MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCUBUANA
2 0 1 4
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi kesempatan kepada
kami untuk dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini sebagai pembahasan
tugas Psikologi Pendidikan yang bertemakan “ Pelajar Yang Luar Biasa ”.
Kami
menyadari bahwasanya Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu,
kritik dan saran selalu kami harapkan dari semua ihak untuk membangun demi
kesempurnaan tugas Makalah ini.
Demikian
kami sampaikan terima kasih kepada bapak yang sudah membaca dan memberikan kritik
untuk kelompok kami dan semoga Allah SWT meridhai segala usaha kita, Aamiin .
Karawang,
3 Juni 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di Indonesia, angka anak dengan kebutuhan khusus belum
tercatat secara spesifik. Paling sedikit 10% anak usia sekolah menyandang
kebutuhan khusus, maka di Indonesia dengan Anak Usia sekolah (5-14 tahun)
sebesar 46juta anak, diperkirakan sekitar 4 juta membutuhkan pendidikan yag
khusus. Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Ststistik (BPS),
diperkirakan ada 351.000 Anak berkebutuhan Khusus dibawah 5tahun.
Dalam makalah ini kami akan mengelompokan ciri-ciri anak
berkebutuhan khusus, metode pembelajaran yang tepat untuk menghadapinya serta
model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
B.
Rumusan Masalah
-
Dasar-dasar
anak berkebutuhan khusus
-
Jenis
Gangguan yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus
-
Isu pendidikan yang berkaitan dengan anak yang menderita
ketidakmampuan yaitu dari aspek hukum, penempatan dan pelayanan, orang tua
sebagai mitra pendidikan dan teknologi
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
ANAK
– ANAK PENYANDANG DISABILITAS
1.
Disabilitas
a.
Pengertian
Disabilitas
adalah ketidak mampuan anak dalam menerima pelajaran atau pendidikan seperti
anak anak umumnya. Disabillitas dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok,
yaitu disabilitas fisik, mental dan fisik-mental.
Pada
umumnya anak mengalami kesulitan belajar membaca, menghitung dan memahami atau
yang sering disibut disleksia, disgrafia dan diskalkula.
•
Disleksia
Disleksia
adalah ketidak mampuan memahai dan mengerjakan, tidak dapat menuliskan dengan
benar apa yang telah di dengr, pada umumnya disleksia.
• Disgrafia
Disgrafia
adalah ketidak mampuan anak dalam menuliskan sesuatu, biasanya penyadang
disabilitas disgrafia mengalami kesulitan dalam penulisan dan saat menuliskan
sesuatu membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan anak-anak
semuarnya.
• Diskalkulia
Diskalkulia
adalah ketidak mampuan anak dalam materi hitungan, biasanya anak dengan
penyandang diskalkulia tidak bisa menceritakan kejadian yang telah dialaminya
dengan lengkap ( ada bagian-bagian yang hilang ). Sulit untuk mengoprasikan
itungan ( + , - , x , : ) .
b.
Penyebab dan strategi-strategi intervensi
Penyebab ketidak mampuan belajar sampai saat ini belum di
ketahui apa yang menyebabkannya, namun dari beberapa ahli ada yang berpendapat
bahwa ketidak mampuan belajar ( disabilitas ) desebabkan oleh pertumbuhan saat
berada pada janin, atau faktor genetik yang terdapat pada salah satu orang tua
anak. Sehinga dalam hal ini faktor genetik juga berengaruh. Rata-rata anak
dengan kelahrian berat badan di bawah rata-rata memiliki kemungkinan lebih
besar mengalami disabilitas.
Strategi intervensi adalah pengulangan dalam pemberian
materi belajar, dimana anak yang mengalami kesulitan belajar mendapatkan
perhatian khusus dari seorang guru. Misalnya, ani adalah siswa yang mengalami
disleksia, dengan strategi interverensi maka seorang guru akan memberi waktu
intensife terhadap ani untuk memahami suatu materi hingga ani memahami betul
tentang materi yang telah di berikan.
2. Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktiv
Karakteristik ADHD adalah :
1. Kurang mampu memperhatikan
Anak mengalami kesulitan kesulatan fokus pada satu hal
dan mungkin bosan dengan tugas setelah hanya beberapa menit. Satu studi
menemukan bahwa masalah dalam mempertahankan perhatian adalah jenis yang paling
umum dari masalah perhatian pada anak-anak dengan ADHD .
2. Hiperaktiv
Anak hiperaktiv menunjukan tingginya tingkat aktivitas
fisik, hampir seakan semua menjadi gerakan.
3. Implusif
Mengalami kesulitan membatasi reaksi mereka dan tidak
melakukan pekerjaan berpikir dengan baik sebelum bertindak.
Anak-anak dengan ADHD layar, mereka dapat didiagosis
sebagai :
a. ADHD anak dengan didiagnosis dengan kurangnya kemampuan
untuk memperhatikan
b. ADHD anak dengan hiperaktiv dan Implunsiv
c. ADHD dengan
kurangnya perhatian dan hiperaktiv/ implunsif,
Penentu ADHD paling sulit ditentukan karena, sangat
familiar, dalam khasus anak – anak ADHD pihak sekoalah tidak boleh menilai atau mendiagnosis anak
mengalami gangguan ADHD, karena hanya spesialis saja yang dapat memndiaggnosis
hal teersebut, karena jika pihak sekolah yang memberikan penilaiaan tersebut
dapat memperburuk citra sekolah dan guru.
Penyebab ADHD
adalah faktor genetik atau perrtumbuhan otak yang tak normal, khususnya otak
bagiaan prefontal.
3. Keterbelakangan
mental
a.
Pengertian
Retardasi mental adalah kondisi sebelum 18 tahun yang di
tandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan
sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Retardasi mental tertuju pada
sekelompok kelainan pada fungsi intelektual dan defisit pada kemampuan adaptif
yang terjadi sebelum usia dewasa. kemampuan adiptif adalah kematangan diri dan
sosial seseorang dalam melakukan
kegiatan umum sehari sesuai dengna usia dan berkaitan dengan budaya kelompok.
akan tetapi klasifikasi retardasi mental lebih tergantung pada hasil penilaian
IQ dari pada kemampuan adiptif.
Retardasi merupakan masalah dunia dengan implikasi yang
besar, terutama bagi negara berkembang di perkirakan angka kejadian retardasi
mental berat sekitar 0.3% dari seluruh populasi, dan hampir 3% mempunyai IQ di
bawah70. sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bisa dimanfaatkan,
karena 0,1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan sepanjang
hidupnya. (swaiman KF, 1989)
Klasifikasi tingkat Retardasi mental nilai IQ
Retardadi
mental ringan 52-69
Retardas
mental sedang 36-51
Retardasi
mental berat 20-35
Retardasi
mental sangat berat Di
bawah 20
•Retardasi mental
ringan
retardasi mental ringan dinilai masih mampu didik masuk
sekolah (dan masuk les) dan membutuhkan pendidikan khusu. merupakan 85% dari
jumlah penderita retardasi mental kebanyakan bisa membantu diri sendiri,
walaupun mereka memiliki pertimbangan, sensitivitas sosial. dan tilikan yang
terbatas.
•Retardasi sedang
merupakan 10% dari
aeluruh jumlah penderita retardasi mental. biasanya sudah dikenali sejak
tahun-tahun persekolahan. mereka dinilai
“mampu di latih” , dapat mempelajari ketrampilan kerja yang sederhanadapat
membaca setingkat kelas 2 sekolah bantu diri sendiri di lingkungannya. mereka
cenderung terlihat kikuk dan cenderung tidak terkordinasi.
•Retardasi berat
3-4% dari seluruh
penderita retardasi mental, mereka termasuk penderita retardasi mental yang
independen.mampu berbicara yang paling sederhana, tetapi membutuhkan suatu
institusi atau pengasuh suportif yang intens. sering di temukan malformasi dan
cacat fisik yang berat.
•Retardasi sangat berat
merupakan 1% dari
seluruh penderita retardasi mental, mereka tergantung secara total kepada orang
laindan biasanya mempunyai kerusakan neurologiyang bermakna, tidak bisa
berjalan atau berbicara. ( psikeatri,242)
b.
Faktor-
Faktor
secara garis besarnya faktor penyebabnya dapat
di bagi menjadi 4 golongan yaitu : (soetjiningsih , 1994 )
1. faktor
genetik
akibat
kelainan kromosom
•kelainan
jumlah kromosom, misalnya trisomi kromosom 21 atau di kenal dengan mongolia
atau down syndrom.
•kelaina
bentuk kromosom
2. faktor
prenatal
dimaksud
adalah keadaan tertentu yang sudah di ketahui ada sebelumnya atau pada saat
kelahiran, tetapi tidak dapat di pastikan sebabnya.
3. faktor
perinantal
•
Proses kelahiran yang lama, misalnya plasenta previa , ruptur tali umbilikus.
•Posisi
janin yang abnormal seperti letak bokong atau melintang, anomali uterus, dan
kelainan bentuk jalan lahir.
•kecelakaan
dalam proses melahirkan atau distress fatal.
4. faktor pascanantal
•akibat
infeksi (meningitis, ensifalitis, meningoensefalitis, dan infeksi).
•trauma
kapitis dan tumor otak
•kelainan
tulang tengkorak.
•kelainan
endokrin dan metabolik, keracunan pada otak, serta faktor sosio-budaya.
(
buku ajaran asuhan keperawatan dengan gangguan sistem persarafan,427)
c.
Ciri-ciri
penderita
retardasi mental bisa di kenali dengan
1. penampilan
fisik tida seimbang, isalnya kepala terlalu keci/besar, mulut melono, mata
sipit atau mongoloid, badan bungkuk
2. kecerdasan
terbatas.
3. tidak
dapat menguru diri sendiri tanpa bantuan orang lain sesuai usia.
4. perkembangan
bahasa sangat terbatas
5. tidak
ada /kurang sekali dengan keadaan lingkungan (pandangan kosong) dan
perhatiannuya labil, sering berpindah-pindah
6. sering
ngiler, atau keluar cairan dari mulut.
7. koordinasi
gerakam kurang. tidak terkendali.
Bila
di tinjau dari gejalanya retardasi dapat di bagi menjadi 2:
1. tipe
klinik
biasanya di ketahui sejak dini, memiliki
penyebab organik, dan sangat membutuhkan bantuan orang lain, kelainan fisik
sudah sangat terlihat.
2.
tipe sosial-budaya
biasanya di ketaui stelah mengikuti
kegiatan persekolahan. penampilannya seperti anak normal, retardasi ringan
termasuk tipe retardasi sosial-budaya.
d.
PengobatandanPencegahan
•Manajemen
Terapi
manjemen
terapi yang mungkin di berikan pada anak dengan retardasi mental diantaranya
adalah :
1. dokter
anak memeriksa fisik anak secara lengkao dan mengobati kelainan penyakit yang
mungkin ada.
2. Pikologi
menilai perkembangan mental terutama kognitif anak.
