Blogger Widgets Mohammad Apriyansyah: Juni 2014

murid

Kamis, 26 Juni 2014

pendidikan finlandia

Mengejutkan. Ternyata negara yang paling oke tata kelola pendidikannya bukanlah Amerika Serikat, Jepang atau Jerman. Akan tetapi, kiblat pendidikan dunia saat ini mengarah ke negara Finlandia.

Amerika Serikat sendiri berada jauh dibawah level Finlandia, tepatnya di urutan ke-17. Lalu, dimana daya tariknya sistem pendidikan di Finlandia dengan negara-negara lainnya khususnya Indonesia? Jawabannya adalah di kemandirian siswa dan gurunya.

Di Finlandia kemandirian dalam mengikuti proses belajar mengajar itu tidak hanya dinikmati oleh guru-gurunya yang begitu dihormati tetapi juga ditularkan kepada para pelajar melalui berbagai kesempatan-kesempatan penting.

Salah satunya dimana setiap pelajar diberi otonomi khusus untuk menentukan jadwal ujiannya untuk mata pelajaran yang menurutnya sudah dia kuasai.

Sistem inilah yang dipertahankan oleh Finlandia hingga akhirnya berhasil mengantarkan negara ini berada pada posisi puncak sebagai negara yang paling berhasil mengelola pendidikan nasionalnya.

Fantastiknya, dalam evaluasi belajar, angka ketidak lulusan secara nasional tidak pernah melebihi 2 persen pertahunnya. Finlandia juga tidak mengenal istilah ujian semester apalagi ujian nasional layaknya ditanah air.

Evaluasi belajar secara nasional dilakukan tanpa ada intervensi pemerintah sekali pun. Karena setiap sekolah bahkan guru berkuasa penuh untuk menyusun kurikulumnya sendiri.

Jadi jangan pernah berhayal bahwa guru-guru di Finlandia disibukkan untuk mengejar terget-target tertentu karena di negeri ini guru selalu menyesuaikan bahan ajarnya dengan kebutuhan setiap pelajar.

Jadi, di Finlandia siapa pun presidennya dan menteri pendidikannya tidak akan berpengaruh signifikan terhadap masa depan pendidikan. Karena fungsi pemerintah dalam memajukan sektor pendidikan adalah dukungan finansial dan legalitas.

Mau bagaimana caranya, maka gurulah yang berwewenang atas itu karena guru dipandang sebagai sosok yang paling mengerti mau dimana wajah pendidikan Finlandia dibawa dimasa yang akan datang.

Sistem ini telah berdampak positif kepada pola cara mengajar guru yang tidak terlalu dipusingkan oleh hiruk pikuknya politik nasional negaranya.

Keseriusan negara Finlandia menyokong keberhasilan pendidikan nasionalnya dibuktikan dengan diterapkannya kebijakan gratis sekolah 12 tahun. Kerenkan?

Guru-guru Finlandia adalah lulusan terbaik setiap perguruan tinggi dan mereka harus masuk dalam kelompok 10 besar lulusan terbaik. Jika tidak, jangan pernah bermimpi jadi guru di negeri ini.

Itulah sebabnya guru-guru di Finlandia betul-betul berdedikasi tinggi. Gajinya besar dong? Tidak. Guru-guru Finlandia justru digaji dengan gaji secukupnya bahkan bisa dikatakan kurang memadai.

Tetapi gurunya begitu menikmati profesinya hal ini karena mayoritas masyarakat Finlandia begitu menghormati dan menghargai profesi seorang guru.

Di Finlandia hanya ada guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima. Persaingannya lebih ketat daripada masuk ke fakultas hukum atau kedokteran!

Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, Finlandia justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajarkan kepada siswa untuk semata lolos dari ujian, ungkap seorang guru di Finlandia.



Pada usia 18 th siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.

Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK!
Ini membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia.

Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Adanya terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan rasa tertekan, dan mengakibatkan suasana belajar menjadi tidak menyenangkan.

Kelompok siswa yang lambat mendapat dukungan intensif. Hal ini juga yang membuat Finlandia sukses.

Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk dan merupakan yang terbaik menurut OECD. Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan prilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha.

Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya.

Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing. Ranking hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya.

Ditanah air Indonesia, sebenarnya sistem pendidikan Finlandia telah terterapkan sejak tahun 1961 melalui wadah gerakan pramuka. Apa yang berlaku di Finlandia jelas-jelas merupakan sistem pendidikan yang berlalu di gerakan pramuka.

Dimana setiap kecakapan dan keterampilan dibidang tertentu yang dimiliki oleh setiap anggota pramuka, bila sudah merasa mampu bisa mengusulkan diri untuk di uji.

Disamping itu, setiap 32 orang anggota pramuka dibina oleh 3 orang pembina secara terus menerus. Akan tetapi sistem pendidikan kepanduan ditanah air ini tidak mendapat respon yang positif ditanah air.

Buktinya kendati berhasil melahirkan kader-kader bangsa yang mandiri, negara ternyata tidak berani mengalokasikan dana BOS yang ada pada setiap sekolah untuk sepersekian persen wajib dipergunakan untuk mengelola gerakan pramuka di gugus depan.

Pendidikan nasional kita yang masih sarat dengan kepentingan politik kepala daerah menjadikan potret pendidikan begitu semraut. Pelaksanaan UN yang jelas lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya selalu dipertahankan untuk alasan yang tidak jelas.

Bahkan ironisnya lagi, UN telah mengajarkan bangsa ini bagaimana berlaku curang dan menipu. Gilanya lagi peserta UN dikawal dan diamati setiap detik melalui layar CCTV.

Seperti teroriskan. Cara-cara gila ini begitu dibangga-banggakan oleh pemerintah bahkan institusi pendidikan sendiri. Padahal metode ini punya dampak physicologi bagi para pelajar dimana UN benar-benar menjadi beban berat.

Jadi jangan heran bila di Nias pada hari pertama UN ada siswa yang meninggal dunia begitu menerima lembar soal ujian.

Finlandia tidak pernah membebani muridnya untuk hal-hal yang kurang bermutu atau mengurangi ke-kreativitasan seorang anak setelah meninggalkan rumah sekolah.

Maka, tugas tugas (PR), les tambahan dan bimbingan ini dan itu nyaris tidak pernah ada di Finlandia. Bagaimana dengan tanah air? Tekanan yang begitu berat sangat terasa apalagi menjelang ujian nasional.

Setiap murid selalu diberi les tambahan yang berlebihan, pelajar di wajibkan mengikuti Tryout hampir tiap bulan dengan alasan untuk mengukur kemampuan siswa.

Dirumah disuguhi lagi dengan tugas-tugas berat bahkan ada lagi menu les tambahan yang ditawarkan padahal nuansa bisnisnya lebih terasa daripada urgensinya bagi peserta didik. Repot bukan?

