinel )
Ø  http://id.wikipedia.org/wiki/Ritme_sirkadian










Tidak ada komentar:

Posting Komentar