3. Pekerja
sosial untuk menilai situasi keluarga bila di anggap perlu.
•
Pencegahan
1. Preventive
primer
•memberikan
perlindungan spesifik pada penyakit tertentu
( melakuka imunisasi )
•meningkatkan
kesehatan dengan memberikan gizi yang baik, mengajarkan cara hidup sehat.
2. Prevnetive
sekunder
•mengidentifikasi
penyakit sedini mungkin
•diagnosis
dini PKU (fenilketonuria) dan hipotiroid di tanggulangi ( untuk mencegah kerusakan lebih lanjut)
•koreksi
defek sensoris kemudian dilakukan stimulus dini (stimulus sensoris, speech
terapist)
4.
Gangguan Fisik
Gangguan fisik pada anak meliputi ortopedi seperti
cerebal plasy,dan gangguan kejang, banyak ddengan gangguan fisik memerlukan
pendidikan khusu dan layanan terkait, seperti transportasi, terapi fisik,
pelayanan kesehatan, dan laanan psikologi.
a. Ortopedi adalah gangguan keterbatasan masalah gerakan,
karena otot dan tulang sendi. Ortopedi dapat disebabkan karena gangguan
prenatal atau perinatal dapat juga karena penyakit atau kecelakaan. Sedangkan
cerebal plasy adalah gangguan gerakan bicara atau gemetar, penyebab utama cerebal
plasy adalah kurangnya suplai oksigen saat lahir.
b. Gangguan kejang, serring di kenal dengan eppilepsi,
merupakan gangguan neurologis yang ditandai dengan diserangnya sensor motorik
berulang uang, atau gerakan kejang kejang.
c. Gangguan penglihatan gangguan penglihtan anak terjadi
ddengan perbandingan 1 : 1000 anak, dengan kata lain gangguan penglihatan masih
sangat kecil, gangguan penglihatan dapat diatasi dengan berbiccara pelan saat
di depan kelas.
d. Gangguan pendenganran membuat belajar anak sangat sulit,
gangguan pendengaran saat kelahiran pertama dengan tingkat keparahan yang
signifikan sangat berpengaruh pada kemampuan bahasa anak itu sendiri,
pendekatan belajar bagi siswa pendenganran dapat melalui 2 thap, yaitu : pendekatan
lisan dan manual.
5. Gangguan Bicara dan Bahasa
Gangguan dimaksud dengan gangguan bicara dan bahasa
adalah terjadinya gangguan atau keterlambatan pada anak dalam berbicara atau
menggunakan bahasa di dalam kehidupan sehari-harinya.Anak mengalami
keterlambatan yang tidak sesuai dengan tahapan perkembangan di usianya.
Gangguan
bicara dan bahasa berhubungan erat dengan area lain yang mendukung proses
tersebut, seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran. Keterlambatan ini
bisa dimulai dari bentuk yang paling sederhana, seperti bunyi suara yang ‘tidak
normal’ (sengau atau serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau
menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme oral-motor dalam fungsinya
untuk berbicara dan makan.
Yang
termasuk dalam gangguan wicara dan bahasa antara lain: gangguan perkembangan
artikulasi, gangguan kelancaran berbicara (gagap), terlambat bicara dan bahasa,
gangguan Dysphasia dan Aphasia (ketidakmampuan
membentuk kata dan menangkap arti kata), gangguan disintegratif pada
kanak-kanak, gangguan “Multisystem Development Disorder” (anak yang mengalami
gangguan komunikasi, sosial, dan sensoris) (http://cae-indonesia.com/apa-itu-gangguan-bicara-dan-bahasa/)
6.
Ganguan Spektrum Autisme
Autism
menjadikan seorang anak membutuhkan perhatian lebih dari orang-orang di
sekitarnya. Rumitnya ketidak mampuan seorang anak pada kondisi autism umunya
muncul di awal , dalam 3 tahun pertama kehidupanna. Pendekatan terkini
mengidentifikasikan bahwa satu dari 250 anak terlahir dengan bentuk spectrum
autis. Gangguan system saraf ini meyebabkan kemunduran kemampuan berbahasa dan
berbicara, dan perlahan mempengaruhi hubungan
dan komunikasi dengan sesama.
Dalam
mencari metode penyembuhan, orang ua dan pengasuh umumnya mengamati perilaku
sejak awal, karena usia anak masih muda dan kemampuan komunikasinya yang
terbatas. ( Miracle of cell healing , 2006 )
7.Gangguan Emosi dan
Perilaku
Gangguan
emosi dan perilaku dikaji dengan berbagai kombinasi dari ansietas, depresi, dan
emosi-emosi lain, dan juga satu pelanggaran terhadap hak-hak orang lain atau
norma-norma dan aturan-aturan sosial utama yang disesuaikan dengan umur,
gejala-gejala reaksi-reaksi penyesuaian remaja biasanya menjadi tampak pada
kira kira usia 10 sampai 12 tahun dan di pandang sebagai respons psikososial
pada perubahan fisik dan psikososial umum pada remaja. ( buku saku diagnose
keperawatan pada keperawatan psikiatri, 1998 )
B.
ISU-ISU PENDIDIKAN YANG MELIBATKAN ANAK PENYANDANG DISABILITAS
1). ASPEK HUKUM
Menurut hukum,
sekolah negeri diharuskan melayani semua anak yang memiliki keterbatasan dalam
lingkungan yang sedapat mungkin tidak membatasi. Dalam hal ini akan
mengeksplorasi aspek-aspek hukum dalam menghadapi anak-anak yang memiliki
keterbatasan, mendeskripsikan dengan singkat penempatan dan layanan yang
tersedia bagi anak-anak dan memeriksa peran orang tua dan teknologi dalam
mendidik anak-anak yang memiliki keterbatasan.
