LAPORAN
HASIL OBSERVASI PANTI
Panti Sosial Anak Balita Tunas Bangsa
PSIKOLOGI UMUM
Dosen : Luh Mea Tegawati, M.Psi
Created By :
Kelompok 2
Iyam
Elis Lindawati
Nim : 46113320007
Mohammad
Apriyansyah
Nim : 46113320008
Nina Fakhrun
Nisa
Nim : 46113320004
S i h
a m
Nim :46113320020
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
KAMPUS D BEKASI
2014
Kata
Pengantar
Tidak
ada orang pada masa kini yang mengenal psikologi, bagaimanapun psikologi telah
menyentuh semua bagian aspek kehidupan termasuk dalam mengubah pandangan kita
terhadap sekitar. Karena psikologi mempengaruhi begitu banyak aspek kehidupan
kita, penting juga kiranya bagi mereka yang tidak bermaksud memperdalam diri
dalam disiplin ilmu ini sekedar mengetahui fakta-fakta dasarnya. Pelajaran
psikologi dapat memberikan pengertian yang lebih baik tentang sebab-sebab
mengapa, misalnya, orang berpikir dan bertindak seperti yang mereka lakukan,
dan memberikan pandangan untuk menilai perilaku dan reaksi yang akan anda
lakukan sendiri.
Singkatnya,
psikologi penting bagi mereka yang dalam kehidupannya selalu berhubungan dan
bersama orang lain. Psikologi dibutuhkan atau dipelajari oleh mereka, yang
dalam tugas dan jabatannya akan bekerjasama dengan orang lain. Itulah inti
kegunaan psikologi.
Gambaran
singkat tentang makalah ini, ialah membahas tentang pengamatan kami terhadap
salah satu anak di salah satu panti asuhan balita dan anak di Jakarta yang
merupakan ibukota Negara kita. Meskipun makalah yang anda baca ini merupakan
hasil pergulatan yang sangat panjang dan melelahkan tetapi kami belum merasa
begtu puas karena masih demikian banyak hal-hal yang tidak kami ketehaui secara
lebih mendalam lagi.
Terimakasih
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kekuatan dan kesehatan
untuk dapat menyelesaikan makalah ini dan terimakasih kepada Ibu Luh Mea
Tegawati, M.Psi yang telah
menginstruksikan kami untuk menyusun makalah ini yang membahas tentang
pengamatan pandangan kami selama berada di panti asuhan tersebut.
Akhirnya
kami mengucapkan terimakasih kepada semua yang terkait atas terbentuknya
makalah dengan pembahasan ini.
Iyam Elis Lindawati
Muhammad Apriansyah
Nina Fakhrun Nisa
Siham
Daftar
Isi
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
Bab
I Pendahuluan
A. Latar
Belakang Masalah
B. Variable
Psikologis
C. Tujuan
Observasi
D. Manfaat
Observasi
Bab
II Tinjauan Pustaka
A. Latar
Belakang Teori
B. Faktor
dan Penyebabnya
C. Ciri
– Ciri Down Syndrome
D. Terapi
Anak Down Syndrome
Bab
III Metode
A. Wawancara
B. Observasi
C. Karakteristik
D. Analisis
Bab
IV Deskripsi Hasil
A. Hasil
Observasi
B. Hasil
Wawancara
Bab
V Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Daftar
Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Perkembangan kehidupan yang dinamis dan perubahan pranata
sosial pada sebagian masyarakat memilik berbagai dampak dan kebutuhan yang beragam
dengan satu tujuan; mempertahankan hidup dan kehidupan yang sesuai dengan
kehendak pribadi, tujuan hidup serta sesuai dengan kaidah hidup secara wajar
dan normal.
Anak terlantar merupakan salah satu penyandang masalah
kesejahteraan sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai
masalah sosial yang menjadi penyebab ketelantaran anak, seperti masalah sosial
ekonomi, sosial psikologi dan orang tua yang tidak bertanggungjawab akan
kewajiban memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
sebagian besar ketelantaran anak berkaitan langsung dengan lemahnya kondisi
sosial ekonomi keluarga.
Perkembangan kehidupan yang dinamis dan perubahan pranata
sosial pada sebagian masyarakat memilik berbagai dampak dan kebutuhan yang beragam
dengan satu tujuan; mempertahankan hidup dan kehidupan yang sesuai dengan
kehendak pribadi, tujuan hidup serta sesuai dengan kaidah hidup secara wajar
dan normal.