Alhasil, pelajar tanah air lahir dan besar tanpa pernah mempergunakan otaknya untuk berkreativitas. Generasi muda pun besar penuh dengan tekanan. Jadi jangan heran, walaupun lulus UN 100 persen ternyata persentasi lulus SMPTN berbanding terbalik dengan kelulusan UN.

Inilah setidaknya potret pendidikan kita dewasa ini. Indonesia jatuh kepada tingkat kekhawatiran yang terlalu berlebihan. Alih-alih untuk mencerdaskan bangsa tetapi cara-cara yang dilakukan justru mengantarkan bangsa ini kelembah kehancuran.

Oleh karena itu kita perlu berbenah. Mengembalikan sistem pendidikan kezaman dahulu kala (seperti cerita orangtua kita) dimana setiap anak dan orangtua begitu menghormati guru perlu kita lakukan.

Guru harus diberi otoritas penuh untuk mengatur kurikulumnya sendiri. Setiap anak juga tidak dibebani dengan tugas ini dan itu. Bahkan birokrasi pendidikan kita yang berbelit-belit perlahan-lahan harus dikurangi.

Wajib belajar 12 tahun mutlak harus dilakukan tentunya dengan biaya gratis. Tidak hanya itu wajar 12 tahun itu harus dengan satu izajah saja yaitu izajah SMA.

Sedangkan untuk SD dan SMP tidak lagi mengeluarkan izajah mengingat tuntutan dunia kerja saat ini pun izajah dua jenjang pendidikan ini tidak begitu diperlukan.

Oleh karena itu, perpindahan dari tingkat SD ke SMP cukuplah dengan nilai rapor begitu juga dari SMP ke SMA.

Maka evaluasi belajar secara nasional hanya dilakukan dijenjang SMA ketika yang bersangkutan akan melanjut keperguruan tinggi atau merambah dunia kerja.

Menggratiskan pendidikan dinegara ini bukanlah hal yang mustahil. Bukankah 40 persen APBN kita mark-up dan 30 persennya dikorupsi.

Jadi andai pengelolaan keuangan negara kita ditata dengan baik maka tidak mustahil dimasa-masa yang akan datang biaya pendidikan kita yang saat ini ditampung 20 persen dalam APBN kedepannya akan meningkat menjadi 50 persen.

Bila sudah demikian, bukankah pendidikan kita sudah bisa digratiskan.

Beberapa hal yang mungkin bisa ditiru, dari sistem pendidikan yang ada di Finladia, diantaranya :



1. Anak Finlandia tidak memulai sekolah sampai usia mereka 7 Thn. ( Bandingkan dengan para orangtua di Indonesia justru bangga anaknya sekolah pada usia dibawah usia 7 tahun. bahkan dengan beben pembelajaran yang berat.)

2. Tidak di bebani Ujian dan PR, sampai menjelang usia mereka remaja.

3. Anak-anak tidak diukur sama sekali selama enam tahun pertama pendidikan mereka. ( Pada sistem pendidikan kita , Murid SD sampai stress karena sering ditakuti Pihak sekolah, dengan seabreg Ujian, Padahal terkadang anak sering tidak diajar ).
The children are not measured at all for the first six years of their education.

4. Hanya ada satu tes standar wajib di Finlandia, yang diambil ketika anak-anak berusia 16 Tahun. ( Bandingkan dengan sistem ujian ujian di SMP dan SMA, Ditambah UN, bukan saja membuat Lembaga pendidikan tidak jujur, Anak hanya dihargai Otaknya saja, Minus bakat dan Minat,)

5. Tidak ada Kelas Unggulan,semua kemampuan berada pada kelas yang sama. Dan terbukti akhirnya RSBI /RSI di indonesia oleh MK dicabut keberadaanya, karena akan tercipta kasta kasta baru dalam dunia pendidikan.



6.Finlandia menghabiskan sekitar 30 persen lebih untuk biaya pendidikan per siswa mengungguli Amerika Serikat.
7. 30 persen anak-anak menerima bantuan tambahan selama sembilan tahun pertama mereka sekolah.

8. 66 persen siswa masuk ke perguruan tinggi.Dan tertinggi di erofa

9. Nyaris semua siswa memilki kemampuan akademis yang merata

10. Kelas sains maksimal 16 siswa sehingga mereka dapat melakukan eksperimen praktis dalam setiap kelas.
.Science classes are capped at 16 students so that they may perform practical experiments in every class.



11. 93 persen masyarakat Finlandia lulus dari SMA.bahkan17,5 peresen lebih tinggi dari AS .
12. 43 persen dari Finlandia siswa sekolah menengah pergi ke sekolah kejuruan.

13.Siswa SD mendapatkan 75 menit dari istirahat sehari di Finlandia dibandingkan rata-rata 27 menit di Amerika Serikat.
43 percent of Finnish high-school students go to vocational schools.

14. Guru hanya menghabiskan 4 jam sehari di dalam kelas, dan mengambil 2 jam seminggu untuk “pengembangan profesional.”
Teachers only spend 4 hours a day in the classroom, and take 2 hours a week for “professional development.”

15. Finlandia memiliki jumlah guru sebanyak di New York City, namun siswa jauh lebih sedikit. Dengan perbandingan 600.000 siswa di finlandia dengan 1,1 juta di NYC.

Senin, 23 Juni 2014

PSIKOLOGI PENDIDIKAN



MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN









FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCUBUANA
2 0 1 4





KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini sebagai pembahasan tugas Psikologi Pendidikan yang bertemakan “ Pelajar Yang Luar Biasa ”.

Kami menyadari bahwasanya Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran selalu kami harapkan dari semua ihak untuk membangun demi kesempurnaan tugas Makalah ini.

Demikian kami sampaikan terima kasih kepada bapak yang sudah membaca dan memberikan kritik untuk kelompok kami dan semoga Allah SWT meridhai segala usaha kita, Aamiin .

                                                                       



           
Karawang, 3 Juni 2014


                                                                                    Penyusun




















                                                                        BAB I
                                                PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Di Indonesia, angka anak dengan kebutuhan khusus belum tercatat secara spesifik. Paling sedikit 10% anak usia sekolah menyandang kebutuhan khusus, maka di Indonesia dengan Anak Usia sekolah (5-14 tahun) sebesar 46juta anak, diperkirakan sekitar 4 juta membutuhkan pendidikan yag khusus. Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Ststistik (BPS), diperkirakan ada 351.000 Anak berkebutuhan Khusus dibawah 5tahun.

Dalam makalah ini kami akan mengelompokan ciri-ciri anak berkebutuhan khusus, metode pembelajaran yang tepat untuk menghadapinya serta model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.

B.   Rumusan Masalah
-         Dasar-dasar anak berkebutuhan khusus
-         Jenis Gangguan yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus
-         Isu pendidikan yang berkaitan dengan anak yang menderita ketidakmampuan yaitu dari aspek hukum, penempatan dan pelayanan, orang tua sebagai mitra pendidikan dan teknologi


















                                               





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A.   ANAK – ANAK PENYANDANG DISABILITAS

1.     Disabilitas
a.     Pengertian
Disabilitas adalah ketidak mampuan anak dalam menerima pelajaran atau pendidikan seperti anak anak umumnya. Disabillitas dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok, yaitu disabilitas fisik, mental dan fisik-mental.
Pada umumnya anak mengalami kesulitan belajar membaca, menghitung dan memahami atau yang sering disibut disleksia, disgrafia dan diskalkula.

• Disleksia
Disleksia adalah ketidak mampuan memahai dan mengerjakan, tidak dapat menuliskan dengan benar apa yang telah di dengr, pada umumnya disleksia.
         
• Disgrafia
                   Disgrafia adalah ketidak mampuan anak dalam menuliskan sesuatu, biasanya penyadang disabilitas disgrafia mengalami kesulitan dalam penulisan dan saat menuliskan sesuatu membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan anak-anak semuarnya.
       
  Diskalkulia
              Diskalkulia adalah ketidak mampuan anak dalam materi hitungan, biasanya anak dengan penyandang diskalkulia tidak bisa menceritakan kejadian yang telah dialaminya dengan lengkap ( ada bagian-bagian yang hilang ). Sulit untuk mengoprasikan itungan ( + , - , x , : ) .

b.    Penyebab dan strategi-strategi intervensi


Penyebab ketidak mampuan belajar sampai saat ini belum di ketahui apa yang menyebabkannya, namun dari beberapa ahli ada yang berpendapat bahwa ketidak mampuan belajar ( disabilitas ) desebabkan oleh pertumbuhan saat berada pada janin, atau faktor genetik yang terdapat pada salah satu orang tua anak. Sehinga dalam hal ini faktor genetik juga berengaruh. Rata-rata anak dengan kelahrian berat badan di bawah rata-rata memiliki kemungkinan lebih besar mengalami disabilitas.
Strategi intervensi adalah pengulangan dalam pemberian materi belajar, dimana anak yang mengalami kesulitan belajar mendapatkan perhatian khusus dari seorang guru. Misalnya, ani adalah siswa yang mengalami disleksia, dengan strategi interverensi maka seorang guru akan memberi waktu intensife terhadap ani untuk memahami suatu materi hingga ani memahami betul tentang materi yang telah di berikan.



2.     Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktiv

Karakteristik  ADHD adalah :
1.     Kurang mampu memperhatikan
Anak mengalami kesulitan kesulatan fokus pada satu hal dan mungkin bosan dengan tugas setelah hanya beberapa menit. Satu studi menemukan bahwa masalah dalam mempertahankan perhatian adalah jenis yang paling umum dari masalah perhatian pada anak-anak dengan ADHD .
2.     Hiperaktiv
Anak hiperaktiv menunjukan tingginya tingkat aktivitas fisik, hampir seakan semua menjadi gerakan.
3.     Implusif
Mengalami kesulitan membatasi reaksi mereka dan tidak melakukan pekerjaan berpikir dengan baik sebelum bertindak.
Anak-anak dengan ADHD layar, mereka dapat didiagosis sebagai :
a.     ADHD anak dengan didiagnosis dengan kurangnya kemampuan untuk memperhatikan
b.     ADHD anak dengan hiperaktiv dan Implunsiv
c.      ADHD  dengan kurangnya perhatian dan hiperaktiv/ implunsif,
Penentu ADHD paling sulit ditentukan karena, sangat familiar, dalam khasus anak – anak ADHD pihak sekoalah tidak  boleh menilai atau mendiagnosis anak mengalami gangguan ADHD, karena hanya spesialis saja yang dapat memndiaggnosis hal teersebut, karena jika pihak sekolah yang memberikan penilaiaan tersebut dapat memperburuk citra sekolah dan guru.
     Penyebab ADHD adalah faktor genetik atau perrtumbuhan otak yang tak normal, khususnya otak bagiaan prefontal.


3.     Keterbelakangan mental

a.     Pengertian
          Retardasi mental adalah kondisi sebelum 18 tahun yang di tandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Retardasi mental tertuju pada sekelompok kelainan pada fungsi intelektual dan defisit pada kemampuan adaptif yang terjadi sebelum usia dewasa. kemampuan adiptif adalah kematangan diri dan sosial  seseorang dalam melakukan kegiatan umum sehari sesuai dengna usia dan berkaitan dengan budaya kelompok. akan tetapi klasifikasi retardasi mental lebih tergantung pada hasil penilaian IQ dari pada kemampuan adiptif.
          Retardasi merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar, terutama bagi negara berkembang di perkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0.3% dari seluruh populasi, dan hampir 3% mempunyai IQ di bawah70. sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bisa dimanfaatkan, karena 0,1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan sepanjang hidupnya. (swaiman KF, 1989)
          Klasifikasi tingkat Retardasi mental                                        nilai IQ
Retardadi mental ringan                                       52-69
Retardas mental sedang                                       36-51
Retardasi mental berat                                         20-35
Retardasi mental sangat berat                                        Di bawah 20
•Retardasi mental ringan
          retardasi mental ringan dinilai masih mampu didik masuk sekolah (dan masuk les) dan membutuhkan pendidikan khusu. merupakan 85% dari jumlah penderita retardasi mental kebanyakan bisa membantu diri sendiri, walaupun mereka memiliki pertimbangan, sensitivitas sosial. dan tilikan yang terbatas.

•Retardasi sedang
merupakan 10% dari aeluruh jumlah penderita retardasi mental. biasanya sudah dikenali sejak tahun-tahun  persekolahan. mereka dinilai “mampu di latih” , dapat mempelajari ketrampilan kerja yang sederhanadapat membaca setingkat kelas 2 sekolah bantu diri sendiri di lingkungannya. mereka cenderung terlihat kikuk dan cenderung tidak terkordinasi.
•Retardasi berat
3-4% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka termasuk penderita retardasi mental yang independen.mampu berbicara yang paling sederhana, tetapi membutuhkan suatu institusi atau pengasuh suportif yang intens. sering di temukan malformasi dan cacat fisik yang berat.
•Retardasi sangat berat
merupakan 1% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka tergantung secara total kepada orang laindan biasanya mempunyai kerusakan neurologiyang bermakna, tidak bisa berjalan atau berbicara. ( psikeatri,242)


b.     Faktor- Faktor
secara garis besarnya faktor penyebabnya dapat di bagi menjadi 4 golongan yaitu : (soetjiningsih  , 1994 )
1.     faktor genetik
akibat kelainan kromosom
•kelainan jumlah kromosom, misalnya trisomi kromosom 21 atau di kenal dengan mongolia atau down syndrom.
•kelaina bentuk kromosom
2.     faktor prenatal
dimaksud adalah keadaan tertentu yang sudah di ketahui ada sebelumnya atau pada saat kelahiran, tetapi tidak dapat di pastikan sebabnya.
3.     faktor perinantal
• Proses kelahiran yang lama, misalnya plasenta previa , ruptur tali umbilikus.
•Posisi janin yang abnormal seperti letak bokong atau melintang, anomali uterus, dan kelainan bentuk  jalan lahir.
•kecelakaan dalam proses melahirkan atau distress fatal.
4.     faktor  pascanantal
•akibat infeksi (meningitis, ensifalitis, meningoensefalitis, dan infeksi).
•trauma kapitis dan tumor otak
•kelainan tulang tengkorak.
•kelainan endokrin dan metabolik, keracunan pada otak, serta faktor sosio-budaya.
( buku ajaran asuhan keperawatan dengan gangguan sistem persarafan,427)
c.      Ciri-ciri
penderita retardasi mental bisa di kenali dengan
1.     penampilan fisik tida seimbang, isalnya kepala terlalu keci/besar, mulut melono, mata sipit atau mongoloid, badan bungkuk
2.     kecerdasan terbatas.
3.     tidak dapat menguru diri sendiri tanpa bantuan orang lain sesuai usia.
4.     perkembangan bahasa sangat terbatas
5.     tidak ada /kurang sekali dengan keadaan lingkungan (pandangan kosong) dan perhatiannuya labil, sering berpindah-pindah
6.     sering ngiler, atau keluar cairan dari mulut.
7.     koordinasi gerakam kurang. tidak terkendali.
Bila di tinjau dari gejalanya retardasi dapat di bagi menjadi 2:
1.     tipe klinik
biasanya di ketahui sejak dini, memiliki penyebab organik, dan sangat membutuhkan bantuan orang lain, kelainan fisik sudah sangat terlihat.
2.                    tipe sosial-budaya
biasanya di ketaui stelah mengikuti kegiatan persekolahan. penampilannya seperti anak normal, retardasi ringan termasuk tipe retardasi sosial-budaya.

d.     PengobatandanPencegahan
•Manajemen Terapi
manjemen terapi yang mungkin di berikan pada anak dengan retardasi mental diantaranya adalah :
1.     dokter anak memeriksa fisik anak secara lengkao dan mengobati kelainan penyakit yang mungkin ada.
2.     Pikologi menilai perkembangan mental terutama kognitif anak.
3.     Pekerja sosial untuk menilai situasi keluarga bila di anggap perlu.
• Pencegahan
1.     Preventive primer
•memberikan perlindungan spesifik pada penyakit tertentu  ( melakuka imunisasi )
•meningkatkan kesehatan dengan memberikan gizi yang baik, mengajarkan cara hidup sehat.
2.     Prevnetive sekunder
•mengidentifikasi penyakit sedini mungkin
•diagnosis dini PKU (fenilketonuria) dan hipotiroid di tanggulangi ( untuk mencegah        kerusakan lebih lanjut)
•koreksi defek sensoris kemudian dilakukan stimulus dini (stimulus sensoris, speech terapist)

4. Gangguan Fisik

Gangguan fisik pada anak meliputi ortopedi seperti cerebal plasy,dan gangguan kejang, banyak ddengan gangguan fisik memerlukan pendidikan khusu dan layanan terkait, seperti transportasi, terapi fisik, pelayanan kesehatan, dan laanan psikologi.

a.     Ortopedi adalah gangguan keterbatasan masalah gerakan, karena otot dan tulang sendi. Ortopedi dapat disebabkan karena gangguan prenatal atau perinatal dapat juga karena penyakit atau kecelakaan. Sedangkan cerebal plasy adalah gangguan gerakan bicara atau gemetar, penyebab utama cerebal plasy adalah kurangnya suplai oksigen saat lahir.
b.     Gangguan kejang, serring di kenal dengan eppilepsi, merupakan gangguan neurologis yang ditandai dengan diserangnya sensor motorik berulang uang, atau gerakan kejang kejang.
c.      Gangguan penglihatan gangguan penglihtan anak terjadi ddengan perbandingan 1 : 1000 anak, dengan kata lain gangguan penglihatan masih sangat kecil, gangguan penglihatan dapat diatasi dengan berbiccara pelan saat di depan kelas.
d.     Gangguan pendenganran membuat belajar anak sangat sulit, gangguan pendengaran saat kelahiran pertama dengan tingkat keparahan yang signifikan sangat berpengaruh pada kemampuan bahasa anak itu sendiri, pendekatan belajar bagi siswa pendenganran dapat melalui 2 thap, yaitu : pendekatan lisan dan manual.

5. Gangguan Bicara dan Bahasa

Gangguan dimaksud dengan gangguan bicara dan bahasa adalah terjadinya gangguan atau keterlambatan pada anak dalam berbicara atau menggunakan bahasa di dalam kehidupan sehari-harinya.Anak mengalami keterlambatan yang tidak sesuai dengan tahapan perkembangan di usianya.

Gangguan bicara dan bahasa berhubungan erat dengan area lain yang mendukung proses tersebut, seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran. Keterlambatan ini bisa dimulai dari bentuk yang paling sederhana, seperti bunyi suara yang ‘tidak normal’ (sengau atau serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme oral-motor dalam fungsinya untuk berbicara dan makan.

Yang termasuk dalam gangguan wicara dan bahasa antara lain: gangguan perkembangan artikulasi, gangguan kelancaran berbicara (gagap), terlambat bicara dan bahasa, gangguan Dysphasia dan Aphasia (ketidakmampuan  membentuk kata dan menangkap arti kata), gangguan disintegratif pada kanak-kanak, gangguan “Multisystem Development Disorder” (anak yang mengalami gangguan komunikasi, sosial, dan sensoris) (http://cae-indonesia.com/apa-itu-gangguan-bicara-dan-bahasa/)

6. Ganguan Spektrum Autisme

Autism menjadikan seorang anak membutuhkan perhatian lebih dari orang-orang di sekitarnya. Rumitnya ketidak mampuan seorang anak pada kondisi autism umunya muncul di awal , dalam 3 tahun pertama kehidupanna. Pendekatan terkini mengidentifikasikan bahwa satu dari 250 anak terlahir dengan bentuk spectrum autis. Gangguan system saraf ini meyebabkan kemunduran kemampuan berbahasa dan berbicara, dan perlahan mempengaruhi hubungan  dan komunikasi dengan sesama.
Dalam mencari metode penyembuhan, orang ua dan pengasuh umumnya mengamati perilaku sejak awal, karena usia anak masih muda dan kemampuan komunikasinya yang terbatas. ( Miracle of cell healing , 2006 )

7.Gangguan Emosi dan Perilaku

Gangguan emosi dan perilaku dikaji dengan berbagai kombinasi dari ansietas, depresi, dan emosi-emosi lain, dan juga satu pelanggaran terhadap hak-hak orang lain atau norma-norma dan aturan-aturan sosial utama yang disesuaikan dengan umur, gejala-gejala reaksi-reaksi penyesuaian remaja biasanya menjadi tampak pada kira kira usia 10 sampai 12 tahun dan di pandang sebagai respons psikososial pada perubahan fisik dan psikososial umum pada remaja. ( buku saku diagnose keperawatan pada keperawatan psikiatri, 1998 )

B.   ISU-ISU PENDIDIKAN YANG MELIBATKAN ANAK PENYANDANG DISABILITAS

1). ASPEK HUKUM

Menurut hukum, sekolah negeri diharuskan melayani semua anak yang memiliki keterbatasan dalam lingkungan yang sedapat mungkin tidak membatasi. Dalam hal ini akan mengeksplorasi aspek-aspek hukum dalam menghadapi anak-anak yang memiliki keterbatasan, mendeskripsikan dengan singkat penempatan dan layanan yang tersedia bagi anak-anak dan memeriksa peran orang tua dan teknologi dalam mendidik anak-anak yang memiliki keterbatasan.
Dimulai pada pertengahan 1960-an, badan pembuat undang-undang, pengadilan federal, dan Kongres AS menentukan hak-hak pendidikan bagi anak-anak yang memiliki keterbatasan, sebelumnya, sebagian besar anak-anak yang memiliki keterbatasan ditolak atau tidak dilayani dengan baik oleh sekolah-sekolah. Pada tahun 1975, Perwakilan Rakyat mengesahkan Education fo all handicapped children act yaitu sebuah undang-undang pendidikan bagi semua anak cacat yang mengharuskan bahwa  semua siswa yang memiliki keterbatasan diberi pendidikan yang bebas biaya dan layak serta memberikan pembiayaan untuk membantu mengimplementasikan pendidikan itu.
Ada banyak anak dengan latar belakang dan kebutuhan khusus yang berbeda-beda di setiap program, sekolah dan kelas. Anak-anak dengan kebutuhan khusus beserta keluarga seharusnya mendapat pendidikan dan pelayanan yang akan membantu mereka berhasil di sekolah dan dalam kehidupan. Pemerintah federal sudah mengeluarkan beberapa aturan untuk menjaga dan mendorong keterbatasan. Salah satu hukum federal yang paling penting adalah Individuals with Desabilities Education Act (IDEA), yang awalnya ditetapkan pada tahun 1975 dan disahkan kembali oleh Kongres pada tahun 2004.
Individuals with Disabilities Education Act (IDEA). Tujuan dari IDEA adalah memastikan bahwa semua anak penyandang cacat mendapatkan pendidikan gratis yang tepat dengan menekankan pada pendidikan khusus dan pelayanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan unik mereka, untuk memastikan bahwa hak anak-anak dengan keterbatasan dan orangtua atau wali yang dilindungi, untuk mendampingi negara dan pemerintah daerah dalam menyediakan pendidikan untuk semua anak penyandang cacat, dan untuk menilai dan memastikan keefektifan upaya mendidik anak-anak dengan keterbatasan.
IDEA mendefinisikan anak-anak dengan keterbatasan sebagai anak-anak dengan gangguan mental, gangguan bicara atau bahasa (termasuk kebutaan), gangguan emosi serius, gangguan ortopedis, autisme, trauma otak, gangguan kesehatan lainnya atau gangguan belajar khusus lainnya; dan anak-anak yang karenanya perlu pendidikan dan pelayanan khusus. Jumlah anak muda dari umur sampai sebelas yang berada dibawah IDEA pada tahun ajaran 2001 meliputi:
-                 Semua penyandang cacat: 2.729.822
-                 Gangguan belajar khusus: 897.833
-                 Gangguan bicara dan bahasa: 981.716
-                 Gangguan mental: 168.595
-                 Gangguan emosi: 131.254
-                 Cacat ganda: 50.450
-                 Gangguan fungsi pendengaran: 31.889
-                 Gangguan ortopedis: 30.041
-                 Gangguan kesehatan lainnya: 299.344
-                 Gangguan fungsi penglihatan: 11.448
-                 Autisme: 109.869
-                 Buta-tuli: 592
-                 Trauma otak: 7.876
-                 Pertumbuhan lambat: 78.915
Sekitar 10 sampai 12 persen anak-anak di seluruh negara menyandang cacat. Ini berarti dalam kelas dengan 20 – 25 siswa akan mempunyai setidaknya dua atau tiga anak dengan beberapa jenis cacat.
Tujuh Aturan IDEA. IDEA membuat tujuh aturan dasar dengan memberikan pendidikan dan pelayanan lain kepada anak-anak berkebutuhan khusus, yaitu:
1.    Tanpa penolakan. IDEA mendorong pendidikan untuk semua anak tanpa kecuali untuk mendapat pendidikan yang sesuai. Sementara sebelum IDEA banyak anak dikeluarkan dari program pendudukan atau ditolak sekolah, tapi sekarang ini bukan masalah.
2.    Penilaian tanpa diskriminasi dan penugasan multidisipliner. Penilaian yang adil diperlukan untuk menentukan apakah siswa memiliki kemamuan dan kalau mereka berkemampuan, apa yang harus ada dalam pendidikan siswa. IDEA menetapkan penggunaan prosedur tes yang tidak ditentukan dengan bebas dalam pelabelan dan penempatan siswa untuk pelayanan pendidikan khusus. Hal ini meliputi:
-   Menguji siswa-siswa dalam bahasa ibu mereka, jika memungkinkan, dan
-   Menggunakan prosedur evaluasi yang terpilih dan mengatur supaya tidak terjadi diskriminasi budaya atau ras
3.    Penilaian multidisipliner. Ini adalah pendekatan kelompok dimana sekelompok orang menggunakan berbagai metode dalam menilai anak-anak. Dengan menggunakan penilaian multidisiplin (MDA) membantu  memastikan kebutuhan anak dan program tidak akan ditentukan oleh suatu tes atau satu orang.
4.    Pendidikan yang tepat. Pelayanan dan instruksi yang sesuai perlu dirancang secara individual supaya memudahkan siswa dalam membuat kemajuan untuk memenuhi kebutuhan unik mereka. Pada dasarnya, IDEA memberikan gratis dan tepat (FAPE) bagi semua siswa antara umur tiga sampai dua puluh satu tahun. Tepat maksudnya anak-anak harus mendapat pendidikan sesuai dengan umur mereka, tingkat kedewasaan, kondisi keterbatasan, presentasi sebelumnya, dan harapan orangtua.
5.    Penempatan/lingkungan yang tidak terlalu ketat. Semua siswa penyandang cacat memiliki hak untuk belajar dalam lingkungan yang tidak terlalu ketat (LRE) – lingkungan yang konsisten dengan kebutuhan akademik, sosial, dan fisik.
6.    Proses yang menjadi hal. IDEA mendorong sekolah dan orangtua dengan cara-cara menyelesaikan perbedaan mereka dengan mediasi atau mendengarkan sebelum atau haikm pemeriksa yang tidak memihak.
7.    Partisipasi siswa dan orangtua. IDEA menetapkan proses pembuatan keputusan bersama dimana pendidik, orangtua, dan siswa bekerja sama dalam menentukan rencana pendidikan.

2). PENEMPATAN DAN PELAYANAN,
Anak penderita ketidakmampuan dapat ditempatkan di berbagai setiing, dan rangkaian pelayanan dapat dipakai untuk meningkatkan pendidikan mereka.
Penempatan. Penempatan anak dengan ketidakmampuan ini disusun dari tempat yang kurang restriktif sampai ke yang paling restriktif (Deno, 1970):
·        Kelas reguler dengan dukungan pengajaran tambahan di kelas reguler
·        Sebagian waktu dihabiskan di ruang sumber daya
·        Penempatan full-time dalam kelas pendidikan khusus
·        Sekolah khusus
·         Instruksi rumah
·        Instuksi di rumah sakit atau institusi lain



Presentase pelayanan pendidikan khusus yang disediakan di berbagai setting
Jenis Pelayanan
Persentase Pelayanan
Ruang sumber daya
36,3%
Kelas reguler
34,9%
Kelas terpisah
23,5%
Sekolah terpisah
3,9%
Fasilitas residensial
0,9%
Lingkungan rumah/rumah sakit
0%
Seperti yang diindikasikan dari tabel tersebut, anak-anak yang menerima pendidikan khusus, sekita sepertiga diantaranya menerimanya di kelas reguler, jumlah yang hampir sama mendapat pelayanan di kelas khusus (U.S Office of Education, 2000). Sekitar sepertiga dari anak yang mendapatkan pendidikan khusus di kelas terpisah menghabiskan 80 persen atau lebih dari waktu sekolah mereka di kelas reguler. Sepertiga lainnya menghabiskan 40 sampai 79 persen di kelas reguler. Sepertiga lainnya menghabiskan 0 sampai 39 persen di kelas reguler.
Pelayanan untuk anak dapat disediakan oleh guru kelas reguler, guru sumber daya, guru pendidikan khusus, konsultan kolaboratif, profesional lain atau tim interaktif.
·        Guru kelas reguler: Dengan meningkatkan inklusi, guru kelas reguler bertanggung jawab     memberikan lebih banyak pendidikan anak yang menderita ketidakmampuan belajar ketimbang di masa lalu dengan berbagai strategi.
·        Guru sumber daya: seorang guru sumber daya (resource teacher) dapat memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi banyak anak yang mengalami ketidakmampuan belajar. Banyak anak penderita gangguan kemampuan ini menghabiskan sebagian besar waktunya di ruang kelas reguler dan sebagian kecil dihabiskan di ruang sumber daya (resource room) dimana guru sumber daya bekerja bersama mereka. Dalam banyak situasi, guru sumber daya ini bertugas meningkatkan anak-anak ini dalam kemampuan membaca, menulis dan matematika. Yang terpenting bagi guru kelas reguler dan guru sumber daya untuk bekerja sama dan mengoordinasikan kerja mereka. Dalam beberapa kasus, guru sumber daya akan bekerja dengan anak di kelas reguler, bukan di kelas sumber daya.
·        Guru pendidikan khusus. Beberapa gurutelah memperoleh pelatihan ekstensif dalam pendidikan khusus dan mengajar anak penderita ketidakmampuan dalam “kelas pendidikan khusus” yang terpisah. Beberapa anak menghabiskan sebagian waktu dengan guru pendidikan khusus dan sebagian di kelas umum. Akan tetapi, guru pendidikan khusus biasanya mengemban tanggung jawab lebih besar atas anak ketimbang guru sumber daya, yang biasanya membantu guru di kelas umum. Anak bisa belajar membaca, menulis, amtematika, atau sains dengan guru pendidikan khusus, dan belajar olahraga, seni atau musik, bidang paling sering ditangani guru pendidikan khusus adalah bidang membaca dan klasifikasi guru pendidikan khusus yang paling lazim adalah guru anak-anak yang mengalami gangguan belajar. Dalam beberapa sistem sekolah, jika lebih dari persentase tertentu (misalnya 60 persen) dari waktu anak dihabiskan dengan guru pendidikan khusus, maka programnya dinamakan self-contained special education. Program ini juga dilakukan ketika anak dididik di sekolah khusus anak yang menderita ketidakmampuan.
1.     Pelayanan terkait. Selain guru kelas reguler, guru sumber daya (resource teacher) dan guru pendidikan khusus, ada sejumlah personel pendidikan khusus lainnya yang memberikan pelayanan pendidikan anak yang menderita ketidakmampuan. Mereka antara lain asisten guru, psikolog, konselor, pekerja sosial sekolah, perawat, dokter, terapis dan terapis fisik serta spesialis guru bicara dan mengajar, seperti audiologis.
2.     Konsultasi kolaboratif dan tim interaktif. Dalam dua dekade terakhir ini, para pakar pendidikan untuk anak yang menderita ketidakmampuan semakin mendukung konsultasi kolaboratif. Dalam konsultasi kolaboratif, orang dengan berbagai keahlian akan berinteraksi untuk memberikan pelayanan bagi anak. Para periset telah menemukan bahwa konsultasi kolaboratif sering kali menguntungkan anak dan meningkatkan keahlian dan sikap mereka terhadap guru. Idealnya konsultasi kolaboratif mendorong tanggung jawab bersama dalam perencanaan dan pembuatan keputusan, konsultasi ini juga memampukan pendidik dengan berbagai keahlian untuk menyusun alternatif pendekatan pengajarang yang efektif. Ketika digunakan konsultasi kolaboratif,banyak anak tetap di kelas reguler dan guru reguler aktif terlibat dalam merencanakan pendidikan anak. Istilah interactive teaming semakin terkenal, anggota tim interaktif adalah kalangan profesional dan orangtua yang bekerja sama untuk memberikan pelayanan langsung dan tidak langsung kepada anak. Mereka berbagi pengetahuan dan keahlian, mengajarkan keahliannya kepada anggota lain jika diperlukan. Ukuran tim bisa bervariasi dan perubahan komposisi tim akan tergantung kepada kompleksitas kebutuhan anak. Orang yang terlibat bisa spesialis pendidik, medis, administratif, vokasionalm kesehatan, pelayanan sosial dan orang tua.

3). ORANG TUA SEBAGAI MITRA PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI
Pendidik dan peneliti semakin mengakui pentingnya guru dan orang tua untuk bersama-sama membantu pembelajaran siswa yang menderita ketidakmampuan. Individual with disabilities Education Act (IDEA) mewajibkan partisipasi orang tua dalam pengembangan program pendididkan untuk semua anak yang menderita ketidakmmapuan.
Teknologi. Individual with Disabilities Education Act (IDEA) termasuk amandemennya pada 1997 menyatakan bahwa perangkat teknologi bisa disediakan untuk murid penderita ketidakmampuan demi memastikan pendidikan yang gratis dan tepat. Dua tipe teknologi yang digunakan adalah teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan pendidikan anak penderita ketidakmampuan adalah teknologi pengajaran (intruksional) dan teknolohi asistensi (bantuan).
Teknologi instruksional berupa berbagai tipe hardware dan software, dikombinasikan dengan metode pengajaran yang inovatif, untuk mengakomodasi kebutuhan belajar di kelas. Teknologi ini bisa berupa video intruksi dengan bantuan komputer atau program hypermedia yang kompleks dimana komputer digunakan untuk mengontrol display dari gambar dan suara yang disimpan di videodisc. Penggunaan sistem telekomunikasi, terutama internet dan World Wide Web sangat menjanjikan bagi peningkatan pendidikan murid baik yang menderita ketidakmampuan maupun yang tidak.
Teknologi bantuan (assistive technology) berupa beragam perangkay dan pelayanan untuk membantu murid penderita ketidakmampuan agar bisa berkomunikasi d i lingkungan mereka, contohnya adalah alat bantu komunikasi, keyboard komputer altermatif dan alat adaptasi lainnya. Untuk mencari peralatan seperti itu, pendidik bisa menggunakan database komputer seperti Device Locator System.
Tim pendidik dan profesional lainnya sering mengombinasikan teknologi-teknologi untuk meningkatkan pembelajaran anak penderita ketidakmampuan. Misalnya, murid yang tidak mampu menggunakan tangannya untuk mengoperasikan keyboard komputer dapat menggunakan komputer yang dioperasikan dengan suara (teknologi bantuan) yang memberi intruksi dari sebuah software yang didesain untuk mengeja intruksi (teknologi intruksional).


C. ANAK-ANAK BERBAKAT

A.   Pengertian Anak-Anak Berbakat

Versi Amerika : Anak berbakat adalah mereka yang menunjukan secara konsisten penampilan luar biasa, hebat dalam suatu bidang yang berfaedah. (Kirk dan Gallagher dalam Henry, 1978:61)
Publik Law / Kongres Amerika 1981 (Gifted and talented) ialah Anak yang menunjukkan/penampilan yang tinggi dalam bidang-bidang, akademik khusus dan yang memerlukan pelayanan-pelayanan atau aktivitas- secara aktivitas yang tidak biasa disediakan oleh sekolah agar tiap kemampuan berkembang penuh. Clark (1983.26)
Keberbakatan adalah suatu konsep yang berakar biologis, suatu nama dari intelegensia taraf tinggi sebagai hasil dari integrasi yang maju cepat dari fungsi-fungsi dalam otak, meliputi pengindraan (physical sensing), emosi, kognisi,dan intuisi.

Anak berbakat memiliki kecerdassan diatas rata-rata (dengan nilai IQ 130 atau lebih tinggi ) atau adanya bakat unggul dalam beberapa domain  seperti seni, musik, atau matematika. Standart penerimaan untuk anak berbakat didasarkan pada kecerdasaan dan bakat akademis meskipun untuk memperluas kriteria tersebut memasukan faktor-faktor seperti kreativitas dan komitmen (Horowitz, 2009;Winner, 2009) menggambarkan lima bidang bakat : Intelektual, akademik, seni kreatif, visual dan pertunjukan, serta kepemimpinan.
Apakah bakat merupakan keturunan atau hasil lingkungan ? Kemungkinan besar keduanya beenar. Individu-individu berbakat dapat mengindentifikasikan bahwa mereka mempunyai tanda-tanda kemampuan yang tinggi pada bidang tertentu pada usia muda, sebelum awal pendidikan (Howe, 1995). Ini menunjukan bahwa kuatnya pengaruh genetik atau keturunan pada anak berbakat.
Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya : anak berusia 3 tahun, jika sedang bermain ia terlihat seperti anak seusianya, tetapi jika sednag membaca ia menampilkan sikap seperti anak berusia 10 tahun. Jika mengerjakan soal matematika ia seperti anak berusia 12 tahun, da jika berbicara ia seperti anak berusia 5 tahun.
Yang perlu dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya.
                                                                        
B.   Karakteristik
Tiga kriteria yang menjadi ciri anak berbakat, menurut Ellen Winner (1996) :
1.     Prekositas, anak yang berbakat menjadi dewasa sebelum waktunyaketika diberi kesempatan untuk menggunakan bakat atau talenta mereka.
2.     Berbaris ke pemain drum mereka sendiri, anak berbakat belajar dengan cara berbeda dari anak-anak yang tidak berbakat secara kualitatif. Salah satu cara mereka berbaris ke pemain drum yang berbeda adalah bahwa mereka memerlukan dukungan yang sedikit, atau perancah dari orang dewasa untuk belajar daripada rekan-rekan mereka yang tidak berbakat melakukannya.
3.     Keinginan untuk menguasai, anak berbakat didorong untuk memahami domain dimana mereka memiliki kemampuan yang tinggi. Menampilkan minat obsesif dan intens serta kemampuan untuk fokus. Mereka sering memiliki tingkat motivasi internal yang tinggi.
4.     Selalu unggul melibatkan pengolahan informasi keterampilan.

C.    Masalah Alam-Asuhan, Perubahan Perkembangan, dan Bakat Wilayah Spesifik.
1.     Masalah Alam-Asuhan
Individu berbakat adalah mereka yang memiliki tanda-tanda kemampuan yang tinggi di daerah tertentu pada usia yang sangat muda, sebelum atau pada awal pelatihan formal (Howe&Lain, 1995)

2.     Perubahan Perkembangan dan Bakat Wilayah Khusus

Salah satu alassaan bahwa beberapa anak yang berbakat tidak menjadi orang dewasa berbakat adalah bahwwa mereka telah di dorong terlalu keras oleh orangtua yang terlalu bersemangat (Thomas,  Ray, & Moon, 2007). Akibatnya, mereka kehilangan motivasi intrinsik (internal) (Winner, 1996, 2006). Bakat akan semakin berfokus pada lintasan perkembangan domain khusus (Liben, 2009; Matthews, 2009). Selama masa remaja, individu yang berbakat menjadi kurang bergantung pada dukungan orangtua dan semakin mengejar kepentingan mereka sendiri. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasikan bakat domain-khusus individu dan memberikan kesempatan pendidikan yang tepat dan oposional untuk remaja (Keating, 2009).

D.   Mendidik Anak Berbakat
Terdapat  empat pilihan program untuk anak-anak yang berbakat (Hertzog, 1998) :

1.     Kelas Khusus, menjadi cara umum dalam memdidik anak  yang berbakat. Selama hari sekolah biasa disebut dengan “Penarikan”
2.     Percepatan  dan pengayaan dalam pengaturan kelas reguler,  melompat kelas (promosi ganda), teloskopsis (menyelesaikan dua kelas dalam satu tahun), penempatan maju, percepatan subjek materi.(Cloud, 2007).
3.     Mentor dan program magang, ini adalah hal penting, cara yang kurang dimanfaatkan untuk memotivasi, menantang dan mendidik anak berbakat secara efektif.
4.     Kerja/studi dan/atau program pelayanan masyarakat, ini termasuk dalam penekanan berbasis masalah, menyuruh anak melakuukan proyek, menciptakan portofolio, dan berfikir kritis.
5.     Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah), dalam metode ini orangtua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat jadwal khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan.

E.   Pendidikan Anak Berbakat

Tujuan pendidikan pada anak berbakat agar dapat menguasai konsep konseptual yang sesuai dengan kemampuannya, memiliki keterapilan yang menjadikan mandiri dan kreatif serta mengembangkan kesenangan dan kegairahan belajar untuk berprestasi. Dari segi kepentingan masyarakat, anak berbakat membutuhkan kepedulian, pengakomodasian, perwujudan lingkungan yang kaya dengan pengalaman, dan kesempatan anak berbakat untuk berlatih secara nyata. Di Indonesia perkembangan pendidikan bagi anak berbakat dan pendidikan khusus lainnya, mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam dua dasawarsa terakhir. Dengaan lahirnya undang-undang  siatem pendidikan nasional no. 2 tahun 1989byang kemudian disempurnakan menjadi UU No.20/2003 pendidikan luar biasa tidak hanya diselenggarakan melalui sistem persekolahahn khusus (SLB), namun juga dapatsiatem pendidikan nasional no. 2 tahun 1989byang kemudian disempurnakan menjadi UU No.20/2003 pendidikan luar biasa tidak hanya diselenggarakan melalui sistem persekolahahn khusus (SLB), namun juga dapat diselekggarakan secara inklusif di sekolah reguler pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Bentuk pelenggaraan pendidikan menurut Hallan dan Kauffman (1991) tersebutaan pendidikan menurut Hallan dan Kauffman (1991) tersebut menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus (anak berbakat) dapat ddik dimana saja, disekolah,dirumah ataaupun dirumah sakit selama memungkinkan. Bentuk layanan pendidikan yang tepat dapat dikelompokan menjadi 2 kelompok besar yaitu :

1.     Pendidikan Segresi
Merupakan pendidikan yang terpisah dari sistem pendidikan anak normal. Ada empat penyelenggarakan pendidikan dengan sistem Segresi, yaitu :
a.     Sekolah Luar Biasa ( SLB )
b.     Sekolah Luar Biasa Ber-asrama
c.      Kelas Jauh/ Kelas Kunjung
d.     Sekolah Dasar Luar Biasa

2.     Pendidikan Terpadu
Sistm pendidikan yang memberikan kesemmpatan kepada anak untuuk belajar bersama-sama dengan anak normal umum lainnya. Dengan demikian, melalui sistem inteegrasi ini, anak berkebutuhan khusus(anak Berbakat) bersama-sama dengan anak normal belajar dalam satu atap secara bersamaan.

Untuk membantu kesulitan yang dialami oleh anak-anak tersebut, di sekolah terpadu di sediakan Guru Pembimbing Khusus (GBK). Fungsinya sebagai konsultan bagi guru, kepala sekolah, atau anak-anak berbakat litu sendiri.


F.    Ciri-ciri Anak Berbakat
Bakat pada anak dapat diketahui pada saat anak masih kecil. Berikut adalah ciri-ciri anak berbakat  :
1.     Memiliki ciri khas
Anak akan memiliki ciri khas, saat ia sedang bermain bersama teman sebayanya ia akan terihat tampak dewasa sehingga ketika bermain cenderung akan memisah. Namun bukan berarti anak tidak mau bermain hanya saja dia bisa untuk menyesuaikan dengan lingkungan nya.

2.     Memiliki cara pandang yang berbeda
Anak ini cenderung tidak bisa diam dan aktif terhadap hal-hal baru.  Anak lebih suka mengekspelorasi dan mempelajari lebih lanjutsesuatu yang ada di sekeliling dia.

3.     Gaya Bahasa lebih dewasa
Anak ini akan menyerap bahasa orang dewasa dan menirukannya. Maka dari itu, jangan heran bila anak mengikuti perkataan orang dewasaa saat sedang berbicara bersaama teman ataupun orangtuanya sehingga menjadikan anak lebih cepat unuk menjawab terhadap pertanyaan yang diajukan kepadanya.

4.     Memiliki kemampuan Logika
Anak ini akan mudah memahami benda-benda yang besar dan kecil, serta membedakan banyak dan sedikit. Selain itu, anak juga mengerti berapa lama, beraapa jauh, dan berapa banyak. Ia juga mampu membedakan atas dan bawah, kiri dan kanan, serta maju dan mundur.

































PENUTUP

Kesimpulan

              Pelajar yang Luar biasa adalah yang terdiri dari disabilitas dan anak berbakat atau anak berkebutuhan khusus memiliki arti penekanan yang berada pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi yang maksimal.

                Disabilitas dapat digolongkan menjadi 3 yaitu : 1). Gangguan Bicara & Bahasa. 2). Ganguan Fisik. 3). Keterbelakangan Mental. 4). Gangguan Pemusatan perhatian & Hieraktiv ( gangguan ADHD ). 5). Autisme.

                Bentuk pendidikannya dikelompokan menjadi 2 kelompok besar yaitu : Bentuk Layanan pendidikan Segresi dan bentuk layanan pendidikan terpadu.
ISU PENDIDIKAN YANG BERKAITAN DENGAN ANAK YANG MENDERITA KETIDAKMAMPUAN terbagi menjadi 2, yaitu : aspek hukum dan teknologi

Aspek hukum : UUP untuk semua anak disabilitas, yang mewajibkan semua siswa penyandang cacat diberikan pendidikan umum yang sesuai dan gratis,serta menyediakan dana untuk membantu melaksanakan pendidikan ini.
Teknologi : Perangkat input khusus dapat membantu siswa dengan disabilitas fisik menggunakan computer lebih efektif.banyak siswa dengan disabilitas fisik seperti celebral palsy tidak dapat menggnakanbpapan ketik dan tetikus biasa,namun dapat mengggunakan papan ketik alternative yang efektif
















DAFTAR PUSTAKA

Santrock, J.W 2004. Educational Psychologi, 2 edition. Terjemaahan (Tri Wibowo B.S)
John W. Santrock. 2008. Psikologi pendidikan, 2th edition. Universitas of texas-dallas. Penerbit salemba humanika. Jakarta selatan.
John w. Santrock. Educational Psychology. Edisi 3 buku 1. Universitas of texas-dallas. Penerbit salemba humanika.



Buku saku diagnose keperawatan pada keperawatan psikiatri, 1998

Kumpulan makalah-kedokteran-psikologi-pendidikan anak berbakat