Dimulai pada pertengahan 1960-an, badan
pembuat undang-undang, pengadilan federal, dan Kongres AS menentukan hak-hak
pendidikan bagi anak-anak yang memiliki keterbatasan, sebelumnya, sebagian
besar anak-anak yang memiliki keterbatasan ditolak atau tidak dilayani dengan
baik oleh sekolah-sekolah. Pada tahun 1975, Perwakilan Rakyat mengesahkan
Education fo all handicapped children act yaitu sebuah undang-undang pendidikan
bagi semua anak cacat yang mengharuskan bahwa semua siswa yang memiliki keterbatasan
diberi pendidikan yang bebas biaya dan layak serta memberikan pembiayaan untuk
membantu mengimplementasikan pendidikan itu.
Ada banyak anak dengan latar belakang
dan kebutuhan khusus yang berbeda-beda di setiap program, sekolah dan kelas.
Anak-anak dengan kebutuhan khusus beserta keluarga seharusnya mendapat
pendidikan dan pelayanan yang akan membantu mereka berhasil di sekolah dan
dalam kehidupan. Pemerintah federal sudah mengeluarkan beberapa aturan untuk
menjaga dan mendorong keterbatasan. Salah satu hukum federal yang paling
penting adalah Individuals with Desabilities Education Act (IDEA), yang awalnya
ditetapkan pada tahun 1975 dan disahkan kembali oleh Kongres pada tahun 2004.
Individuals with Disabilities Education Act
(IDEA). Tujuan dari IDEA adalah memastikan bahwa semua anak penyandang cacat
mendapatkan pendidikan gratis yang tepat dengan menekankan pada pendidikan
khusus dan pelayanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan unik mereka, untuk
memastikan bahwa hak anak-anak dengan keterbatasan dan orangtua atau wali yang
dilindungi, untuk mendampingi negara dan pemerintah daerah dalam menyediakan
pendidikan untuk semua anak penyandang cacat, dan untuk menilai dan memastikan
keefektifan upaya mendidik anak-anak dengan keterbatasan.
IDEA mendefinisikan anak-anak dengan keterbatasan sebagai
anak-anak dengan gangguan mental, gangguan bicara atau bahasa (termasuk
kebutaan), gangguan emosi serius, gangguan ortopedis, autisme, trauma otak,
gangguan kesehatan lainnya atau gangguan belajar khusus lainnya; dan anak-anak
yang karenanya perlu pendidikan dan pelayanan khusus. Jumlah anak muda dari
umur sampai sebelas yang berada dibawah IDEA pada tahun ajaran 2001 meliputi:
-
Semua
penyandang cacat: 2.729.822
-
Gangguan
belajar khusus: 897.833
-
Gangguan bicara
dan bahasa: 981.716
-
Gangguan
mental: 168.595
-
Gangguan emosi:
131.254
-
Cacat ganda:
50.450
-
Gangguan fungsi
pendengaran: 31.889
-
Gangguan
ortopedis: 30.041
-
Gangguan
kesehatan lainnya: 299.344
-
Gangguan fungsi
penglihatan: 11.448
-
Autisme:
109.869
-
Buta-tuli: 592
-
Trauma otak:
7.876
-
Pertumbuhan
lambat: 78.915
Sekitar 10 sampai 12 persen anak-anak
di seluruh negara menyandang cacat. Ini berarti dalam kelas dengan 20 – 25
siswa akan mempunyai setidaknya dua atau tiga anak dengan beberapa jenis cacat.
Tujuh Aturan IDEA. IDEA membuat tujuh
aturan dasar dengan memberikan pendidikan dan pelayanan lain kepada anak-anak
berkebutuhan khusus, yaitu:
1. Tanpa penolakan. IDEA mendorong
pendidikan untuk semua anak tanpa kecuali untuk mendapat pendidikan yang
sesuai. Sementara sebelum IDEA banyak anak dikeluarkan dari program pendudukan
atau ditolak sekolah, tapi sekarang ini bukan
masalah.
2. Penilaian tanpa diskriminasi dan
penugasan multidisipliner. Penilaian yang adil diperlukan untuk menentukan
apakah siswa memiliki kemamuan dan kalau mereka berkemampuan, apa yang harus
ada dalam pendidikan siswa. IDEA menetapkan penggunaan prosedur tes yang tidak
ditentukan dengan bebas dalam pelabelan dan penempatan siswa untuk pelayanan
pendidikan khusus. Hal ini meliputi:
- Menguji siswa-siswa dalam bahasa ibu
mereka, jika memungkinkan, dan
- Menggunakan prosedur evaluasi yang
terpilih dan mengatur supaya tidak terjadi diskriminasi budaya atau ras
3. Penilaian multidisipliner. Ini adalah
pendekatan kelompok dimana sekelompok orang menggunakan berbagai metode dalam
menilai anak-anak. Dengan menggunakan penilaian multidisiplin (MDA)
membantu memastikan kebutuhan anak dan
program tidak akan ditentukan oleh suatu tes atau satu orang.
4. Pendidikan yang tepat. Pelayanan dan
instruksi yang sesuai perlu dirancang secara individual supaya memudahkan siswa
dalam membuat kemajuan untuk memenuhi kebutuhan unik mereka. Pada dasarnya,
IDEA memberikan gratis dan tepat (FAPE) bagi semua siswa antara umur tiga
sampai dua puluh satu tahun. Tepat maksudnya anak-anak harus mendapat
pendidikan sesuai dengan umur mereka, tingkat kedewasaan, kondisi keterbatasan,
presentasi sebelumnya, dan harapan orangtua.
5. Penempatan/lingkungan yang tidak
terlalu ketat. Semua siswa penyandang cacat memiliki hak untuk belajar dalam
lingkungan yang tidak terlalu ketat (LRE) – lingkungan yang konsisten dengan
kebutuhan akademik, sosial, dan fisik.
6. Proses yang menjadi hal. IDEA mendorong
sekolah dan orangtua dengan cara-cara menyelesaikan perbedaan mereka dengan
mediasi atau mendengarkan sebelum atau haikm pemeriksa yang tidak memihak.
7. Partisipasi siswa dan orangtua. IDEA
menetapkan proses pembuatan keputusan bersama dimana pendidik, orangtua, dan
siswa bekerja sama dalam menentukan rencana pendidikan.
2). PENEMPATAN
DAN PELAYANAN,
Anak penderita ketidakmampuan dapat ditempatkan
di berbagai setiing, dan rangkaian pelayanan dapat dipakai untuk meningkatkan
pendidikan mereka.
Penempatan. Penempatan anak dengan
ketidakmampuan ini disusun dari tempat yang kurang restriktif sampai ke yang
paling restriktif (Deno, 1970):
·
Kelas reguler dengan dukungan pengajaran tambahan di
kelas reguler
·
Sebagian waktu dihabiskan di ruang sumber daya
·
Penempatan full-time dalam kelas pendidikan khusus
·
Sekolah khusus
·
Instruksi rumah
·
Instuksi di rumah sakit atau institusi lain
Presentase pelayanan pendidikan khusus yang disediakan di
berbagai setting
Jenis Pelayanan
|
Persentase Pelayanan
|
Ruang sumber
daya
|
36,3%
|
Kelas reguler
|
34,9%
|
Kelas
terpisah
|
23,5%
|
Sekolah
terpisah
|
3,9%
|
Fasilitas
residensial
|
0,9%
|
Lingkungan
rumah/rumah sakit
|
0%
|
Seperti yang diindikasikan dari tabel
tersebut, anak-anak yang menerima pendidikan khusus, sekita sepertiga
diantaranya menerimanya di kelas reguler, jumlah yang hampir sama mendapat
pelayanan di kelas khusus (U.S Office of Education, 2000). Sekitar sepertiga
dari anak yang mendapatkan pendidikan khusus di kelas terpisah menghabiskan 80
persen atau lebih dari waktu sekolah mereka di kelas reguler. Sepertiga lainnya
menghabiskan 40 sampai 79 persen di kelas reguler. Sepertiga lainnya
menghabiskan 0 sampai 39 persen di kelas reguler.
Pelayanan untuk anak dapat disediakan
oleh guru kelas reguler, guru sumber daya, guru pendidikan khusus, konsultan
kolaboratif, profesional lain atau tim interaktif.
·
Guru kelas reguler: Dengan meningkatkan inklusi, guru
kelas reguler bertanggung jawab memberikan lebih banyak pendidikan anak yang menderita
ketidakmampuan belajar ketimbang di masa lalu dengan berbagai strategi.
·
Guru sumber daya: seorang guru sumber daya (resource
teacher) dapat memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi banyak anak yang
mengalami ketidakmampuan belajar. Banyak anak penderita gangguan kemampuan ini
menghabiskan sebagian besar waktunya di ruang kelas reguler dan sebagian kecil
dihabiskan di ruang sumber daya (resource room) dimana guru sumber daya bekerja
bersama mereka. Dalam banyak situasi, guru sumber daya ini bertugas
meningkatkan anak-anak ini dalam kemampuan membaca, menulis dan matematika.
Yang terpenting bagi guru kelas reguler dan guru sumber daya untuk bekerja sama
dan mengoordinasikan kerja mereka. Dalam beberapa kasus, guru sumber daya akan
bekerja dengan anak di kelas reguler, bukan di kelas sumber daya.
·
Guru pendidikan khusus. Beberapa gurutelah memperoleh
pelatihan ekstensif dalam pendidikan khusus dan mengajar anak penderita
ketidakmampuan dalam “kelas pendidikan khusus” yang terpisah. Beberapa anak
menghabiskan sebagian waktu dengan guru pendidikan khusus dan sebagian di kelas
umum. Akan tetapi, guru pendidikan khusus biasanya mengemban tanggung jawab
lebih besar atas anak ketimbang guru sumber daya, yang biasanya membantu guru
di kelas umum. Anak bisa belajar membaca, menulis, amtematika, atau sains
dengan guru pendidikan khusus, dan belajar olahraga, seni atau musik, bidang
paling sering ditangani guru pendidikan khusus adalah bidang membaca dan
klasifikasi guru pendidikan khusus yang paling lazim adalah guru anak-anak yang
mengalami gangguan belajar. Dalam beberapa sistem sekolah, jika lebih dari
persentase tertentu (misalnya 60 persen) dari waktu anak dihabiskan dengan guru
pendidikan khusus, maka programnya dinamakan self-contained special education.
Program ini juga dilakukan ketika anak dididik di sekolah khusus anak yang
menderita ketidakmampuan.
1.
Pelayanan terkait. Selain guru kelas reguler, guru sumber
daya (resource teacher) dan guru pendidikan khusus, ada sejumlah personel
pendidikan khusus lainnya yang memberikan pelayanan pendidikan anak yang
menderita ketidakmampuan. Mereka antara lain asisten guru, psikolog, konselor,
pekerja sosial sekolah, perawat, dokter, terapis dan terapis fisik serta
spesialis guru bicara dan mengajar, seperti audiologis.
2.
Konsultasi kolaboratif dan tim interaktif. Dalam dua
dekade terakhir ini, para pakar pendidikan untuk anak yang menderita
ketidakmampuan semakin mendukung konsultasi kolaboratif. Dalam konsultasi
kolaboratif, orang dengan berbagai keahlian akan berinteraksi untuk memberikan
pelayanan bagi anak. Para periset telah menemukan bahwa konsultasi kolaboratif
sering kali menguntungkan anak dan meningkatkan keahlian dan sikap mereka
terhadap guru. Idealnya konsultasi kolaboratif mendorong tanggung jawab bersama
dalam perencanaan dan pembuatan keputusan, konsultasi ini juga memampukan
pendidik dengan berbagai keahlian untuk menyusun alternatif pendekatan
pengajarang yang efektif. Ketika digunakan konsultasi kolaboratif,banyak anak
tetap di kelas reguler dan guru reguler aktif terlibat dalam merencanakan
pendidikan anak. Istilah interactive teaming semakin terkenal, anggota tim
interaktif adalah kalangan profesional dan orangtua yang bekerja sama untuk
memberikan pelayanan langsung dan tidak langsung kepada anak. Mereka berbagi
pengetahuan dan keahlian, mengajarkan keahliannya kepada anggota lain jika
diperlukan. Ukuran tim bisa bervariasi dan perubahan komposisi tim akan
tergantung kepada kompleksitas kebutuhan anak. Orang yang terlibat bisa
spesialis pendidik, medis, administratif, vokasionalm kesehatan, pelayanan
sosial dan orang tua.
3). ORANG TUA
SEBAGAI MITRA PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI
Pendidik dan peneliti semakin mengakui
pentingnya guru dan orang tua untuk bersama-sama membantu pembelajaran siswa
yang menderita ketidakmampuan. Individual with disabilities Education Act
(IDEA) mewajibkan partisipasi orang tua dalam pengembangan program pendididkan
untuk semua anak yang menderita ketidakmmapuan.
Teknologi. Individual
with Disabilities Education Act (IDEA) termasuk amandemennya pada 1997
menyatakan bahwa perangkat teknologi bisa disediakan untuk murid penderita
ketidakmampuan demi memastikan pendidikan yang gratis dan tepat. Dua tipe
teknologi yang digunakan adalah teknologi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pendidikan anak penderita ketidakmampuan adalah teknologi
pengajaran (intruksional) dan teknolohi asistensi (bantuan).
Teknologi instruksional berupa berbagai
tipe hardware dan software, dikombinasikan dengan metode pengajaran yang
inovatif, untuk mengakomodasi kebutuhan belajar di kelas. Teknologi ini bisa
berupa video intruksi dengan bantuan komputer atau program hypermedia yang
kompleks dimana komputer digunakan untuk mengontrol display dari gambar dan
suara yang disimpan di videodisc. Penggunaan sistem telekomunikasi, terutama
internet dan World Wide Web sangat menjanjikan bagi peningkatan pendidikan
murid baik yang menderita ketidakmampuan maupun yang tidak.
Teknologi bantuan (assistive technology)
berupa beragam perangkay dan pelayanan untuk membantu murid penderita
ketidakmampuan agar bisa berkomunikasi d i lingkungan mereka, contohnya adalah
alat bantu komunikasi, keyboard komputer altermatif dan alat adaptasi lainnya.
Untuk mencari peralatan seperti itu, pendidik bisa menggunakan database
komputer seperti Device Locator System.
Tim pendidik dan profesional lainnya sering
mengombinasikan teknologi-teknologi untuk meningkatkan pembelajaran anak
penderita ketidakmampuan. Misalnya, murid yang tidak mampu menggunakan
tangannya untuk mengoperasikan keyboard komputer dapat menggunakan komputer
yang dioperasikan dengan suara (teknologi bantuan) yang memberi intruksi dari
sebuah software yang didesain untuk mengeja intruksi (teknologi intruksional).
C. ANAK-ANAK
BERBAKAT
A.
Pengertian Anak-Anak Berbakat
Versi Amerika :
Anak berbakat adalah mereka yang menunjukan secara konsisten penampilan luar
biasa, hebat dalam suatu bidang yang berfaedah. (Kirk dan Gallagher dalam
Henry, 1978:61)
Publik Law /
Kongres Amerika 1981 (Gifted and talented) ialah Anak yang
menunjukkan/penampilan yang tinggi dalam bidang-bidang, akademik khusus dan
yang memerlukan pelayanan-pelayanan atau aktivitas- secara aktivitas yang tidak
biasa disediakan oleh sekolah agar tiap kemampuan berkembang penuh. Clark (1983.26)
Keberbakatan adalah
suatu konsep yang berakar biologis, suatu nama dari intelegensia taraf
tinggi sebagai hasil dari integrasi yang maju cepat dari fungsi-fungsi dalam
otak, meliputi pengindraan (physical sensing), emosi, kognisi,dan intuisi.
Anak
berbakat memiliki kecerdassan diatas rata-rata (dengan nilai IQ 130 atau lebih
tinggi ) atau adanya bakat unggul dalam beberapa domain seperti seni, musik, atau matematika.
Standart penerimaan untuk anak berbakat didasarkan pada kecerdasaan dan bakat
akademis meskipun untuk memperluas kriteria tersebut memasukan faktor-faktor
seperti kreativitas dan komitmen (Horowitz, 2009;Winner, 2009) menggambarkan
lima bidang bakat : Intelektual, akademik, seni kreatif, visual dan
pertunjukan, serta kepemimpinan.
Apakah
bakat merupakan keturunan atau hasil lingkungan ? Kemungkinan besar keduanya
beenar. Individu-individu berbakat dapat mengindentifikasikan bahwa mereka
mempunyai tanda-tanda kemampuan yang tinggi pada bidang tertentu pada usia
muda, sebelum awal pendidikan (Howe, 1995). Ini menunjukan bahwa kuatnya
pengaruh genetik atau keturunan pada anak berbakat.
Anak yang memiliki
bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak. Ia
dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya : anak berusia 3 tahun,
jika sedang bermain ia terlihat seperti anak seusianya, tetapi jika sednag
membaca ia menampilkan sikap seperti anak berusia 10 tahun. Jika mengerjakan
soal matematika ia seperti anak berusia 12 tahun, da jika berbicara ia seperti
anak berusia 5 tahun.
Yang
perlu dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih
cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman
seusianya.
B.
Karakteristik
Tiga kriteria yang menjadi ciri anak berbakat, menurut
Ellen Winner (1996) :
1.
Prekositas,
anak yang berbakat menjadi dewasa sebelum waktunyaketika diberi kesempatan
untuk menggunakan bakat atau talenta mereka.
2.
Berbaris ke pemain drum mereka sendiri, anak berbakat belajar dengan cara berbeda dari anak-anak
yang tidak berbakat secara kualitatif. Salah satu cara mereka berbaris ke
pemain drum yang berbeda adalah bahwa mereka memerlukan dukungan yang sedikit,
atau perancah dari orang dewasa untuk belajar daripada rekan-rekan mereka yang
tidak berbakat melakukannya.
3.
Keinginan untuk menguasai, anak berbakat didorong untuk memahami domain dimana
mereka memiliki kemampuan yang tinggi. Menampilkan minat obsesif dan intens
serta kemampuan untuk fokus. Mereka sering memiliki tingkat motivasi internal
yang tinggi.
4.
Selalu unggul melibatkan pengolahan informasi
keterampilan.
C.
Masalah
Alam-Asuhan, Perubahan Perkembangan, dan Bakat Wilayah Spesifik.
1. Masalah
Alam-Asuhan
Individu berbakat
adalah mereka yang memiliki tanda-tanda kemampuan yang tinggi di daerah
tertentu pada usia yang sangat muda, sebelum atau pada awal pelatihan formal
(Howe&Lain, 1995)
2. Perubahan
Perkembangan dan Bakat Wilayah Khusus
Salah satu alassaan bahwa beberapa anak yang berbakat
tidak menjadi orang dewasa berbakat adalah bahwwa mereka telah di dorong terlalu
keras oleh orangtua yang terlalu bersemangat (Thomas, Ray, & Moon, 2007). Akibatnya, mereka
kehilangan motivasi intrinsik (internal) (Winner, 1996, 2006). Bakat akan
semakin berfokus pada lintasan perkembangan domain khusus (Liben, 2009;
Matthews, 2009). Selama masa remaja, individu yang berbakat menjadi kurang
bergantung pada dukungan orangtua dan semakin mengejar kepentingan mereka
sendiri. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasikan bakat domain-khusus
individu dan memberikan kesempatan pendidikan yang tepat dan oposional untuk
remaja (Keating, 2009).
D.
Mendidik Anak Berbakat
Terdapat empat
pilihan program untuk anak-anak yang berbakat (Hertzog, 1998) :
1. Kelas
Khusus, menjadi cara umum
dalam memdidik anak yang berbakat.
Selama hari sekolah biasa disebut dengan “Penarikan”
2. Percepatan dan pengayaan dalam pengaturan kelas reguler,
melompat kelas (promosi ganda), teloskopsis
(menyelesaikan dua kelas dalam satu tahun), penempatan maju, percepatan subjek
materi.(Cloud, 2007).
3. Mentor
dan program magang, ini
adalah hal penting, cara yang kurang dimanfaatkan untuk memotivasi, menantang
dan mendidik anak berbakat secara efektif.
4. Kerja/studi
dan/atau program pelayanan masyarakat, ini termasuk dalam penekanan berbasis masalah, menyuruh
anak melakuukan proyek, menciptakan portofolio, dan berfikir kritis.
5. Home-schooling
(pendidikan non formal di luar sekolah), dalam metode ini orangtua atau tenaga ahli yang ditunjuk
bisa membuat jadwal khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang
bersangkutan.
E.
Pendidikan Anak Berbakat
Tujuan
pendidikan pada anak berbakat
agar dapat menguasai konsep konseptual yang sesuai dengan kemampuannya,
memiliki keterapilan yang menjadikan mandiri dan kreatif serta mengembangkan
kesenangan dan kegairahan belajar untuk berprestasi. Dari segi kepentingan
masyarakat, anak berbakat membutuhkan kepedulian, pengakomodasian, perwujudan
lingkungan yang kaya dengan pengalaman, dan kesempatan anak berbakat untuk
berlatih secara nyata. Di Indonesia perkembangan pendidikan bagi anak berbakat
dan pendidikan khusus lainnya, mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam
dua dasawarsa terakhir. Dengaan lahirnya undang-undang siatem pendidikan nasional no. 2 tahun
1989byang kemudian disempurnakan menjadi UU No.20/2003 pendidikan luar biasa tidak
hanya diselenggarakan melalui sistem persekolahahn khusus (SLB), namun juga
dapatsiatem pendidikan nasional no. 2 tahun 1989byang kemudian disempurnakan
menjadi UU No.20/2003 pendidikan luar biasa tidak hanya diselenggarakan melalui
sistem persekolahahn khusus (SLB), namun juga dapat diselekggarakan secara
inklusif di sekolah reguler pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Bentuk pelenggaraan pendidikan menurut Hallan dan
Kauffman (1991) tersebutaan pendidikan menurut Hallan dan Kauffman (1991) tersebut
menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus (anak berbakat) dapat ddik dimana
saja, disekolah,dirumah ataaupun dirumah sakit selama memungkinkan. Bentuk
layanan pendidikan yang tepat dapat dikelompokan menjadi 2 kelompok besar yaitu
:
1.