Penanganan masalah kesejahteraan sosial anak terlantar
melalui sistem panti adalah dimana asuhan diberikan kepada anak-anak yang
sangat terlantar atau karena tingkah lakunya yang tidak bisa diterima oleh
keluarga asuhnya.Asuhan dalam panti adalah sebagai pengganti orangtua bagi anak
yang terlantar sehingga anak merasa terjamin hidup dalam kelompok anak-anak.
Dimana pelayanan yang diberikan berupa penyediaan fasilitas-fasilitas,
pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, pendidikan, bimbingan rohani serta
keterampilan dimana diharapkan anak-anak tersebut dapat mengembangkan pribadi,
potensi, kemampuan dan minatnya secara optimal.
Pada kenyataannya pelayanan sosial yang ada di Panti
Asuhan juga mempunyai keterbatasan.Hal ini yang menyebabkan tidak maksimalnya
lembaga panti dalam melakukan pelayanannya sehingga dapat menimbulkan pengaruh
terhadap perkembangan dan kepribadian jiwa, pola sikap, perilaku anak-anak
asuh.
Hal ini dapat dilihat dari keadaan di panti yang tidak
sejalan dengan tujuan pelayanannya, yaitu salah satunya adalah pola pengasuhan
yang salah dari pengasuh ataupun pekerja sosial yang ada di panti tersebut.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pekerja sosial kadang tidak sejalan dengan
sebagaimana layaknya seorang pekerja sosial, bahwa ada perlakuan kasar atau
keras terhadapnya dalam memerintah untuk melaksanakan tugas atau kegiatan sehari-hari
yang ada di panti meskipun sebenarnya kesalahan tidak sepenuhnya ada pada
pendidik panti, mungkin karena kebanyakan anak panti adalah masih anak-anak
sehingga belum bisa terlalu mengerti apa yang diperintahkan pengasuhnya. Namun
hal ini yang dapat menyebabkan perkembangan anak selanjutnya akan terpengaruh
ataupun anak akan merasa tertekan dengan situasi yang diterimanya, sehingga
dapat berpengaruh terhadap psikis anak.
B.
Variabel
Psikologis
Treatment secara psikologi membutuhkan media atau cara,
bagaimana seseorang dalam mencapai tingkatan tujuan hidup sebaiknya memahami
kompleksitas hidup dan kehidupan termasuk apa yang terjadi dengan lingkungan
sekitar atau lingkungan yang lebih besar.
Salah satu cara treatment psikology adalah dengan cara
"menggugah" secara empathi pada kehidupan lain, diantaranya adalah
bagaimana telaah panti asuhan atau panti sosial lainnya sebagai media
pembelajaran empathi dan memahami kehidupan sisi lain sekaligus membagun rasa
syukur dan membangun rasa optimisme yang lebih besar.
C.
Tujuan
Observasi
1. Mahasiswa
melakukan observasi untuk mencari bentuk dan potret secara nyata situasi fisik
dan psikologis panti.
2. Mahasiswa
melakukan observasi untuk mencari gambaran kehidupan dan tantangan di dalam
panti dalam segi psikology perkembangan umum, psikology. perkembangan khusus (
anak dan dewasa).
3. Mahasiswa
melakukan observasi untuk mencari gambaran tata kelola panti secara umum.
D.
Manfaat
Observasi
Hasil observasi ini dapat menjadi referensi
dalam perbaikan teori-teori dan model-model pelayanan sosial sehingga dapat
menjamin perkembangan psikis anak kearah yang lebih positif.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Anak adalah Anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada
kita umat manusia.Pada dasarnya setiap keluarga ingin mempunyai keturunan yang
lahir dan tumbuh normal, tetapi kenyataannya setiap manusia yang dilahirkan di
dunia ini tidak semuanya lahir dengan normal. Sebagaimana anak manusia,
bagaimanapun wujud terlahir, mereka berhak
mendapatkan pendidikan yang layak dan mendapatkan kesempatan yang sama
untuk menikmati dunianya yaitu belajar dan bermain seperti anak-anak yang
lainnya meskipun dengan keterbatasan harus tinggal di panti sosial. Di balik
semua itu tentu Tuhan mempunyai rahasia tersendiri sehingga ada anak yang
terlahir dengan Down Syndrome. Pada saat kami melakukan observasi dan kami
menemukan anak dengan terlahir Down Syndrom.
A. Latar
Belakang Teori
Down Sindrom (Down syndrome) adalah suatu
kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya
abnormalitas perkembangan kromosom.Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan
sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan.
Kelainan genetik yang terjadi pada kromosom 21 pada berkas q22 gen SLC5A3, yang
dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas.
Kromosom adalah merupakan serat-serat khusus yang terdapat didalam setiap sel
didalam badan manusia dimana terdapat bahan-bagan genetik yang menentukan
sifat-sifat s1eseorang.Selain itu down syndrom disebabkan oleh hasil daripada
penyimpangan kromosom semasa konsepsi.Ciri utama daripada bentuk ini adalah
dari segi struktur muka dan satu atau ketidakmampuan fisik dan juga waktu hidup
yang singkat.
Menurut
JW. Chaplin (1995), down syndrome adalah satu kerusakan atau cacat fisik bawaan
yang disertai keterbelakangan mental, lidahnya tebal, dan retak-retak atau
terbelah, wajahnya datar ceper, dan matanya miring. Sedangkan menurut Kartini
dan Gulo (1987), down syndrome adalah suatu bentuk keterbelakangan mental,
disebabkan oleh satu kromosom tambahan.[2] IQ anak down syndrome biasanya
dibawah 50, sifat-sifat atau ciri-ciri fisiknya adalah berbeda, ciri-ciri jasmaniahnya
sangat mencolok, salah satunya yang paling sering diamati adalah matanya yang
serong ke atas. Sedangkan, dari segi sitologi, down syndrome dapat dibedakan
menjadi 2 tipe, yaitu:
a. Syndroma
Down Triplo-21 atau Trisomi 21, sehingga penderita memiliki 47 kromosom.
Penderita laki-laki= 47,xy,+21, sedangkan perempuan= 47,xx,+21. Kira-kira 92,5%
dari semua kasus syndrome down tergolong dalam tipe ini.
b. Syndrome
Down Translokasi, yaitu peristiwa terjadinya perubahan struktur kromosom,
disebabkan karena suatu potongan kromosom bersambungan dengan potongan kromosom
lainnya yang bukan homolog-nya.
Kelainan-kelainan
yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini pertama
kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr. John Longdon Down.Karena ciri-ciri yang
tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung
yang datar menyerupai orang Mongoloid maka sering juga dikenal dengan
mongolisme. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama
dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama 7
kali sindrom ini dengan istilah sindrom Down dan hingga kini penyakit ini
dikenal dengan istilah yang sama.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa down syndrome merupakan
suatu kondisi keterbelakangan mental dan fisik yang disebabkan oleh kelainan
kromosom.Anak yang mengalami down syndrome, biasanya memiliki IQ di bawah 50.
B. Faktor Resiko dan Penyebab
Secara biologis down syndrome terjadi karena
kelainan susunan kromosom ke-21, dari 23 kromosom manusia. Pada manusia normal,
23 kromosom tersebut berpasang-pasangan hingga jumlahnya menjadi 46. Pada
penderita down syndrome, kromosom nomor 21 tersebut berjumlah tiga (trisomi),
sehingga totalnya menjadi 47 kromosom.Jumlah yang berlebihan tersebut
mengakibatkan kegoncangan pada sistem metabolisme sel, yang akhirnya
memunculkan down syndrome.
Down syndrome juga disebabkan oleh kurangnya
zat-zat tertentu yang menunjang perkembangan sel syaraf pada saat bayi masih di
dalam kandungan, seperti kurangnya zat iodium.Menurut data badan UNICEF,
Indonesia diperkirakan kehilangan 140 juta poin Intelligence Quotient (IQ)
setiap tahun akibat kekurangan iodium. Faktor yang sama juga telah
mengakibatkan 10 hingga 20 kasus keterbelakangan mental setiap tahunnya.
Penyebab yang spesifik belum diketahui, tapi
kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki anak
syndrom down.Karena diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat
menyebabkan “non-disjunction” pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom
21 dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menua. Bagi ibu-ibu yang
berumur 35 tahun keatas, semasa mengandung mempunyai risiko yang lebih tinggi
untuk melahirkan anak Down Syndrom. Sembilan puluh lima penderita down syndrom
disebabkan oleh kelebihan kromosom 21. Keadaan ini disebabkan oleh
“non-dysjunction” kromosom yang terlibat yaitu kromosom 21 dimana semasa proses
pembahagian sel secara mitosis pemisahan kromosom 21 tidak berlaku dengan
sempurna. Di kalangan 5 % lagi, anak-anak down syndrom disebabkan oleh
mekanisma yang dinamakan “Translocation“. Keadaan ini biasanya berlaku oleh
pemindahan bahan genetik dari kromosom 14 kepada kromosom 21. Bilangan
kromosomnya normal iaitu 23 pasang atau jumlah kesemuanya 46 kromosom. Mekanisme
ini biasanya berlaku pada ibu-ibu di peringkat umur yang lebih muda. Sebagian
kecil down syndrom disebabkan oleh mekanisma yang dinamakan “mosaic”.
Angka kejadian Down Syindrome dikaitkan
dengan usia ibu saat kehamilan :
a. 15-29 tahun –
1 kasus dalam 1500 kelahiran hidup
b. 30-34 tahun – 1
kasus dalam 800 kelahiran hidup
c. 35-39 tahun –
1 kasus dalam 270 kelahiran hidup
d. 40-44 tahun – 1
kasus dalam100 kelahiran hidup
e. Lebih 45
tahun – 1 kasus dalam 50 kelahiran hidup.[4]
C. Ciri – Ciri Down Syndrome
Ciri-ciri anak yang mengalami down syndrome
dapat bervariasi, mulai dari yang tidak nampak sama sekali, tampak minimal,
hingga muncul tanda yang khas. Tanda yang paling khas pada anak yang mengalami
down syndrome adalah adanya keterbelakangan perkembangan mental dan
fisik. Penderita syndrome down biasanya mempunyai tubuh pendek dan puntung,
lengan atau kaki kadang-kadang bengkok, kepala lebar, wajah membulat, mulut
selalu terbuka, ujung lidah besar, hidung lebar dan datar, kedua lubang hidung
terpisah lebar, jarak lebar antar kedua mata, kelopak mata mempunyai lipatan
epikantus, sehingga mirip dengan orang oriental, iris mata kadang-kadang
berbintik, yang disebut bintik “Brushfield”. Berdasarkan
tanda-tanda yang mencolok itu, biasanya dengan mudah kita dapat mengenalnya
pada pandangan pertama.Tangan dan kaki kelihatan lebar dan tumpul, telapak
tangan kerap kali memiliki garis tangan yang khas abnormal, yaitu hanya
mempunyai sebuah garis mendatar saja. Ibu jari kaki dan jari kedua adakalanya
tidak rapat. Mata, hidung, dan mulut biasanya tampak kotor serta gigi rusak.
Hal ini disebabkan karena ia tidak sadar untuk menjaga kebersihan dirinya
sendiri.
D. Terapi Anak Down Syndrom
Terapi fisik yang digunakan untuk menangani
anak-anak yang menderita kelainan down syndrome adalah dengan terapi treadmill,
yaitu dengan cara melatih ibu atau pengasuh dan anak yang mengalami down
syndrome.Ibu atau pengasuh anak down syndrome dilatih bagaimana cara yang tepat
untuk melatih anak down syndrome agar dapat berjalan dan dapat melatih
keterampilan motoriknya, misalnya bagaimana cara memegang bayi, melatih anak
untuk duduk dan berjalan sendiri. Hal ini dilakukan karena anak-anak down
syndrome seringkali mengalami keterbelakangan kemampuan motorik, seperti
terlambat berdiri dan berlari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Palisano, dkk membuktikan bahwa 73% dari anak-anak down syndrome baru mampu
berdiri pada usia 24 bulan, dan 40% bisa berjalan pada usia 24 bulan. Sehingga,
terapi treadmill ini dilakukan agar dapat membantu anak-anak down syndrome
dalam melatih keterampilan motoriknya.
Selain terapi fisik tersebut, dapat pula dilakukan beberapa intervensi sebagai
penunjang dalam membantu perkembangan fisik dan psikologis anak-anak down
syndrome, seperti intervensi berupa special education, menerapkan pendidikan
khusus bagi anak-anak down syndrome, modifikasi perilaku, dan parenting skill
bagi orang tua anak-anak down syndrome. Sehingga dengan adanya terapi fisik dan
intervensi tersebut, diharapkan dapat membantu anak-anak down syndrome agar
mereka dapat tetap berkembang dengan optimal, dan dapat beraktivitas, meskipun
tidak seperti anak-anak normal lainnya.
BAB III
METODE
A.
Wawancara
Berdasarkan wawancara yang telah kami lakukan kepada
pengasuh Siti yang bernama ibu Sumiati (36th) dengan menggunakan sistem
5W + 1H dapat disimpulkan bahwa:
1.
What :
Apa itu Down Syndrome ?
Kelainan
genetik yang terjadi pada kromosom
2.
Why :
Kenapa Siti menjadi salah satu anak yang
berada dipanti ini ?
Siti
menjadi salah satu anak dipanti anak ini karna ia terlantar dijalan dan mengalami down syndrome yang
tidak dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang lain disekitarnya.
3. Who :
Siapa yang menemukan Siti di tepi
jalan tersebut ?
Siti
ditemukan oleh aparat kepolisian Bandung
4.
When :
Kapan Siti menjadi bagian dari
panti Anak ini ?
Siti menjadi bagian anak panti ini pada tanggal 20
Desember 2013 setelah dari panti sosial di daerah kota Bandung yang dirujuk
untuk ke panti kami di daerah Cipayung Jakarta Timur Minggu, 15 Desember 2013
pkl. 22.15 wib
5.
Where :
Dimanakah Siti ditemukan sampai
bisa sampai dipanti ini ?
Siti ditemukan dipinggir jalan trotoar kota kembang
Bandung pada hari Minggu, 15 Desember 2014 pkl. 22.15 wib
6.
Bagaimana :
Bagaimana kronologi Siti bisa
sampai dipanti ini ?
Siti merupakan pasien baru yang masuk ke Panti Asuhan
Anak 2 bulan terakhir ini dengan keterangan anak penyandang masalah down
syndrome yang ditemukan di tepi jalan kota Bandung oleh kepolisian setempat
pada hari
Minggu, 15 Desember 2014 pkl. 22.15 wib yang duduk dipinggir trotoar.
B.
Observasi
Data observasi yang kami telah
kami terima :
Pemdamping
/ pengasuh / responden :
Nama
: Sumiati
Usia : 36 Tahun
Jenis
Kelamin : Perempuan
Lama
bekerja : 3 Tahun
Bagian : pengasuh Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas bangsa
Target
/ objek :
Nama : Siti
Usia : 5 Tahun
Jenis
Kelamin : Perempuan
Penderita : Down
Syndrome anak
C.
Karateristik
Dalam observasi dipanti
sosial asuhan anak balita tunas bangsa ini yang diamati merupakan perkembangan
anak-anak yang mengalami berbagai macam masalah yang salah satu yang kami ambil
untuk jadi pembahsan makalah kami
ini adalah anak penderita penyakit down syndrome yang dialami oleh Siti yang
berusia 5th yang baru menjadi bagian dari keluar besar panti asuhan
ini salama 2 bulan terakhir dari kedatangan kami pada tanggal 31 Maret 2014
yang lalu.
D.
Analisis
Dari
hasil pengamatan kami dengan menjadikan Siti sebagai objek sampel, kami
melakukan wawancara terbuka dan mendapatkan beberapa penjelasan tentang latar
belakang tentang sosok anak wanita bernama Siti. Mulai dari latar belakang ia
ditemukan sampai tibanya ia dipanti asuhan tersebut. Siti yang merupakan seorang
anak wanita kami analisa menderita penyakit down syndrome, tak banyak sejarah
kehidupan yang kami ketahui tentang Siti. Dari hasil analisa kami tentang
kehidupan Siti dipanti ia mendapatkan setidaknya lebih perhatian disbanding
anak lain karena kebutuhan khususnya, meskipun demikian tak menggnaggu hubungan
antara ia dengan temannya atau hubungan antara teman – temannya dan
pengasuhnya. Tidak banyak interaksi kami dengan sang pengasuh hanya sedikit
informasi dari sang pengasuh yang kami kaitkan dengan sedikit pengetahuan yang
kami pelajari dalam jurusan kami.
BAB IV
DESKRIPSI HASIL
A.
Hasil Observasi
Hasil yang kami dapat dari observasi di panti asuh anak
pada penderita down syndrom tersebut memperoleh informasi-informasi sebagai
berikut:
1. Identitas
Nama : Siti
Umur : 5 Tahun
Jenis
Kelamin : Prempuan
2. Gambaran Umum
Siti adalah salah satu penghuni Panti Sosial
Asuhan Anak Balita Tunas bangsa. Siti ditemukan
di jalan oleh masyarakat, dan menyerahkannya ke kepolisian kemudian polisi
menyerahkannya ke panti.
Pertama kali kami melihatnya, siti sedang
asik bermain sendiri di atas tempat tidur, badannya digoyang-goyangkan sambil
telungkup, dan menurut kami itu sebuah gerakan yang aneh yang dilakukan oleh
seorang anak kecil, dan lebih aneh lagi dia melakukannya berulang-ulang tanpa
ada mengeluarkan suara sedikitpun.
Kami mencoba dekati anak tersebut,dan melihat
bentuk fisik wajahnya agak datar, matanya miring ke atas agak sipit dan ada
lipatan kulit di atas kelopak matanya.Ketika dia membuka mulutnya sangat
terlihat bahwa pertumbuhan giginya tidak normal.
3. Gambaran
Fisik
Gambaran fisik dari siti yang mengalami down
syndrom, dia memiliki ciri-ciri fisik diantaranya:
· Ukuran
kepala relative kecil membulat
· Mata
agak sipit, bentuk mata miring ke atas, sayu
· Bentuk
hidung lebar dan datar
· Telinga
sedikit kebawah
· Tengkorak
datar
· Pertumbuhan
gigi tidak normal
· Gerakan
motorik lemah dan ringkih
4. Kognitif
:
· Tidak
menunjukan komunikasi verbal
·
Tidak merespon ketika dipanggil
B.
Hasil
Wawancara
Dari hasil wawancara dengan pengasuh panti sosial asuhan
anak Tunas Bangsa mengatakan bahwa Siti
tidak bisa berkomunikasi dan mandiri seperti yang lain, ketika Siti
menginginkan atau meminta seuatu hanya bisa mengungkapkan dengan
berteriak-teriak atau nangis, Siti lebih suka menyendiri tidak suka bergaul
dengan teman-teman sekamarnya tetapi malah teman-temannya yang lain suka
mendekatinya untuk mengajak bermain.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Setiap
anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan mendapatkan kesempatan yang
sama untuk menikmati dunianya yaitu belajar dan bermain seperti anak-anak yang
lainnya meskipun dengan keterbatasan fisik dan harus tinggal di panti sosial.
Anak yang mengalami down syndrome adalah
suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang
diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Penyakit down syndrom
merupakan penyakit yang disebabkan karena kromosom yang gagal berpisah pada
fase profase, bukan merupakan penyakit keturunan.
Ciri-ciri fisik diantaranya bentuk ukuran kepala
relative kecil membulat, mata agak sipit, bentuk mata miring ke atas, sayu,
bentuk hidung lebar dan datar, telinga sedikit kebawah, tengkorak datar,
pertumbuhan gigi tidak normal, gerakan motorik lemah dan ringkih.
Penanganan untuk anak down syndrome yaitu
berupa Terapi fisik dengan terapi treadmill, dapat pula dilakukan beberapa
intervensi sebagai penunjang dalam membantu perkembangan fisik dan psikologis
anak-anak down syndrome, seperti intervensi berupa special education.
B. Saran
Banyak orang yang mengisolasi dan memandang
sebelah mata orang yang memiliki kelainan seperti down syndrome.Seharusnya kita
memberikan kasih sayang dan perhatianyang lebih kepada mereka yang mengidap
kelainan down sindrom dan sebagai orang tua bukannya harus membuang anak karena
mengidap down syndrom karena sebenarnya mereka juga memiliki bakat dan potensi
yang baik di berbagai bidang apabila kita bisa megayomi orang tersebut dengan
baik.Oleh karena itu, kita seharusnya dapat mengayomi orang-orang penderita
kelainan down syndrom di sekeliling kita, jangan isolasikan dan pandang mereka
sebelah mata karena pada kenyataannya mereka mampu berprestasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
ü Semiun,
Yustinus.Drs. OFM, Kesehatan Mental 2,
2006, Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).
ü
Chaplin, J.P., Kamus Lengkap Psikologi, Alih
bahasa: Kartono Kartini, 1999, Jakarta:Raja Grafindo Persada.
ü Panti
Sosial Asuhan Anak Tunas Bangsa, Cipayung, Jakarta Timur.
THE END – THANK YOU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar