FILSAFAT
UMUM
FILSAFAT
BARAT
Created
By :
Apriansyah
- 46113320008
Tika
Endah
Siham
- 46113320020
Kata
pengantar
Tidak ada orang pada masa kini yang
mengenal psikologi, bagaimanapun psikologi telah menyentuh semua bagian aspek
kehidupan. Karena psikologimempengaruhi begitu banyak aspek kehidupan kita,
penting juga kiranya bagi mereka yang tidak bermaksud memperdalam diri dalam
disiplin ilmu ini sekedar mengetahui fakta – fakta dasarnya. Pelajaran
psikologi dapat memberikan pengertian yang lebih baik tentang sebab – sebab
mengapa, misalnya, orang berpikir dan bertindak seperti yang mereka lakukan,
dan memberikan pandangan untuk menilai perilaku dan reaksi yang akan anda
lakukan sendiri.
Singkatnya, psikologi penting bagi
mereka yang dalam kehidupannya selalu berhubungan dan bersama orang lain.
Psikologi dibutuhkan atau dipelajari oleh mereka, yang dalam tugas dan
jabatannya akan bekerjasama dengan orang lain. Itulah inti kegunaan psikologi.
Gambaran singkat tentang makalah
ini, ialah membahas tentang filsafat barat baik pengertian asal bahkan metode
dan alirannya. Meskipun makalah yang anda baca ini merupakan hasil pergulatan
yang sangat panjang dan melelahkan tetapi kami belum merasa begtu puas karena
masih demikia banyak hal – hal yang tidak kamiketehaui secara lebih mendalam
lagi.
Terimakasih kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan kami kekuatan dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan
makalah ini dan terimakasih kepada Ibu Arie Suciyana S,Si Msi yang telah
menginstruksikan kami untuk menyusun makalah ini yang bertemakan tentang
Filsafat Barat.
Akhirnya kami mengucapkan
terimakasih kepada semua yang terkait atas terbentuknya makalah dengan
pembahasan ini.
MOHAMMAD APRIYANSYAH
SIHAM
TIKA ENDAH .W.
Daftar
Isi
Kata pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
-
Latar
Belakang
-
Identifikasi
Masalah
-
Batasan
Masalah
Bab II Pembahasan
-
Isi
Bab III Penutup
-
Kesimpulan
-
Daftar
Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia
senatiasa terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak
ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situasi
itu banyak yang berpaling kepada agama atau kepercayaan Ilahiah.
Tetapi sudah sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh
taqwa itu tidak menahan manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk
mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu.
Proses itu mencari tahu dan ahirnya menghasilkan kesadaran, yang disebut
pencerahan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan
koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah
ilmu pengetahuan.
B.
Rumusan Masalah
Agar
pembahasan didalam makalah kami mudah
dipahami, maka kami akan membatasi pembahasan dalam makalah kami, yaitu :
1.
Apa yang dimaksud dengan filsafat
barat?
2.
Siapa saja tokoh-tokoh filsafat
barat?
3. bagaimana penerapan budaya filsafat barat
di Indonesia saat ini ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk menjelaskan pengertian dari
filsafat barat.
2. Menjelaskan tokoh-tokoh filsafat
barat.
3. menjelaskan penerapan budaya filsafat barat
di Indonesia saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Filsafat adalah studi tentang
seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasa.
Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan
percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari
solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi
tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak
diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
A. Filsafat Barat
Filsafat Barat adalah ilmu yang
biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan
daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi
orang Yunani kuno. Namun pada hakikatnya, tradisi falsafi Yunani sebenarnya
sempat mengalami pemutusan rantai ketika salinan buku filsafat Aristoteles
seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi
bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah
menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara.
Selanjutnya dikatakan bahwa
seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi sumber perkembangan filsafat
dan ilmu pengetahuan di Eropa, maka John Salisbury, seorang guru besar filsafat
di Universitas Paris, tidak akan menyalin kembali buku Organon karangan
Aristoteles dari terjemahan-terjemahan berbahasa Arab, yang telah dikerjakan
oleh filosof Islam pada dinasti Abbasyah.
Tokoh utama filsafat Barat antara
lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Arthur Schopenhauer,
Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.
Dalam tradisi filsafat Barat di
Indonesia sendiri yang notabene-nya adalah bekas jajahan bangsa Eropa-Belanda,
dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu.
Tema-tema tersebut adalah: ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
1.
Tema Ontology
Ontologi
membahas tentang masalah “keberadaan” sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan
secara empiris (kasat mata), misalnya tentang keberadaan alam semesta, makhluk
hidup, atau tata surya.
2.
Tema Epistemology
Kata
ini berasal dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos
(kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang
paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang
apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya
dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang
berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian,
dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan
yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia
melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode
induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode
dialektis.
3.
Tema Aksiolgi
Aksiologi
merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang
berarti teori tentang nilai.
B. Filsafat Yunani Kuno
Filsafat
Yunani terbagi menjadi dua periode yaitu: periode Yunani kuno dan periode
Yunani klasik. Periode Yunani kuno disebut periode filsafat alam, karena pada
periode ini ditandai dengan munculnya ahli pikir alam dimana arah dan perhatian
pemikirannya pada alam sekitarnya. Pernyataan-pernyataan yang dibuat bersifat
filsafati (berdasar akal pikir) dan tidak berdasar pada mitos sebagaimana pada
masa metologi.
1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Filsafat Yunani
Berkembangnya
Yunani kuno tersebut tentu saja selain dipengaruhi faktorbinternal, juga
tak kalah kuatnya dipengaruhi faktor eksternal. Faktor eksternal,
Yunani berdekatan dengan daerah Timar Kuno (Cina) dan Mesir. Di daerah-daerah
ini, ilmu pengetahuan sudah berkembang, meskipun perkembangan tersebut masih
terbatas di pusat perkembangan daerah itu. Persentuhan ilmu yang diadopsi dari
Timar Kuno dan Mesir yang sudah kaya dan maju dengan ilmu pengetahuan, kemudian
memengaruhi wacana mite-mite yang berkembang di Yunani. Dunia mitos Yunani Kuno
ini kemudian berhasil melahirkan sejumlah filosof yang sangat berpengaruh.
Lahirnya Yunani sebagai pusat peradaban dunia-pada zamannya-adalah konsekuensi
logis yang sangat rasional. Orang Yunani khususnya sejak zaman Plato sudah
memperhatikan ide-ide, hubungan antara realitas dan ilusi, bentuk dan
substansi, fakta dan fiksi.
Yunani
Kuno cukup mempengaruhi peradaban Barat. Karya seni, desain, dan karya sastra
yang yulgarer sehingga filsafat yang tinggi, yang dihasilkan bangsa barat,
memperhatikan adanya pengaruh yang adikuat dari bangsa Yunani. Filsafat
dianggap lahir begitu saja di Yunani disebabkan kecerdasan alami bangsa Yunani
yang sangat tinggi, tanpa campur tangan perabadan lain yang jauh lebih tua,
misalnya Mesopotamia dan Mesir, dua perabadan dengan rentang waktu jauh lebih
panjang dan berusia sangat tua, yang terletak sangat dekat dengan Yunani (hanya
dibatasi oleh laut Tengah atau Mediterania).
Yunani
dianggap memiliki sangat banyak faktor internal, seperti keindahan alam,
kebaikan iklim dan kecerdasan manusia, yang mengakibatkan timbulnya filsafat
dengan tiba-tiba pada masa Thales, di dalam sebuah perabadan yang berusia jauh
lebih singkat daripada perabadan Mesir dan Mesopotamia ini. Sebelum perabadan
Yunani, pemikiran rasional dan penyelidikan teratur terhadap alam semesta tidak
dikenal di dunia.
Ada
lagi pandangan bahwa perabadan yunani memberikan sumbangan perabadan terbasar
dalam hal pemikiran rasional dan penelitian ilmiah bagi perabadan-perabadan
lain yang “kurang” maju. Pandangan-pandangan semacam inilah yang sangat
mempengaruhi dunia keilmuan sajak dulu hingga saat ini. George Sarton
menegaskan bahwa “keajaiban” Yunani dalam bidang sains sebenarnya telah
didahului oleh ribuan tahun pencapaian sains di Mesir dan Mesopotamia, maka
pandangan bahwa sains bermula dari Yunani adalah pemalsuan hakikat sejati yang
merupakan sikap “kekanak-kanakan.
Sarton
menyatakan bahwa sains Yunani sebenarnya lebih merupakan suatu pemulihan
daripada penciptaan. Lebih jauh, melalui pengamatan akan kaidah sejarah
perabadan dunia secara menyeluruh, dapat kita ambil suatu pelajaran bahwa
kemunculan-kemunculan filsafat dan sains di dalam setiap peradaban hanya dapat terjadi
melalui suatu kesinambungan intelektual (intellectual continuity) dalam
rentang masa yang panjang. Namun, sejarah mencatat bahwa zaman sebelum
Thales adalah the Dark Ages of the greeks yang dipenuhi dengan berbagai bencana
alam dan penjajahan. Hal ini berkebalikan dengan iklim keilmuan yang berkembang
dalam perabadan Mesir dan Mesopotamia selama berabad-abad yang membuktikan
adanya benang merah tradisi amaliah yang memungkinkan mereka merenungi
pencapaian alamiah mereka demi men-tajrid-kan prinsip-prinsip umum
sebagai asas disiplin akliah seperti geometri, ilmu hisab, ilmu falak dan
pengobatan.
Sebagai
kesimpulan peradaban-peradaban dunia, baik peradaban Yunani,Islam, kristen,
Barat dan modern sebenarnya memiliki dua faktor dasar yang mempengaruhi perkembangannya,
yaitu faktor internal yang menyebabkan perkembangan internal dan faktor
eksternal yang mendasari perkembangan eksternalnya. Dalam peradaban Yunani, worldview
Yunani Kuno dibentuk melalui penggabungan unsur-unsur asli Indo-Eropa dan
unsur-unsur non-Eropa, yaitu Mesir dan Funesia yang pernah menjajahnya. Pada
awal abad ke-6 filsafat berhenti untuk waktu yang lama. Segala perkembangan
ilmu pada waktu itu terhambat. Hal ini disebabkan karena abad ke-6 dan ke-7
adalah abad-abad yang kacau. Pada waktu itu ada perpidahan bangsa-bangsa, yang
mengakibatkan adanya serangan-serangan bangsa-bangsa yang masih belum beradab
terhadap kerajaan Romawi, sehingga kerajaan itu runtuh. Bersamaan dengan
keruntuhan kerajaan Romawi itu runtuhlah juga segala peradabat Romawi, baik
peradaban yang bukan Kristiani maupun peradaban Kristiani yang sedang dibangun
selama 5 abad terakhir. Filsafat barat abad pertengahan ( 476-1492 M ) juga
dapat dikatakan sebagai abad gelap. Berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja,
saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia. Manusia tidak
lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam
dirinya. Para ahli pikir saat itu juga tidak mempunyai kebebasan berpikir.
Apalagi terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan agama
ajaran gereja. Siapa pun orang yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman
berat.
Akan
tetapi di sepanjang perjalanan abad-abad keadaan berubah. Buku-buku pegangan
dialektika lama-kelamaan diganti dengan karangan-karangan Aristoteles mengenai
logika, sedang dalam perkembangannya yang lebih lanjut lagipelajaran artes
liberales makin diubah menjadi studi filsafat, terutama filsafat
Aristoteles. Untuk itu setelah mempelajari mengenai sejarah perkembangan ilmu
filsafat pada masa abad pertengahan ini, kita akan mampu membedakan baik dari
segi karakteristik, filosof, dan pemikiran tokoh itu sendiri, menginat
pentingnya filsafat bagi kehidupan kita sehari-hari.
DEFINISI TENTANG PEMIKIRAN MASA ABAD
PERTENGAHAN
Filsafat Yunani mengalami kemegahan
dan kejayaan dengan hasil yang sangat gemilang, yaitu melahirkan peradaban
Yunani. Menurut pandangan sejarah filsafat, dikemukakan bahwa peradaban Yunani
merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia. Maka pandangan sejarah
filsafat dikemukakan manusia di dunia. Giliran selanjutnya adalah warisan
peradaban Yunani jatuh ke tangan kekuasaan Romawi. Kekuasaan Romawi
memperlihatkan kebesaran dan kekuasaan hingga daratan Eropa (Britania), tidak
ketinggalan pula pemikiran filsafat Yunani juga ikut terbawa. Hal ini berkat
peran Caesar Augustus yang menciptakan masa kemasan kesusastraan Latin, kesian,
dan arsitektur Romawi. Setelah filsafat Yunani sampai ke daratan Eropa, di sana
mendapatkan lahan baru dalam petumbuhan. Karena bersamaan dengan agama kristen,
filsafat Yunani berintegrasi dengan agama Kristen, sehingga membentuk suatu
formasi baru. Maka, muncullah filsafat Eropa yang sesungguhnya sebagai
pejelmaan filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan agama Kristen.
Di dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan filsafat Eropa (kira-kira selama 5 abad) belum memunculkan ahli
pikir (filosof), akan tetapi setelah abad ke-6 Masehi, muncullah para ahli
pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa yang
mengawali kelahiran filsafat barat abad pertengahan. Filsafat Barat Abad
Pertengahan (467 – 1492) juga dapat dikatakan sebagai “abad gelap”. Pendapat
ini disarankan pada pendekatan sejarah gereja. Memang pada saat itu tindakan
gereja sangat membelenggu kehidupan manusia sehingga manusia tidak lagi
memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya.
Para ahli pikir pada saat itu pun tidak memiliki kebebasan berfikir. Apabila
terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, orang yang
mengemukakan akan mendaptkan hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya
penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian
tentang agama/teologi yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan
larangan yang ketat. Yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama
hanyalah gereja. Walaupun demikian, ada juga yang melanggar larangan tersebut
dan mereka dianggap orang murtad dan kemudian diadakan pengejaran (inkusisi).
Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad petengahan antara
lain:
-
Cara berfikirnya dipimpin oleh gereja.
-
Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles.
-
Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
Masa abad pertengahan ini juga dapat
dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan upaya mengiringi manusia ke
dalam kehidupan sistem kepercayaan yang picik dan fanatik, dengan menerima
ajaran gereja secara membabi buta. Karena iru paerkembangan ilmu pengetahuan
terhambat. Masa ini penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya untuk
membimbing umat ke arah hidup yang saleh. Namun, di sisi lain, dominisi gereja
ini tanpa memikirkan martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran,
keinginan, dan cita-cita untuk menentukan masa depannya sendiri.
Zaman Abad Pertengahan ditandai
dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada
masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan
aktivitas keagamaan. Semboyang yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla
theologia atau abdi agama. Namun demikian harus diakui bahwa banyak juga
temuan bidang ilmu yang terjadi pada masa ini. Periode Abad Pertengahan
mempunyai perbadaan yang mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan itu
terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang dijarkan
oleh Nabi Isa as. pada permulaan Abad Masehi membawa perubahan besar terhadap
kepercayaan keagamaan. Agama Kristen menjadi problem kefilsafatan karena
mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini
berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat
dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua:
- Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang kafir, karena tidak mengakui wahyu.
- Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan, kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati maka akal dapat dibantu oleh wahyu.
Masa Abad Pertengahan ini terbagi
menjadi dua masa yaitu masa Paratistik dan masa Skolatistik. Sedangkan masa
Skolatistik terbagi menjadi Skolastik Awal. Skolastik Puncak, dan Skolastik
Akhir.
- a. Masa Parastik
Istilah parastik berasal dari kata
Latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin gereja. Para pemimpin
gereja ini dipilih dari golongan atas dan atau golongan ahli pikir. Dari
golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka
ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yag menerimanya. Bagi mereka yang
menolak, alasanya karena beranggapan bahwa sudah mempuyai sumber kebenaran
yaitu firman Tuhan, tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain
seperti dari filsafat Yunani. Bagi mereka yang yang menerima sebagai alasannya
beranggapan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan,
tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya
saja (tata cara berfikir). Juga, walaupun filsafat Yunani sebagai kebenaran
manusia, tetapi manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. Jadi, mereka/menerima
filsafat Yunani diperbolehkan selama dalam hal-hal tertentu tidak bertentagan
dengan agama.
- b. Masa Skolatik
Istilah Skolatik adalah kata sifat
yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik
berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik
merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Terdapat beberapa
penegrtian dari corak khas Skolatik, sebagai berikut;
- Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Skolatik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
- Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada, kejasmanian, kehormatan, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul istilah skolastik Yahudi, skolastik Arab dan lain-lainnya.
- Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran enegetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi anatar kepercayaan dan akal.
- Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak diperngaruhi leh ajaran gereja.
Faktor Skolastik ini dapat berkambang dan tumbuh karena
beberapa faktor, diantaranya faktor Religius dan fakktor Ilmu Pengetahuan.
- Skolastik Awal (800-1200)
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi,
pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7
dikatakan abad kacau. Disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap Romawi
sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun
selama berabad-abad.
Baru pada abad ke-8 Masehi,
kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742 – 814) dapat memberika suasana
ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pegetahuan, termaksud
kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai
adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecermelangan abad
pertengahan, di mana arah pemikiran berbeda sekali dengan sebelumnya.
- Skolastik Puncak ( 1200-1300)
Masa ini merupakan kejayaan
skolastik yang berlangsung dari tahum 1200-1300 ditandai dengan munculnya
universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut memajukan
ilmu pengetahuan, di samping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat
ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Berikut ini beberapa faktor mengapa masa
skolistik mencapai pada puncaknya.
- Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga sampai abadke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
- Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Perancis, Universitas inu merupakan gabungan dari beberpa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.
- Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan-kehidupan kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D.Scotus, William Ocham.
- Skolastik Akhir (1300-1450)
Masa ini ditandai dengan adanya rasa
jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga
memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Selain itu, ditandai dengan pemikiran
kefilsafatan yang berkembang ke arah nominalisme. Pengertian umum hanya momen
yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran yang objektif. Perkembangan Skolastik
yang paling memuncak dicapai pada pertengahan kedua abad ke-13 dan perempatan
pertama abad ke-14. Pada abd ke-14 itu makin lama timbullah rasa jemu terhadap
segala macam filsafat yang konstruktip. Sebab orang-orang yang setia kepada
pemikiran yang mebangun menampakkan gejala pembekuan. Timbullah dua kelompok
pemikir, yaitu dari aliran Thomisme dan Scotisme.
TOKOH YANG HIDUP MASA ABAD
PERTENGAHAN
Dari definisi yang telah dijelaskan diatas, ada beberapa
tokoh/filosof yang berbendapat antara lain:
Pada Masa Patristik
- Justinus Martin
Nama aslinya Justinus, kemudiam nama
Marin diambil dari istilah “orang-orang yang rela mati hanya untuk
kepercayaan”. Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan agama baru karena
Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal
kedatangan Kristen. Padahal, Musa hidup sebelu Socrates dan Plato. Socrates dan
Plato sendiri sebenarnya telah menurunkan hikmahnya dengan memakai hikmah Musa.
Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat Yunani ini mengambil dari kitab Yahudi.
Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah logos. Dalam mengembangkan aspek
logosnya ini orang-oran Yahudi (Socrates, Plato dan Lin-lain) kurang memahami
apa yang terkandung dan memacar dari logosnya, yaitu pencerahan sehingga
orang-orang Yunani dapat dikatakan menyimpang dari ajaran murni. Yahudi
terpengaruh leh demon atau setan. Demon atau setan tersebut dapat mengubah
pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan
- Klemens ( 150 – 215
)
Ia juga termasuk pembela Kristen,
tetapi ia tidak membenci filsafat Yunani. Pokok-pokok pikirannya adalah sebagai
berikut:
- Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk memprtahankan diri dari otoriter filsafat Yunani;
- Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani;
- Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen, dan pemikiran secara mendalam
- Tertullianus
(160-222)
Ia dilahirkan bukan dari keluarga
Kristen, tetapi setelah melaksanakan pertobatan ia menjadi gigih membela
Kristen secara fanatik. Ia menolak khadiran filsafat Yunani karena filsafat
dianggap sesuatu yang tidak perlu. Baginya berpendapat, bahwa wahyu Tuhan
sudahlah cukup. Tidak ada hubugan antara teologi dengan filsafat, tidak ada
hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat), tidak
ada hubungan antara gereja akademi, tidak ada hubungan antara Kristen dengan
penemuan baru.
- Augustinus (354 –
430)
Sejak mudanya ia telah mempelajari
bermacam-macam aliran filsafat, antara lain Plantoniasme dan Skeptisisme. Ia
telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh
besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru
skolistik yang sejati. Ia seorang tokoh besar di bidang teologi dan filsafat.
Setelah mempelajari aliran
Skeptisisme, ia kemudian tidak menyukainya, karena di dalamnya terdapat
pertentangan batiniah. Orang dapat meragukan segalanya, tetapi orang tidak
dapat meragukan bahwa ia ragu-ragu. Seseorang yang ragu-ragu sebenarnya ia
berfikir dan seseorang yang berfikir sesungguhnya ia ada. Menurut pendapatnya,
daya pemikiran manusia dan batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai
kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi.
Artinya, akal pikiran manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kekayaan yang
lebih tinggi.
Pada masa Skolistik
Skolastik Awal
- Peter Abaelardus
(1079 – 1180)
Ia dilahirkan di Le Pallet,
Perancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam
sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia
termaksud orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantik,
sekaligus sebagai rasionalistik, artiya peranan akal dapat menundukkan kekuatan
iman. Iman harus mau didahului akal
- Johanes Scotus
Eriugena (815 – 870)
Ia adalah seorang yang sangat ajaib
sekali. Ia menguasai bahasa Yunani dengan amat baik pada suatu zaman orang
banyak hampir tidak mengenal bahasa itu. Juga ia berhasil menyusun suatu sistem
filsafat yang teratur serta mendalam pada suatu zaman ketika orang masih
berfikir hanya dengan mengumpulkan pendapat-pendapat orang lain saja. Walaupun
demikian ia masih juga dipengaruhi tokoh-tokoh lain, yaitu Augustinus dan
Dionisios dari Aeropagos.
- Anselmus dari
canterbury (1033 – 1109)
Dilahirkan di Aosta, Piemont, yang
kemudian menjadi uskup di Canterbury. Sekalipun sebagian karyanya di tulis pada
abad ke-11, akan tetapi karena karyanya besar sekali pengaruhnya atas pemikiran
Skolastik, maka tiada keberatan untuk untuk membicarakan tokoh ini sebagai
termaksud tokoh abad ke-12. Dapat katakan bahwa ia adalah Skolastikus pertama
dalam arti yang sebenarnya. Di antara karya – karyanya yang penting adalah “Cur
deus homo” (Mengapa Allah menjadi manusia), Monologion, Proslogion, dll.
Pemilam artkiran dialektika, atau pemikiran dengan akal, diterima sepenuhnya
bagi pemikiran teologia. Akan tetapi bukan dalam arti bahwa hanya akallah yang
dapat memimpin orang kepada kepercayaan, melainkan bahwa orang harus percaya
dahulu supaya dapat mendapatkan penegrtian yang benar akan kebenaran
- Petrus Abaelardus
(1079 – 1142)
Dilahirkan di Le Pallet (dekat
Nantes), di Perancis. Pandangan tajam sekali, akan tetapi karena kekerasan
wataknya sering ia bentrokan dengan para ahli pikir lainnya dan dengan para
pejabat gerejani. Jasa-jasanya terletak dalam pembaharuan metode pemikiran dan
dalam memikirkan lebih lanjut persoalan-persoalan dialektis yang aktual. Metode
yang dipakai adalah rasionalistis, yang menundukkan iman kepada akal. Iman
harus mau diawali akal. Yang wajib dipercaya ialah apa yan telah disetujui akal
dan telah diterima olehnya
Skolastika Puncak
- Albertus mangunus
(1203 – 1280)
Di samping sebaga birawan, Albertus
mangunus juga dikenal sebagai cendikiawan abad pertengahan. Ia lahir dengan
nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai “doktor universalis”
dan “doktor magnus”, kemudian bernama Albertus mangnus (Albert
the Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas Padua ia
belajar artes liberalis, ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedokteran,
filsafat Aristoteles, belajar teologi di Bologna, dan masuk ordo Dominican
tahun 1223, kemudia masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teknologi. Selain
daripada itu ia juga mengantarkan ajaran Aristotelesdi Eropa Barat, yang oleh
karenanya telah membuka keterangan yang baru bagi pemikiran Kristiani terhadap
gagasan-gagasan dasar filsafat Aristoteles. Bahkan telah memperkuat pengaruh Neoplatonisme
dengan keterangannya yang mengenai ajaran Dionision dan Areopagos.
- Thomas Aquinas
(1225-1274)
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas
Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Di samping sebagai ahli
pikir, ia juga serang dokter gereja bangsa italia. Ia lahir di Rocca Secca,
Napoli, Italia. Tahun 1245 belajar pada Albertus Magnus. Pada tahun 1259
menjadi guru besar dan penasihat istana Paus. Karya Thomas Aquinas telah
menanadai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada abad pertengahan. Ia
berusaha untuk memebuktikan bahwa zaman Kristen secara penuh dapat dibenarkan
dengan pemikiran logis. Ia telah menerima pemikiran Aristoteles sebagai
otoritas tertinggi tentang pemikirannya yang logis.
Skolastik Akhir
- William Ockham
(1285 – 1349)
Ia merupakan ahli pikir Inggris
yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam pertengkaran umum denga Paus
John XXII, ia dipenjara di Alvignon, tetapi ia dapat melarikan diri dan mencari
perlindungan pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan Mendahlilkan
bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda atau demi satu dan hal-hal
yang umum itu hanya tanda-tanda abstrak. Menurut pendapatnya, pikiran manusia
hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep
– konsep atau kesimpulan – kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan
abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui
hanya lewat intuisi, bukan lewat logika.
- Nicolas Cusasus
(1401 – 1464 )
Ia sebagi tokoh pemikiran yang
berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara
untuk mengena, yaitu lewat indra, akal, dan instuisi. Dengan indra kita akan
mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjsad, yang sifatnya tidak
sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang
abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan
mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. hanya dengan intuisi inilah kita akan
dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia
seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang
seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang
seharusnya dapat diketahui
TOKOH ATAU FILOSOF YANG HIDUP PADA
MASA MODERN
Tidak dapat dipungkiri, zaman
filsafat modern tlah dimulai secara historis, zaman modern dimuali sejak adanya
krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai
dengan munculnya gerakan Renaissance. Renaisance berarti klahiran kembali, yang
mengacu kpaa gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italia
(pertengahan abad ke-14) tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempatan
pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama
Kristen. Selain itu, juga dimaksudkan untuk mempersatukan kembali gereja yang
terpecah-pecah. Di samping itu, para humanis bermaksud meningkatkan suatu
perkembangan yang harmonis dari keahlian-keahian dan sifat-sifat alamiah
manusia dengan mengupayakan kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik.
Renaissance akan banyak memberikan segala aspek realitas.
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang
ilmiah. Perkembangan ilmu pegetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah
dirintis sejak zaman renaissance. Seperti Rene descartes, tokoh yang terkenal
sebagai bapak filsafat modern. Rene Descartes juga seorang ahli ilmu pasti.
Penemuannya dalam ilmu pasti adalah sistem koordinat yang terdiri atas dua
garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Isaac Newton dengan temuannya teori
gravitasi. Charles Darwin dengan teorinya struggle for life (perjuangan
untuk hidup).
Dalam era modern, yang kemudian dilanjutkan dengan era
filsafat abad ke-20, muncullah berbagai aliran pemikiran: Rasionalsme,
Empirisme, Kristisisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materialisme,
Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme,
dan Neo-Thomisme.
- · Pelopor aliran pemikiran:
a.
Rasionalisme
dipelopori oleh Rene Descartes (1596 – 1650) yang desebut sebagai bapak
filsafat modern.
b.
Sebagai
tokoh empirisme adalah Thomas Hobbes, dan John Locke.
c.
Isaac
Newton (1642 – 1727) dan Immanuel Kant (1724 – 1804) adalah tokoh dari
Kristinisme.
d.
Pelopor
Idealisme: I.G Fichte (1762 – 1814), F.W.J. Scheling ( 1775-1854), G.W.T.
Hengel (1770-1831), Schopenhauer (1788 – 1860).
e.
Beberapa
tokoh positivisme: August Comte (1798 – 1857), John S. Mill (1806 – 1873),
Herbert Spencer (1820 – 1903)
f.
Aliran
evolusionisme dipelopori oleh seorang Zoologi yang mempunyai pengaruh sampai
saat ini yaitu, Charles Robert Darwin (1809 – 1882). Ia mendominasi pemikiran
filsafat abad ke-19.
g.
Tokoh
dari materialisme adalah Julien de Lamettrie (1709 – 1751), Ludwig Feueurbach
(1804 – 1872), dan Karl Marx (1818 – 1883).
h.
Wilhelm
Windlband (1848 – 1915), Herman Cohen (1842 – 1918), Paul Natrop (1854 – 1924),
Heinrich Reickhart (1863 – 1939) adalah tokoh dari Neo-Kantianisme.
i.
Tokohnya
pragmatisme adalah William James (1842 – 1910).
j.
Tokoh
dari filsafat hidup adalah Henry Bergson (1859 – 1941), dan John Dewey (1859 –
1952).
k.
Tokoh
dari fenomenologi adalah Edmund Husserl (1839 – 1939), dan pengikutnya Max
Scheler (1874 – 1928).
l.
Pelopor
dari eksistensialisme adalah Soren Kierkegaard (1813 – 1855), Martin Heidegger,
J.P.Sartre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel.
m.
Aliran
yang mengikuti neo-thomisme adalah paham Thomas Aquinas.
PEMIKIRAN TOKOH
a) Rasionalisme
Rene
Descartes yang mendirikan aliran rasionalisme berpendapat bahwa sumber
pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal. Pengetahuan yang diperoleh lewat
akal yang memenuhi syarat yang dituntut oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah.
Dengan akal dapat diperoleh kebenaran dengan metode deduktif. Latar
belakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari
segala pemikiran tradisional (skolastik), yang pernah diterima, tetapi ternyata
tidak mampu menangan hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dipahami. Apa yang
ditanam Aristoteles dalam pemikiran saat itu juga masih dipengaruhi oleh
khayalan-khayalan.
b) Empirisme
- Thomas Hobbes
Ia seorang ahli inggris lahir di
Malmesbury. Pada usia 15 tahun ia pergi ke Oxford untuk belajar logika
Skolistik dan fisika, yang ternyata gagal, karena ia tidak berminat sebab gurunya
beralih Aristotelian. Sumbangan yang besar sebagai ahli pikir adalah suatu sistem
materialistis yang besar, termaksuk juga perikehidupan organis dan rohaniah.
Dalam bidang kenegaraan ia mengemukakan teori Kontak Sosial yaitu manusia
mempunyai kecenderungan untuk mempertahanakan diri. Pendapatnya adalah bahwa
ilmu filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya umum. Sasaran
filsafat adalah fakta. Segala yang ada ditentukan oleh sebab, sedangkan
prosesnya sesuai dengan hukum ilmu pasti atau ilmu alam.
- John Locke
Ia dilahirkan di Wrington, dekat
Btistol, Inggris. Di samping ahli hukum, ia juga menyukai filsafat dan teologi
mendalami ilmu kedokteran dan penelitian kimia. Dalam penelitiannya ia memakai
istilah sensation dan reflection Sensation adalah suatu yang
dapat berhubungan dengan dunia luar, tetapi manusia tidak dapat mengerti dan
meraihnya. Sementara itu, reflection adalah pengenalan intuitif yang
memberikan pengetahuan kepada manusia, yang sifatnya lebih baik daripaada sensation.
Tiap-tiap pengetahuan yang diperoleh manusia terdiri dari sensation dan
relection. Walaupun demikian, manusia harus mendahulukan sensation.
Mengapa demikian? Karen jiwa manusia di saaat dilahirkan putih bersih (tabula
rasa) yaitu jiwa kosong bagaikan kertas putih yang belum tertulis. Tisak ada
sesuatu dalam jiwa yang dibawa sejak lahir, melainkan yang membentuk jiwa
seseorang.
c) Kristisisme
- Isaac Newton
Memberikan dasar-dasar berfikir
dengan induksi, yaitu pemikiran yang bertitik tolak pada gejala-gejala dan
mengembalikan kepada dasar-dasar yang sifatnya umum. Untuk itu dibutuhnkan
analisis. Berperan dalam ilmu pengetahuan modern terutama penemuan dalam tiga
bidang, yaitu teori Gravitasi, perhitungan Calculus, dan optika.
- Immanuel Kant
Ia mencoba menyelsaikan persoalan di
atas. Pada awalnya, Kant mengikuti rasionalisme, tetapi kemudian terpengaruh
oleh empirisme (Hume). Walaupun demikian, Kant tidak begitu mudah
menerimanya karena ia mengetahui bahwa empirisme terkadang skep-tisisme. Untuk
itu, ia tetap mengakui kebenaran ilmu, dan dengan akal manusia akan dapat
mencapai kebenaran. Akhirnya, Kant mengakui peranan akal dan keharusan empiri,
kemudian dicobanya mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber
pada akal (rasinalisme), tetapi adanya pengertian timbul dari benda
(empirisme).
d) Idealisme
I.G Fichte (1762 – 1814), F.W.J.
Scheling ( 1775-1854), G.W.T. Hengel (1770-1831), Schopenhauer (1788 – 1860).
Apa yang dirintis oleh Kant mencapai puncak perkembangannya pada Hegel. Hegel
lahir di Struttgart, Jerman. Pegaruhnya begitu besar sampai luar Jerman. Menjadi
profesor ilmu filsafat sampai meninggal. Setelah ia mempelajari pemikiran Kant,
ia tidak merasa puas tentang ilmu pengetahuan yang dibatasi secara kritis.
Menurut pendapatnya, segala peristiwa di sunia hanya dapat dimengerti
jika suatu syarat dipenuhi. Ide yang berfikir itu sebenarnya adalah gerak yang
menimbulkan gerak lain. Artinya, gerak yang menimbulkan tesis, kemudian
menimbulkan anti tesis (gerak yang bertentangan), kemudia timbul sintesis yang
merupakan tesis baru, yang nantinya menimbulkan antitesis da seterusnya.
e) Positivisme
- August Comte
Ia lahir di Montpellier, Perancis.
Sebuah karyanya dalah Cours de philosophia positive ( Kursus tentang
filsafat tahap positif ) dan berjasa dalam menciptakan ilmu sosiologi. Menurut
pendapatnya, perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap yaitu tahap
teologis. tahap metafisis, dan tahap ilmiah/positif. Tahap teologis, manusia
mengarahkan pandangan kepada hakikat batiniah (sebab pertama). Manusia percaya pada
kemungkinan adanya sesuatu yang mutlak. Artinya, di balik setiap kejadian
tersirat adanya maksud tertentu. Pada tahap metafisis manusia hanya sebagai
tujuan pergeseran dari tahap teologis. Pada tahap ilmiah/positif, manusia telah
mulai mengatahui dn sdar bahwa upaya pengenalan teologis dan metafis tidak ada
gunanya. Pada akhir hidupnya, ia brupaya untuk membangun agama baru tanpa
teologi atas dasar filsafat positifnya. Agama baru tanpa teologi ini
menggunakan akal dan mendambakan kemanusiaan dengan semboyang “Cinta sebagai
prinsip, teratur sebagai basis, kmajauan sebagai tujuan”.
f. Evoluisme
Pada tahun 1838 membaca bukunya
Malthus An Essay on the Princple of Population. Buku tersebut memberikan
inspirasi kepada Darwin untuk membentuk kerangka berfikir dari teorinya.
Menurut Malthus, manusia akan cenderung meningkat jumlahnya (deret ukur), di
atas batas bahan-bahan makanan (deret ukur). Dengan demikian, Darwin memberikn
kesimpulan bahwa untuk mengatasi hal tersebut manusia harus bekerja sama,
harus berjuang di antara sesamanya untuk mempertahankan hidupnya. Karena
itu hanya hewan yang ulet yang mampu untuk menyelesaikan diri dengan iklim
sekitarnya. Dalam pemikiranya, ia mengajukan konsepnya tentang perkembangan
tentang segala sesuatu termaksud manusia yang diatur oleh hukum-hukum mekanik,
yaitu survival of the fittest dan struggle for life. Pada
hakikatnya antara bintang dan manusia dan benda apa pun tidak ada bedanya
g. Materialisme
Munculnya Positivisme dan
Evolusionisme menambah terbukanya pintu pengingkaran terhadap aspek kerohanian.
Julien de La mettrie mengemukakan pemikirannya bahwa bintang dan manusia tidak
ada bedanya, karena semuanya dianggap sebagai mesin. Buktinya, bahan (badan)
tanpa jiwa mungkin hidup (bergerak), sedangkan jiwa tanpa bahan (badan) tidak
mungkin ada. Jantung katak yang dikeluarkan jiwa tanpa bahan (badan) tidak
mungkin ada. Jantung katak yang dikeluarkan dari tubuh katak masih berdenyut
(hidup) walau beberapa saat saja. Seorang tokoh lagi (Materialisme Alam) adalah
Lugwig Feueurbach sebagai pengikut Hegel, mengemukakan satu-satunya asa
kesusilaan adalh keinginan untuk mendapatkan kebahagiaan. Dari Mmaterialisme
Histori/diaalektis, yaitu Karl Marx, nama lengkapnya Karl Heinrich Marx,
dilahirkan di Trier, Prusia, Jerman. Sewaktu menjadi mahasiswa ia terpengaruh
oleh ajaran Hegel dan dapat mencapai gelar doktor dalam bidang filsafat. Di
kala ia berkawan dengan Bruno Bauer ia mendapatkan kekecewaan, tetapi setelah
berkawan dengan Friedrich Engels di Paris, maka dengan kawanya itulah ia (tahun
1848) menyusun Manifesto Komunist. Setelah itu, ia mejadi buronan
politik dan diusir dan dipenjara di London, sampai meninggal dunia. Ia
meninggalkan warisan sebuah karya terbesarnya, Das Kapital, yang terbit
tahun 1867. Menurut pendapatnya, tugas seorang filosof bukan untuk menerangkan
dunia, tetapi untuk mengubahnya. Hidup manusia itu ternyata ditentukan oleh
keadaan ekonomi.
h. Neo-Kantianisme
Setelah Materialisme pengaruhnya
merajalela, para murid Kant mengadakan gerakan lagi. Banyak filosof Jerman yang
tidak puas terhadap Materalisme, Positivisme dan Materialisme. Gerakan ini di
sebut Neo-Kantianisme. Tokohnya antara lain Wilhelm Windlband (1848 – 1915),
Herman Cohen (1842 – 1918), Paul Natrop (1854 – 1924), Heinrich Reickhart (1863
– 1939). Herman Cohen memberikan titik tolak pemikiran mengemukakan bahwa
keyakinan pada otoritas akal manusia untuk mencipta. Mengapa demikian, karena
segala sesuatu itu baru dikatakan ‘ada’ apabila terlebih dahulu dipirkan.
Artikan, ‘ada’ dan ‘dipikirkan’ adalah sama sehingga apa yang dipikirkan akan
melahirkan isi pikiran.
i. Pragmatisme
Tokohnya William James lahir di New
York, memperkenalkan ide-idenya tentang pragmisme kepada dunia. Ia ahli dalam
bidang seni, psikologi, anatomi, fisiologi, dan filsafat. Pemikiran filsafatnya
lahir karena dalam sepanjang hidupnya mengalami konflik antara pandangan ilmu
pengetahuan dengan pandangan agama, ia beranggapan, bahwa masalah kebenaran
tenang asal/tujuan dan hakikat bagi orang Amerika terlalu teoristis. Ia
mnginginkan hasil-hasil yang konkert. Dengan demikian, untuk mengetahui
kebenaran dari ide atau konsep haruslah diselidiki konsekuensi-konsekuensi
praktisnya.
j. Filsafat Hidup
Tokohnya adalah Henry Bergson. Pada
mulanya ia belajar matematika dan fisika. Karena ia mempunyai kepandaian
menganalisis, muncul masalah baru dalam pemikiranya. Ia diharapkan pada masalah
metafisika yang tidak tampak dan tempatnya di belakang ilmu pengetahuan. Itulah
yang menyebabkan ia terjun ke dalam bidang filsafat. Pemikiranya, alam semesta
ini merupakan suatu organisme yang kreatif, tetapi perkembangannya tidak sesuai
dengan implikasi logis. Pemikiran filsafat Henry Bergson ini sebagai reaksi
dari Positivisme, Materialisme, Subjektivisme, Relativisme. Ia mempertahankan
kebebasan dan kemerdekaan kehendak. John Dewey, ia lahir di Brulington, dan
sekaligus menjadi guru filsafat. Pemikirannya, tugas filsafat adalah memberikan
pengarahan dalam tindakan hidup manusia. Untuk itu, filsafat tidak boleh berada
dalam pemikiran metafisika yang tidak ada manfaatnya. Dengan demikian, filsafat
harus berasaskan pada pengalaman, kemudian mengadakan penyelidikan dan
mengolahnya secara kritis sehingga filsafat akan mampu memberikan suatu sistem
norma-norma dan nilai-nilai.
k. Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari kata fenomen
yang artinya gejala, yaitu suatu hal yang tidak nyata dan semua. Dan yan
lebih penting dalam filsafat fenomenologi sebagai sumber berfikir yang kritis.
Pemikiran yang demikian besar pengaruhnya di Eropa dan Amerika antara tahun
1920 hingga tahun 1945 dalam bidang ilmu pengetahuan positif. Tokohnya: Edmund
Husserl (1839 – 1939), dan pengikutnya Max Scheler (1874 – 1928). Edmund
Husserl lahir di Wina. Ia belajar ilmu alam, ilmu falak, matematika, kemudian
filsafat. Akhirnya menjadi guru besar di Helle, Gottingen, Freiburg.
Pemikiranya, bahwa objek/benda harus diberi kesempatan untuk berbicara, yaitu
dngan cara deskriptif fenomenologis yang didukung oleh metode deduktif.
Tujuannya adalah untuk melihat hakikat gejala-gejala secara intuitif. Sedangkan
metode deduktif artinya mengkhayalkan gejala-gejala dlam berbagai macam yang
berbeda. Sehingga akan terlihat batas invariable dalam situasi yang berbeda-beda.
Sehingga akan muncul unsur yang tidak berubah-ubah yaitu hakikat. Inilah yang
dicarinya dalam metode variasi eidetis.
l. Eksistensialisme
Kata Eksistensialisme berasal dari
kata eks = ke luat, dan sistensi atau sisto = berdiri,
menempatkan. Eksistensialisme merupakan alran filsafat yang memandang berbagai
gejala dengan berdasar pda eksistensiny. Artinnya, bagaimana manusia berada
(bereksistensi) dalam dunia. Pelopornya adalah Soren Kierkegaard (1813 – 1855),
Martin Heidegger, J.P.Sartre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel. Pemikiran Soren
Kierkegaard mengemukakan bahwa kebenaran itu tidak berada pada suatu sistem
yang umum tetapi berada dalam eksistensi yang individual, yang konkret. Karena,
eksistensi manusia penuh dengan dosa, hanya iman kepada Kristus sajalah yang
dapat mengatasi perasaan bersalah karena dosa.
m. Neo-Thomisme
Pada pertengahan abad ke-19, di
tengah-tengah gereja Katolik banyak penganut paham Thomisme, yaitu aliran yang
mengikuti Paham Thomas Aquinus. Pada mulanya di kalangan gereja terdapat
semacam keharusan untuk mempelajari ajaran tersebut. Kemudian, akhirnya menjadi
suatu paham Thomisme, yaitu pertama, paham yang menganggap bahwa ajara homas
sudah sempurna. Tugas kita adalah membrikan tafsir sesuai dengan keadaan zaman.
Kedua, paham yang menganggap bahwa walaupun ajaran Thomas telah sempurna,
tetapi masih terdapat hal-hal yang pada suatu saatbelum dibahas. Oleh karena
itu, sekarang perlu diasakan penyesuaian sehubungan dengan perkembangan ilmu
pegetahuan. Ketiga, paham yang mengganggap bahwa Thomas harus diikuti, akan
tetapi tidak boleh beranggapa bahwa ajaranya betu-betul sempurna.
3. Penerapan Filsafat Barat
di Negara Indonesia
Dalam tradisi filsafat Barat di Negara Indonesia sendiri
yang notabene-nya
adalah bekas jajahan bangsa Eropa-Belanda (negara-negara Barat), dikenal adanya
pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu. Tema-tema tersebut
adalah: Ontologi, Epistemologi, serta Aksiologi.
Tema pertama adalah ontologi. Ontologi membahas tentang masalah
“Keberadaan” sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris ( Kasat
Mata ), Misalnya: Mengenai keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata
surya.
Tema kedua adalah epistemologi. Epistemologi adalah tema yang
mengkaji tentang pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”).
Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber,
serta kebenaran suatu pengetahuan.
Tema ketiga adalah aksiolgi. Aksiologi yaitu tema yang membahas
tentang masalah nilai atau norma sosial yang berlaku pada kehidupan manusia.
Nilai sosial .
Dalam tradisi filsafat Barat,
dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu.
Metafisika
mengkaji hakikat segala yang ada. Dalam bidang ini, hakikat yang ada dan
keberadaan (eksistensi) secara umum dikaji secara khusus dalam Ontologi. Adapun
hakikat manusia dan alam semesta dibahas dalam Kosmologi.
Epistemologi
mengkaji tentang hakikat dan wilayah pengetahuan (episteme secara
harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang
pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.
Aksiologi
membahas masalah nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan manusia. Dari
aksiologi lahirlah dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas hidup
manusia: etika
dan estetika.
Etika,
atau filsafat moral, membahas tentang bagaimana seharusnya manusia bertindak
dan mempertanyakan bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu dapat diketahui.
Beberapa topik yang dibahas di sini adalah soal kebaikan, kebenaran, tanggung
jawab, suara hati, dan sebagainya.
Estetika
membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Dari estetika
lahirlah berbagai macam teori mengenai kesenian atau aspek seni dari berbagai macam hasil budaya.
Walaupun ajaran Filsafat
Barat, erat hubungannya dengan agama Non-Muslim (Kristen), serta sering
dikait-kaitkan dengan besarnya pengaruh yang ditimbulkan pada zamannya, akan
tetapi dalam kenyataanya sekarang Negara Indonesia masih bisa meminamalisir
keadaan tersebut, keadaan dimana negara Indonesia, menurut penelitian dari para
ahli di bidangnnya menyatakan bahwa, Indonesia justru berada dalam kategori 5
besar negara dengan penduduk Mayoritas ber-agama Islam, tidak seperti apa yang
diajarkan oleh para filsuf-filsuf pada Abad Pertengahan (Filsafat Barat),
dimana ajaran mereka menyatakan dengan tegas bahwa, setiap perkataan, setiap
perintah, bahwa setiap peraturannya yang di keluarkan olah seorang pendeta
gereja adalah benarnya adanya, masyarakat di zamannya seperti berada dalam ‘abad gelap’ abad dimana mereka
diibaratkan seperti sebuah robot yang harus mengikuti dan menjalankan perintah
dari pemiliknya ‘Para Pendeta Gereja’. Dari segi persentase, Indonesia hanya
miliki kurang dari 50% penduduknya yang beragama Non-Muslim ‘Kristen’.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Apa yang dimaksud dengan filsafat
barat?
Filsafat Barat adalah ilmu yang
biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan
daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi
orang Yunani kuno. Namun pada hakikatnya, tradisi falsafi Yunani sebenarnya
sempat mengalami pemutusan rantai ketika salinan buku filsafat Aristoteles
seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah
Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah
menyebarkan ajaran yang dilarang oleh Negara.
2.
Siapa saja tokoh-tokoh filsafat
barat?
Tokoh utama filsafat Barat antara
lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Arthur Schopenhauer,
Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.
B. DAFTAR PUSTAKA
ü Irmayanti Meliono, dkk. 2007. MPKT
Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan
FEUI
ü P. A. Van Der Weij. 1991. Filsuf-filsuf
Besar tentang Manusia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka
Utama
ü Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat
Ilmu Komunikasi. Jakarta : Suatu Pengantar,
Indeks,
ü Tjahjadi, Simon Petrus L. 2004, Petualangan
Intelektual. Yogyakarta: Kanisius.
ü Mudji Sutrisno dan F. Budi Hardiman.
2005. Para Filsuf Penentu Gerak Zaman.
Jakarta: BPK Gunung Mulia
ü Irmayanti Meliono, dkk. 2007. MPKT
Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI. hal. 1
ü Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu
Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Halaman 91
ü Tjahjadi,Simon Petrus L., Petualangan
IntelektualYogyakarta: Kanisius.2004
ü Mudji Sutrisno dan F. Budi Hardiman.
Para Filsuf Penentu Gerak Zaman. 2005. Jakarta. Penerbit: BPK Gunung Mulia
ü Susan Lynn Peterson. Timeline Charts
of The Western Church. 1957. Michigan. Penerbit: Zondervan Publishing House
ü Mortimer J.Adler (ed.). Great Books
of The Western World: 17 Aquinas:1. 1952. London. Penerbit: Encyclopedia
Britannica, Inc.
ü Kathleen Marie Higgins. 1999.
ü Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan
Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 329-333.
ü Jonathan H. Turner. The Emergence of
sociological theory. 1981. Illinois: The Dorsey Press. Hlm.
165-19
ü P. A. van der Weij. 1991. Filsuf-filsuf
Besar tentang Manusia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 125-132
Tidak ada komentar:
Posting Komentar