Pendidikan
Segresi
Merupakan
pendidikan yang terpisah dari sistem pendidikan anak normal. Ada empat
penyelenggarakan pendidikan dengan sistem Segresi, yaitu :
a.
Sekolah
Luar Biasa ( SLB )
b.
Sekolah
Luar Biasa Ber-asrama
c.
Kelas
Jauh/ Kelas Kunjung
d.
Sekolah
Dasar Luar Biasa
2.
Pendidikan
Terpadu
Sistm pendidikan
yang memberikan kesemmpatan kepada anak untuuk belajar bersama-sama dengan anak
normal umum lainnya. Dengan demikian, melalui sistem inteegrasi ini, anak
berkebutuhan khusus(anak Berbakat) bersama-sama dengan anak normal belajar
dalam satu atap secara bersamaan.
Untuk membantu
kesulitan yang dialami oleh anak-anak tersebut, di sekolah terpadu di sediakan
Guru Pembimbing Khusus (GBK). Fungsinya sebagai konsultan bagi guru, kepala
sekolah, atau anak-anak berbakat litu sendiri.
F.
Ciri-ciri Anak Berbakat
Bakat pada anak dapat diketahui pada saat anak masih
kecil. Berikut adalah ciri-ciri anak berbakat
:
1.
Memiliki
ciri khas
Anak akan memiliki
ciri khas, saat ia sedang bermain bersama teman sebayanya ia akan terihat
tampak dewasa sehingga ketika bermain cenderung akan memisah. Namun bukan
berarti anak tidak mau bermain hanya saja dia bisa untuk menyesuaikan dengan
lingkungan nya.
2.
Memiliki
cara pandang yang berbeda
Anak ini cenderung
tidak bisa diam dan aktif terhadap hal-hal baru. Anak lebih suka mengekspelorasi dan
mempelajari lebih lanjutsesuatu yang ada di sekeliling dia.
3.
Gaya
Bahasa lebih dewasa
Anak ini akan
menyerap bahasa orang dewasa dan menirukannya. Maka dari itu, jangan heran bila
anak mengikuti perkataan orang dewasaa saat sedang berbicara bersaama teman
ataupun orangtuanya sehingga menjadikan anak lebih cepat unuk menjawab terhadap
pertanyaan yang diajukan kepadanya.
4.
Memiliki
kemampuan Logika
Anak ini akan mudah
memahami benda-benda yang besar dan kecil, serta membedakan banyak dan sedikit.
Selain itu, anak juga mengerti berapa lama, beraapa jauh, dan berapa banyak. Ia
juga mampu membedakan atas dan bawah, kiri dan kanan, serta maju dan mundur.
PENUTUP
Kesimpulan
Pelajar yang Luar biasa adalah yang terdiri
dari disabilitas dan anak berbakat atau anak berkebutuhan khusus memiliki arti
penekanan yang berada pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi yang
maksimal.
Disabilitas dapat digolongkan menjadi 3 yaitu
: 1). Gangguan Bicara & Bahasa. 2). Ganguan Fisik. 3). Keterbelakangan
Mental. 4). Gangguan Pemusatan perhatian & Hieraktiv ( gangguan ADHD ). 5).
Autisme.
Bentuk pendidikannya dikelompokan menjadi
2 kelompok besar yaitu : Bentuk Layanan pendidikan Segresi dan bentuk layanan
pendidikan terpadu.
ISU PENDIDIKAN YANG BERKAITAN DENGAN
ANAK YANG MENDERITA KETIDAKMAMPUAN
terbagi menjadi 2, yaitu : aspek hukum dan teknologi
Aspek hukum : UUP untuk semua anak disabilitas, yang
mewajibkan semua siswa penyandang cacat diberikan pendidikan umum yang sesuai
dan gratis,serta menyediakan dana untuk membantu melaksanakan pendidikan ini.
Teknologi : Perangkat input khusus dapat membantu
siswa dengan disabilitas fisik menggunakan computer lebih efektif.banyak siswa
dengan disabilitas fisik seperti celebral palsy tidak dapat menggnakanbpapan
ketik dan tetikus biasa,namun dapat mengggunakan papan ketik alternative yang
efektif
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, J.W 2004.
Educational Psychologi, 2 edition. Terjemaahan (Tri Wibowo B.S)
John W.
Santrock. 2008. Psikologi pendidikan,
2th edition. Universitas of texas-dallas. Penerbit salemba humanika. Jakarta
selatan.
John w. Santrock. Educational
Psychology. Edisi 3 buku 1. Universitas of texas-dallas. Penerbit salemba
humanika.
Buku saku diagnose keperawatan pada keperawatan psikiatri, 1998
Kumpulan makalah-kedokteran-psikologi-pendidikan anak berbakat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar