Blogger Widgets Mohammad Apriyansyah

murid

Minggu, 11 Mei 2014

FILSAFAT UMUM
FILSAFAT BARAT


Created By :
Apriansyah - 46113320008
Tika Endah
Siham - 46113320020



Kata pengantar
Tidak ada orang pada masa kini yang mengenal psikologi, bagaimanapun psikologi telah menyentuh semua bagian aspek kehidupan. Karena psikologimempengaruhi begitu banyak aspek kehidupan kita, penting juga kiranya bagi mereka yang tidak bermaksud memperdalam diri dalam disiplin ilmu ini sekedar mengetahui fakta – fakta dasarnya. Pelajaran psikologi dapat memberikan pengertian yang lebih baik tentang sebab – sebab mengapa, misalnya, orang berpikir dan bertindak seperti yang mereka lakukan, dan memberikan pandangan untuk menilai perilaku dan reaksi yang akan anda lakukan sendiri.
Singkatnya, psikologi penting bagi mereka yang dalam kehidupannya selalu berhubungan dan bersama orang lain. Psikologi dibutuhkan atau dipelajari oleh mereka, yang dalam tugas dan jabatannya akan bekerjasama dengan orang lain. Itulah inti kegunaan psikologi.
Gambaran singkat tentang makalah ini, ialah membahas tentang filsafat barat baik pengertian asal bahkan metode dan alirannya. Meskipun makalah yang anda baca ini merupakan hasil pergulatan yang sangat panjang dan melelahkan tetapi kami belum merasa begtu puas karena masih demikia banyak hal – hal yang tidak kamiketehaui secara lebih mendalam lagi.
Terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kekuatan dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini dan terimakasih kepada Ibu Arie Suciyana S,Si Msi yang telah menginstruksikan kami untuk menyusun makalah ini yang bertemakan tentang Filsafat Barat.
Akhirnya kami mengucapkan terimakasih kepada semua yang terkait atas terbentuknya makalah dengan pembahasan ini.

MOHAMMAD APRIYANSYAH
SIHAM
TIKA ENDAH .W.


Daftar Isi

Kata pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
-          Latar Belakang
-          Identifikasi Masalah
-          Batasan Masalah
Bab II Pembahasan
-          Isi
Bab III Penutup
-          Kesimpulan
-          Daftar Pustaka
















BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senatiasa terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada agama atau kepercayaan Ilahiah.
Tetapi sudah sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak menahan manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses itu mencari tahu dan ahirnya menghasilkan kesadaran, yang disebut pencerahan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan.
B.       Rumusan Masalah
Agar pembahasan didalam makalah kami mudah dipahami, maka kami akan membatasi pembahasan dalam makalah kami, yaitu :
1.         Apa yang dimaksud dengan filsafat barat?
2.         Siapa saja tokoh-tokoh filsafat barat?
3.     bagaimana penerapan budaya filsafat barat di Indonesia saat ini ?

C.      Tujuan Pembahasan

1.    Untuk menjelaskan pengertian dari filsafat barat.
2.    Menjelaskan tokoh-tokoh filsafat barat.
3.  menjelaskan penerapan budaya filsafat barat di Indonesia saat ini.





BAB II
PEMBAHASAN

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasa. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.

A.    Filsafat Barat

Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Namun pada hakikatnya, tradisi falsafi Yunani sebenarnya sempat mengalami pemutusan rantai ketika salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara.

Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi sumber perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropa, maka John Salisbury, seorang guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan menyalin kembali buku Organon karangan Aristoteles dari terjemahan-terjemahan berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh filosof Islam pada dinasti Abbasyah.

Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.

Dalam tradisi filsafat Barat di Indonesia sendiri yang notabene-nya adalah bekas jajahan bangsa Eropa-Belanda, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu. Tema-tema tersebut adalah: ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
1.         Tema Ontology
Ontologi membahas tentang masalah “keberadaan” sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris (kasat mata), misalnya tentang keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya.

2.         Tema Epistemology
Kata ini berasal dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.

3.         Tema Aksiolgi
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori tentang nilai.

B. Filsafat Yunani Kuno
Filsafat Yunani terbagi menjadi dua periode yaitu: periode Yunani kuno dan periode Yunani klasik. Periode Yunani kuno disebut periode filsafat alam, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya ahli pikir alam dimana arah dan perhatian pemikirannya pada alam sekitarnya. Pernyataan-pernyataan yang dibuat bersifat filsafati (berdasar akal pikir) dan tidak berdasar pada mitos sebagaimana pada masa metologi.

1.      Faktor-faktor yang mempengaruhi Filsafat Yunani

Berkembangnya Yunani kuno tersebut tentu saja selain dipengaruhi faktorbinternal,  juga tak kalah kuatnya dipengaruhi faktor eksternal. Faktor eksternal, Yunani berdekatan dengan daerah Timar Kuno (Cina) dan Mesir. Di daerah-daerah ini, ilmu pengetahuan sudah berkembang, meskipun perkembangan tersebut masih terbatas di pusat perkembangan daerah itu. Persentuhan ilmu yang diadopsi dari Timar Kuno dan Mesir yang sudah kaya dan maju dengan ilmu pengetahuan, kemudian memengaruhi wacana mite-mite yang berkembang di Yunani. Dunia mitos Yunani Kuno ini kemudian berhasil melahirkan sejumlah filosof yang sangat berpengaruh. Lahirnya Yunani sebagai pusat peradaban dunia-pada zamannya-adalah konsekuensi logis yang sangat rasional. Orang Yunani khususnya sejak zaman Plato sudah memperhatikan ide-ide, hubungan antara realitas dan ilusi, bentuk dan substansi, fakta dan fiksi.

Yunani Kuno cukup mempengaruhi peradaban Barat. Karya seni, desain, dan karya sastra yang yulgarer sehingga filsafat yang tinggi, yang dihasilkan bangsa barat, memperhatikan adanya pengaruh yang adikuat dari bangsa Yunani. Filsafat dianggap lahir begitu saja di Yunani disebabkan kecerdasan alami bangsa Yunani yang sangat tinggi, tanpa campur tangan perabadan lain yang jauh lebih tua, misalnya Mesopotamia dan Mesir, dua perabadan dengan rentang waktu jauh lebih panjang dan berusia sangat tua, yang terletak sangat dekat dengan Yunani (hanya dibatasi oleh laut Tengah atau Mediterania).

Yunani dianggap memiliki sangat banyak faktor internal, seperti keindahan alam, kebaikan iklim dan kecerdasan manusia, yang mengakibatkan timbulnya filsafat dengan tiba-tiba pada masa Thales, di dalam sebuah perabadan yang berusia jauh lebih singkat daripada perabadan Mesir dan Mesopotamia ini. Sebelum perabadan Yunani, pemikiran rasional dan penyelidikan teratur terhadap alam semesta tidak dikenal di dunia.

Ada lagi pandangan bahwa perabadan yunani memberikan sumbangan perabadan terbasar dalam hal pemikiran rasional dan penelitian ilmiah bagi perabadan-perabadan lain yang “kurang” maju. Pandangan-pandangan semacam inilah yang sangat mempengaruhi dunia keilmuan sajak dulu hingga saat ini. George Sarton menegaskan bahwa “keajaiban” Yunani dalam bidang sains sebenarnya telah didahului oleh ribuan tahun pencapaian sains di Mesir dan Mesopotamia, maka pandangan bahwa sains bermula dari Yunani adalah pemalsuan hakikat sejati yang merupakan sikap “kekanak-kanakan.

Sarton menyatakan bahwa sains Yunani sebenarnya lebih merupakan suatu pemulihan daripada penciptaan. Lebih jauh, melalui pengamatan akan kaidah sejarah perabadan dunia secara menyeluruh, dapat kita ambil suatu pelajaran bahwa kemunculan-kemunculan filsafat dan sains di dalam setiap peradaban hanya dapat terjadi melalui suatu kesinambungan intelektual (intellectual continuity) dalam rentang masa yang panjang. Namun, sejarah mencatat bahwa zaman sebelum Thales adalah the Dark Ages of the greeks yang dipenuhi dengan berbagai bencana alam dan penjajahan. Hal ini berkebalikan dengan iklim keilmuan yang berkembang dalam perabadan Mesir dan Mesopotamia selama berabad-abad yang membuktikan adanya benang merah tradisi amaliah yang memungkinkan mereka merenungi pencapaian alamiah mereka demi men-tajrid-kan prinsip-prinsip umum sebagai asas disiplin akliah  seperti geometri, ilmu hisab, ilmu falak dan pengobatan.

Sebagai kesimpulan peradaban-peradaban dunia, baik peradaban Yunani,Islam, kristen, Barat dan modern sebenarnya memiliki dua faktor dasar yang mempengaruhi perkembangannya, yaitu faktor internal yang menyebabkan perkembangan internal dan faktor eksternal yang mendasari perkembangan eksternalnya. Dalam peradaban Yunani, worldview Yunani Kuno dibentuk melalui penggabungan unsur-unsur asli Indo-Eropa dan unsur-unsur non-Eropa, yaitu Mesir dan Funesia yang pernah menjajahnya. Pada awal abad ke-6 filsafat berhenti untuk waktu yang lama. Segala perkembangan ilmu pada waktu itu terhambat. Hal ini disebabkan karena abad ke-6 dan ke-7 adalah abad-abad yang kacau. Pada waktu itu ada perpidahan bangsa-bangsa, yang mengakibatkan adanya serangan-serangan bangsa-bangsa yang masih belum beradab terhadap kerajaan Romawi, sehingga kerajaan itu runtuh. Bersamaan dengan keruntuhan kerajaan Romawi itu runtuhlah juga segala peradabat Romawi, baik peradaban yang bukan Kristiani maupun peradaban Kristiani yang sedang dibangun selama 5 abad terakhir. Filsafat barat abad pertengahan ( 476-1492 M ) juga dapat dikatakan sebagai abad gelap. Berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja, saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia. Manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir saat itu juga tidak mempunyai kebebasan berpikir. Apalagi  terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan agama ajaran gereja. Siapa pun orang yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat.

Akan tetapi di sepanjang perjalanan abad-abad keadaan berubah. Buku-buku pegangan dialektika lama-kelamaan diganti dengan karangan-karangan Aristoteles mengenai logika, sedang dalam perkembangannya yang lebih lanjut lagipelajaran artes liberales makin diubah menjadi studi filsafat, terutama filsafat Aristoteles. Untuk itu setelah mempelajari mengenai sejarah perkembangan ilmu filsafat pada masa abad pertengahan ini, kita akan mampu membedakan baik dari segi karakteristik, filosof, dan pemikiran tokoh itu sendiri, menginat pentingnya filsafat bagi kehidupan kita sehari-hari.

DEFINISI TENTANG PEMIKIRAN MASA ABAD PERTENGAHAN

Filsafat Yunani mengalami kemegahan dan kejayaan dengan hasil yang sangat gemilang, yaitu melahirkan peradaban Yunani. Menurut pandangan sejarah filsafat, dikemukakan bahwa peradaban Yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia. Maka pandangan sejarah filsafat dikemukakan manusia di dunia. Giliran selanjutnya adalah warisan peradaban Yunani jatuh ke tangan kekuasaan Romawi. Kekuasaan Romawi memperlihatkan kebesaran dan kekuasaan hingga daratan Eropa (Britania), tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat Yunani juga ikut terbawa. Hal ini berkat peran Caesar Augustus yang menciptakan masa kemasan kesusastraan Latin, kesian, dan arsitektur Romawi. Setelah filsafat Yunani sampai ke daratan Eropa, di sana mendapatkan lahan baru dalam petumbuhan. Karena bersamaan dengan agama kristen, filsafat Yunani berintegrasi dengan agama Kristen, sehingga membentuk suatu formasi baru. Maka, muncullah filsafat Eropa yang sesungguhnya sebagai pejelmaan filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan agama Kristen.

Di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (kira-kira selama 5 abad) belum memunculkan ahli pikir (filosof), akan tetapi setelah abad ke-6 Masehi, muncullah para ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa yang mengawali kelahiran filsafat barat abad pertengahan. Filsafat Barat Abad Pertengahan (467 – 1492) juga dapat dikatakan sebagai “abad gelap”. Pendapat ini disarankan pada pendekatan sejarah gereja. Memang pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir pada saat itu pun tidak memiliki kebebasan berfikir. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, orang yang mengemukakan akan mendaptkan hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian tentang agama/teologi yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan yang ketat. Yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah gereja. Walaupun demikian, ada juga yang melanggar larangan tersebut dan mereka dianggap orang murtad dan kemudian diadakan pengejaran (inkusisi).

Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad petengahan antara lain:
-          Cara berfikirnya dipimpin oleh gereja.
-          Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles.
-          Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.

Masa abad pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan upaya mengiringi manusia ke dalam kehidupan sistem kepercayaan yang picik dan fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta. Karena iru paerkembangan ilmu pengetahuan terhambat. Masa ini penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya untuk membimbing umat ke arah hidup yang saleh. Namun, di sisi lain, dominisi gereja ini tanpa memikirkan martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran, keinginan, dan cita-cita untuk menentukan masa depannya sendiri.

Zaman Abad Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyang yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla theologia atau abdi agama. Namun demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan bidang ilmu yang terjadi pada masa ini. Periode Abad Pertengahan mempunyai perbadaan yang mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang dijarkan oleh Nabi Isa as. pada permulaan Abad Masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan. Agama Kristen menjadi problem kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu.

Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua:
  1. Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang kafir, karena tidak mengakui wahyu.
  2. Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan, kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati maka akal dapat dibantu oleh wahyu.

Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa Paratistik dan masa Skolatistik. Sedangkan masa Skolatistik terbagi menjadi Skolastik Awal. Skolastik Puncak, dan Skolastik Akhir.

  1. a.      Masa Parastik

Istilah parastik berasal dari kata Latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan atas dan atau golongan ahli pikir. Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yag menerimanya. Bagi mereka yang menolak, alasanya karena beranggapan bahwa sudah mempuyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat Yunani. Bagi mereka yang yang menerima sebagai alasannya beranggapan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya saja (tata cara berfikir). Juga, walaupun filsafat Yunani sebagai kebenaran manusia, tetapi manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. Jadi, mereka/menerima filsafat Yunani diperbolehkan selama dalam hal-hal tertentu tidak bertentagan dengan agama.

  1. b.      Masa Skolatik
Istilah Skolatik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Terdapat beberapa penegrtian dari corak khas Skolatik, sebagai berikut;
  • Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Skolatik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
  • Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada, kejasmanian, kehormatan, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul istilah skolastik Yahudi, skolastik Arab dan lain-lainnya.
  • Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran enegetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi anatar kepercayaan dan akal.
  • Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak diperngaruhi leh ajaran gereja.
Faktor Skolastik ini dapat berkambang dan tumbuh karena beberapa faktor, diantaranya faktor Religius dan fakktor Ilmu Pengetahuan.

  • Skolastik Awal (800-1200)

Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad-abad.

Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742 – 814) dapat memberika suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pegetahuan, termaksud kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecermelangan abad pertengahan, di mana arah pemikiran berbeda sekali dengan sebelumnya.

  • Skolastik Puncak ( 1200-1300)

Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahum 1200-1300 ditandai dengan munculnya universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut memajukan ilmu pengetahuan, di samping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolistik mencapai pada puncaknya.
  • Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga sampai abadke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
  • Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Perancis, Universitas inu merupakan gabungan dari beberpa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.
  • Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan-kehidupan kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D.Scotus, William Ocham.

  • Skolastik Akhir (1300-1450)

Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Selain itu, ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang ke arah nominalisme. Pengertian umum hanya momen yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran yang objektif. Perkembangan Skolastik yang paling memuncak dicapai pada pertengahan kedua abad ke-13 dan perempatan pertama abad ke-14. Pada abd ke-14 itu makin lama timbullah rasa jemu terhadap segala macam filsafat yang konstruktip. Sebab orang-orang yang setia kepada pemikiran yang mebangun menampakkan gejala pembekuan. Timbullah dua kelompok pemikir, yaitu dari aliran Thomisme dan Scotisme.

TOKOH YANG HIDUP MASA ABAD PERTENGAHAN

Dari definisi yang telah dijelaskan diatas, ada beberapa tokoh/filosof yang berbendapat antara lain:
Pada Masa Patristik
-       Justinus Martin
Nama aslinya Justinus, kemudiam nama Marin diambil dari istilah “orang-orang yang rela mati hanya untuk kepercayaan”. Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan Kristen. Padahal, Musa hidup sebelu Socrates dan Plato. Socrates dan Plato sendiri sebenarnya telah menurunkan hikmahnya dengan memakai hikmah Musa. Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat Yunani ini mengambil dari kitab Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah logos. Dalam mengembangkan aspek logosnya ini orang-oran Yahudi (Socrates, Plato dan Lin-lain) kurang memahami apa yang terkandung dan memacar dari logosnya, yaitu pencerahan sehingga orang-orang Yunani dapat dikatakan menyimpang dari ajaran murni. Yahudi terpengaruh leh demon atau setan. Demon atau setan tersebut dapat mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan
-       Klemens ( 150 – 215 )
Ia juga termasuk pembela Kristen, tetapi ia tidak membenci filsafat Yunani. Pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut:
  • Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk memprtahankan diri dari otoriter filsafat Yunani;
  • Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani;
  • Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen, dan pemikiran secara mendalam

-       Tertullianus (160-222)
Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi setelah melaksanakan pertobatan ia menjadi gigih membela Kristen secara fanatik. Ia menolak khadiran filsafat Yunani karena filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Baginya berpendapat, bahwa wahyu Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubugan antara teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat), tidak ada hubungan antara gereja akademi, tidak ada hubungan antara Kristen dengan penemuan baru.
-       Augustinus (354 – 430)
Sejak mudanya ia telah mempelajari bermacam-macam aliran filsafat, antara lain Plantoniasme dan Skeptisisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolistik yang sejati. Ia seorang tokoh besar di bidang teologi dan filsafat.
Setelah mempelajari aliran Skeptisisme, ia kemudian tidak menyukainya, karena di dalamnya terdapat pertentangan batiniah. Orang dapat meragukan segalanya, tetapi orang tidak dapat meragukan bahwa ia ragu-ragu. Seseorang yang ragu-ragu sebenarnya ia berfikir dan seseorang yang berfikir sesungguhnya ia ada. Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia dan batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal pikiran manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kekayaan yang lebih tinggi.

Pada masa Skolistik

 Skolastik Awal
-       Peter Abaelardus (1079 – 1180)
Ia dilahirkan di Le Pallet, Perancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia termaksud orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artiya peranan akal dapat menundukkan kekuatan iman. Iman harus mau didahului akal
-       Johanes Scotus Eriugena (815 – 870)
Ia adalah seorang yang sangat ajaib sekali. Ia menguasai bahasa Yunani dengan amat baik pada suatu zaman orang banyak hampir tidak mengenal bahasa itu. Juga ia berhasil menyusun suatu sistem filsafat yang teratur serta mendalam pada suatu zaman ketika orang masih berfikir hanya dengan mengumpulkan pendapat-pendapat orang lain saja. Walaupun demikian ia masih juga dipengaruhi tokoh-tokoh lain, yaitu Augustinus dan Dionisios dari Aeropagos.
-       Anselmus dari canterbury (1033 – 1109)
Dilahirkan di Aosta, Piemont, yang kemudian menjadi uskup di Canterbury. Sekalipun sebagian karyanya di tulis pada abad ke-11, akan tetapi karena karyanya besar sekali pengaruhnya atas pemikiran Skolastik, maka tiada keberatan untuk untuk membicarakan tokoh ini sebagai termaksud tokoh abad ke-12. Dapat katakan bahwa ia adalah Skolastikus pertama dalam arti yang sebenarnya. Di antara karya – karyanya yang penting adalah “Cur deus homo” (Mengapa Allah menjadi manusia), Monologion, Proslogion, dll. Pemilam artkiran dialektika, atau pemikiran dengan akal, diterima sepenuhnya bagi pemikiran teologia. Akan tetapi bukan dalam arti bahwa hanya akallah yang dapat memimpin orang kepada kepercayaan, melainkan bahwa orang harus percaya dahulu supaya dapat mendapatkan penegrtian yang benar akan kebenaran
-       Petrus Abaelardus (1079 – 1142)
Dilahirkan di Le Pallet (dekat Nantes), di Perancis. Pandangan tajam sekali, akan tetapi karena kekerasan wataknya sering ia bentrokan dengan para ahli pikir lainnya dan dengan para pejabat gerejani. Jasa-jasanya terletak dalam pembaharuan metode pemikiran dan dalam memikirkan lebih lanjut persoalan-persoalan dialektis yang aktual. Metode yang dipakai adalah rasionalistis, yang menundukkan iman kepada akal. Iman harus mau diawali akal. Yang wajib dipercaya ialah apa yan telah disetujui akal dan telah diterima olehnya

Skolastika Puncak
-       Albertus mangunus (1203 – 1280)
Di samping sebaga birawan, Albertus mangunus juga dikenal sebagai cendikiawan abad pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai “doktor universalis” dan  “doktor magnus”, kemudian bernama Albertus mangnus (Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas Padua ia belajar artes liberalis, ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedokteran, filsafat Aristoteles, belajar teologi di Bologna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223, kemudia masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teknologi. Selain daripada itu ia juga mengantarkan ajaran Aristotelesdi Eropa Barat, yang oleh karenanya telah membuka keterangan yang baru bagi pemikiran Kristiani terhadap gagasan-gagasan dasar filsafat Aristoteles. Bahkan telah memperkuat pengaruh Neoplatonisme dengan keterangannya yang mengenai ajaran Dionision dan Areopagos.
-       Thomas Aquinas (1225-1274)
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Di samping sebagai ahli pikir, ia juga serang dokter gereja bangsa italia. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli, Italia. Tahun 1245 belajar pada Albertus Magnus. Pada tahun 1259 menjadi guru besar dan penasihat istana Paus. Karya Thomas Aquinas telah menanadai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada abad pertengahan. Ia berusaha untuk memebuktikan bahwa zaman Kristen secara penuh dapat dibenarkan dengan pemikiran logis. Ia telah menerima pemikiran Aristoteles sebagai otoritas tertinggi tentang pemikirannya yang logis.
Skolastik Akhir
-       William Ockham (1285 – 1349)
Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam pertengkaran umum denga Paus John XXII, ia dipenjara di Alvignon, tetapi ia dapat melarikan diri dan mencari perlindungan pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan Mendahlilkan bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda atau demi satu dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tanda abstrak. Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep – konsep atau kesimpulan – kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya lewat intuisi, bukan lewat logika.
-       Nicolas Cusasus (1401 – 1464 )
Ia sebagi tokoh pemikiran yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengena, yaitu lewat indra, akal, dan instuisi. Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjsad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat diketahui

TOKOH ATAU FILOSOF YANG HIDUP PADA MASA MODERN
Tidak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern tlah dimulai secara historis, zaman modern dimuali sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance. Renaisance berarti klahiran kembali, yang mengacu kpaa gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italia (pertengahan abad ke-14) tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempatan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Selain itu, juga dimaksudkan untuk mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah. Di samping itu, para humanis bermaksud meningkatkan suatu perkembangan yang harmonis dari keahlian-keahian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik. Renaissance akan banyak memberikan segala aspek realitas.
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pegetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance. Seperti Rene descartes, tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat modern. Rene Descartes juga seorang ahli ilmu pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti adalah sistem koordinat yang terdiri atas dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi. Charles Darwin dengan teorinya struggle for life (perjuangan untuk hidup).
Dalam era modern, yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-20, muncullah berbagai aliran pemikiran: Rasionalsme, Empirisme, Kristisisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.
  • · Pelopor aliran pemikiran:
a.       Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596 – 1650) yang desebut sebagai bapak filsafat modern.
b.      Sebagai tokoh empirisme adalah Thomas Hobbes, dan John Locke.
c.       Isaac Newton (1642 – 1727) dan Immanuel Kant (1724 – 1804) adalah tokoh dari Kristinisme.
d.      Pelopor Idealisme: I.G Fichte (1762 – 1814), F.W.J. Scheling ( 1775-1854), G.W.T. Hengel (1770-1831), Schopenhauer (1788 – 1860).
e.       Beberapa  tokoh positivisme: August Comte (1798 – 1857), John S. Mill (1806 – 1873), Herbert Spencer (1820 – 1903)
f.       Aliran evolusionisme dipelopori oleh seorang Zoologi yang mempunyai pengaruh sampai saat ini yaitu, Charles Robert Darwin (1809 – 1882). Ia mendominasi pemikiran filsafat abad ke-19.
g.      Tokoh dari materialisme adalah Julien de Lamettrie (1709 – 1751), Ludwig Feueurbach (1804 – 1872), dan Karl Marx (1818 – 1883).
h.      Wilhelm Windlband (1848 – 1915), Herman Cohen (1842 – 1918), Paul Natrop (1854 – 1924), Heinrich Reickhart (1863 – 1939) adalah tokoh dari Neo-Kantianisme.
i.        Tokohnya pragmatisme adalah William James (1842 – 1910).
j.        Tokoh dari filsafat hidup adalah Henry Bergson (1859 – 1941), dan John Dewey (1859 – 1952).
k.      Tokoh dari fenomenologi adalah Edmund Husserl (1839 – 1939), dan pengikutnya Max Scheler (1874 – 1928).
l.        Pelopor dari eksistensialisme adalah Soren Kierkegaard (1813 – 1855), Martin Heidegger, J.P.Sartre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel.
m.    Aliran yang mengikuti neo-thomisme adalah paham Thomas Aquinas.

PEMIKIRAN TOKOH
a) Rasionalisme
Rene Descartes yang mendirikan aliran rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal. Pengetahuan yang diperoleh lewat akal yang memenuhi syarat yang dituntut oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah. Dengan akal dapat diperoleh kebenaran dengan metode deduktif. Latar belakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (skolastik), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu menangan hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dipahami. Apa yang ditanam Aristoteles dalam pemikiran saat itu juga masih dipengaruhi oleh khayalan-khayalan.
b) Empirisme
- Thomas Hobbes
Ia seorang ahli inggris lahir di Malmesbury. Pada usia 15 tahun ia pergi ke Oxford untuk belajar logika Skolistik dan fisika, yang ternyata gagal, karena ia tidak berminat sebab gurunya beralih Aristotelian. Sumbangan yang besar sebagai ahli pikir adalah suatu sistem materialistis yang besar, termaksuk juga perikehidupan organis dan rohaniah. Dalam bidang kenegaraan ia mengemukakan teori Kontak Sosial yaitu manusia mempunyai kecenderungan untuk mempertahanakan diri. Pendapatnya adalah bahwa ilmu filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya umum. Sasaran filsafat adalah fakta. Segala yang ada ditentukan oleh sebab, sedangkan prosesnya sesuai dengan hukum ilmu pasti atau ilmu alam.

-   John Locke
Ia dilahirkan di Wrington, dekat Btistol, Inggris. Di samping ahli hukum, ia juga menyukai filsafat dan teologi mendalami ilmu kedokteran dan penelitian kimia. Dalam penelitiannya ia memakai istilah sensation dan reflection Sensation adalah suatu yang dapat berhubungan dengan dunia luar, tetapi manusia tidak dapat mengerti dan meraihnya. Sementara itu, reflection adalah pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan kepada manusia, yang sifatnya lebih baik daripaada sensation. Tiap-tiap pengetahuan yang diperoleh manusia terdiri dari sensation dan relection. Walaupun demikian, manusia harus mendahulukan sensation. Mengapa demikian? Karen jiwa manusia di saaat dilahirkan putih bersih (tabula rasa) yaitu jiwa kosong bagaikan kertas putih yang belum tertulis. Tisak ada sesuatu dalam jiwa yang dibawa sejak lahir, melainkan yang membentuk jiwa seseorang.

c) Kristisisme
- Isaac Newton
Memberikan dasar-dasar berfikir dengan induksi, yaitu pemikiran yang bertitik tolak pada gejala-gejala dan mengembalikan kepada dasar-dasar yang sifatnya umum. Untuk itu dibutuhnkan analisis. Berperan dalam ilmu pengetahuan modern terutama penemuan dalam tiga bidang, yaitu teori Gravitasi, perhitungan Calculus, dan optika.


-   Immanuel Kant
Ia mencoba menyelsaikan persoalan di atas. Pada awalnya, Kant mengikuti rasionalisme, tetapi kemudian terpengaruh oleh empirisme (Hume). Walaupun demikian, Kant tidak begitu mudah menerimanya karena ia mengetahui bahwa empirisme terkadang skep-tisisme. Untuk itu, ia tetap mengakui kebenaran ilmu, dan dengan akal manusia akan dapat mencapai kebenaran. Akhirnya, Kant mengakui peranan akal dan keharusan empiri, kemudian dicobanya mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada akal (rasinalisme), tetapi adanya pengertian timbul dari benda (empirisme).

d) Idealisme
I.G Fichte (1762 – 1814), F.W.J. Scheling ( 1775-1854), G.W.T. Hengel (1770-1831), Schopenhauer (1788 – 1860). Apa yang dirintis oleh Kant mencapai puncak perkembangannya pada Hegel. Hegel lahir di Struttgart, Jerman. Pegaruhnya begitu besar sampai luar Jerman. Menjadi profesor ilmu filsafat sampai meninggal. Setelah ia mempelajari pemikiran Kant, ia tidak merasa puas tentang ilmu pengetahuan yang dibatasi secara kritis. Menurut  pendapatnya, segala peristiwa di sunia hanya dapat dimengerti jika suatu syarat dipenuhi. Ide yang berfikir itu sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerak lain. Artinya, gerak yang menimbulkan tesis, kemudian menimbulkan anti tesis (gerak yang bertentangan), kemudia timbul sintesis yang merupakan tesis baru, yang nantinya menimbulkan antitesis da seterusnya.

e) Positivisme
- August Comte
Ia lahir di Montpellier, Perancis. Sebuah karyanya dalah Cours de philosophia positive ( Kursus tentang filsafat tahap positif ) dan berjasa dalam menciptakan ilmu sosiologi. Menurut pendapatnya, perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap yaitu tahap teologis. tahap metafisis, dan tahap ilmiah/positif. Tahap teologis, manusia mengarahkan pandangan kepada hakikat batiniah (sebab pertama). Manusia percaya pada kemungkinan adanya sesuatu yang mutlak. Artinya, di balik setiap kejadian tersirat adanya maksud tertentu. Pada tahap metafisis manusia hanya sebagai tujuan pergeseran dari tahap teologis. Pada tahap ilmiah/positif, manusia telah mulai mengatahui dn sdar bahwa upaya pengenalan teologis dan metafis tidak ada gunanya. Pada akhir hidupnya, ia brupaya untuk membangun agama baru tanpa teologi atas dasar filsafat positifnya. Agama baru tanpa teologi ini menggunakan akal dan mendambakan kemanusiaan dengan semboyang “Cinta sebagai prinsip, teratur sebagai basis, kmajauan sebagai tujuan”.
f. Evoluisme
Pada tahun 1838 membaca bukunya Malthus An Essay on the Princple of Population. Buku tersebut memberikan inspirasi kepada Darwin untuk membentuk kerangka berfikir dari teorinya. Menurut Malthus, manusia akan cenderung meningkat jumlahnya (deret ukur), di atas batas bahan-bahan makanan (deret ukur). Dengan demikian, Darwin memberikn kesimpulan bahwa untuk mengatasi hal tersebut manusia harus  bekerja sama, harus berjuang di antara sesamanya untuk mempertahankan hidupnya. Karena  itu hanya hewan yang ulet yang mampu untuk menyelesaikan diri dengan iklim sekitarnya. Dalam pemikiranya, ia mengajukan konsepnya tentang perkembangan tentang segala sesuatu termaksud manusia yang diatur oleh hukum-hukum mekanik, yaitu survival of the fittest dan struggle for life. Pada hakikatnya antara bintang dan manusia dan benda apa pun tidak ada bedanya
g. Materialisme
Munculnya Positivisme dan Evolusionisme menambah terbukanya pintu pengingkaran terhadap aspek kerohanian. Julien de La mettrie mengemukakan pemikirannya bahwa bintang dan manusia tidak ada bedanya, karena semuanya dianggap sebagai mesin. Buktinya, bahan (badan) tanpa jiwa mungkin hidup (bergerak), sedangkan jiwa tanpa bahan (badan) tidak mungkin ada. Jantung katak yang dikeluarkan jiwa tanpa bahan (badan) tidak mungkin ada. Jantung katak yang dikeluarkan dari tubuh katak masih berdenyut (hidup) walau beberapa saat saja. Seorang tokoh lagi (Materialisme Alam) adalah Lugwig Feueurbach sebagai pengikut Hegel, mengemukakan satu-satunya asa kesusilaan adalh keinginan untuk mendapatkan kebahagiaan. Dari Mmaterialisme Histori/diaalektis, yaitu Karl Marx, nama lengkapnya Karl Heinrich Marx, dilahirkan di Trier, Prusia, Jerman. Sewaktu menjadi mahasiswa ia terpengaruh oleh ajaran Hegel dan dapat mencapai gelar doktor dalam bidang filsafat. Di kala ia berkawan dengan Bruno Bauer ia mendapatkan kekecewaan, tetapi setelah berkawan dengan Friedrich Engels di Paris, maka dengan kawanya itulah ia (tahun 1848) menyusun  Manifesto Komunist. Setelah itu, ia mejadi buronan politik dan diusir dan dipenjara di London, sampai meninggal dunia. Ia meninggalkan warisan sebuah karya terbesarnya, Das Kapital, yang terbit tahun 1867. Menurut pendapatnya, tugas seorang filosof bukan untuk menerangkan dunia, tetapi untuk mengubahnya. Hidup manusia itu ternyata ditentukan oleh keadaan ekonomi.
h. Neo-Kantianisme
Setelah Materialisme pengaruhnya merajalela, para murid Kant mengadakan gerakan lagi. Banyak filosof Jerman yang tidak puas terhadap Materalisme, Positivisme dan Materialisme. Gerakan ini di sebut Neo-Kantianisme. Tokohnya antara lain Wilhelm Windlband (1848 – 1915), Herman Cohen (1842 – 1918), Paul Natrop (1854 – 1924), Heinrich Reickhart (1863 – 1939). Herman Cohen memberikan titik tolak pemikiran mengemukakan bahwa keyakinan pada otoritas akal manusia untuk mencipta. Mengapa demikian, karena segala sesuatu itu baru dikatakan ‘ada’ apabila terlebih dahulu dipirkan. Artikan, ‘ada’ dan ‘dipikirkan’ adalah sama sehingga apa yang dipikirkan akan melahirkan isi pikiran.
i. Pragmatisme
Tokohnya William James lahir di New York, memperkenalkan ide-idenya tentang pragmisme kepada dunia. Ia ahli dalam bidang seni, psikologi, anatomi, fisiologi, dan filsafat. Pemikiran filsafatnya lahir karena dalam sepanjang hidupnya mengalami konflik antara pandangan ilmu pengetahuan dengan pandangan agama, ia beranggapan, bahwa masalah kebenaran tenang asal/tujuan dan hakikat bagi orang Amerika terlalu teoristis. Ia mnginginkan hasil-hasil yang konkert. Dengan demikian, untuk mengetahui kebenaran dari ide atau konsep haruslah diselidiki konsekuensi-konsekuensi praktisnya.
j. Filsafat Hidup
Tokohnya adalah Henry Bergson. Pada mulanya ia belajar matematika dan fisika. Karena ia mempunyai kepandaian menganalisis, muncul masalah baru dalam pemikiranya. Ia diharapkan pada masalah metafisika yang tidak tampak dan tempatnya di belakang ilmu pengetahuan. Itulah yang menyebabkan ia terjun ke dalam bidang filsafat. Pemikiranya, alam semesta ini merupakan suatu organisme yang kreatif, tetapi perkembangannya tidak sesuai dengan implikasi logis. Pemikiran filsafat Henry Bergson ini sebagai reaksi dari Positivisme, Materialisme, Subjektivisme, Relativisme. Ia mempertahankan kebebasan dan kemerdekaan kehendak. John Dewey, ia lahir di Brulington, dan sekaligus menjadi guru filsafat. Pemikirannya, tugas filsafat adalah memberikan pengarahan dalam tindakan hidup manusia. Untuk itu, filsafat tidak boleh berada dalam pemikiran metafisika yang tidak ada manfaatnya. Dengan demikian, filsafat harus berasaskan pada pengalaman, kemudian mengadakan penyelidikan dan mengolahnya secara kritis sehingga filsafat akan mampu memberikan suatu sistem norma-norma dan nilai-nilai.
k. Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang artinya gejala, yaitu suatu hal yang tidak nyata dan semua. Dan yan lebih penting dalam filsafat fenomenologi sebagai sumber berfikir yang kritis. Pemikiran yang demikian besar pengaruhnya di Eropa dan Amerika antara tahun 1920 hingga tahun 1945 dalam bidang ilmu pengetahuan positif. Tokohnya: Edmund Husserl (1839 – 1939), dan pengikutnya Max Scheler (1874 – 1928). Edmund Husserl lahir di Wina. Ia belajar ilmu alam, ilmu falak, matematika, kemudian filsafat. Akhirnya menjadi guru besar di Helle, Gottingen, Freiburg. Pemikiranya, bahwa objek/benda harus diberi kesempatan untuk berbicara, yaitu dngan cara deskriptif fenomenologis yang didukung oleh metode deduktif. Tujuannya adalah untuk melihat hakikat gejala-gejala secara intuitif. Sedangkan metode deduktif artinya mengkhayalkan gejala-gejala dlam berbagai macam yang berbeda. Sehingga akan terlihat batas invariable dalam situasi yang berbeda-beda. Sehingga akan muncul unsur yang tidak berubah-ubah yaitu hakikat. Inilah yang dicarinya dalam metode variasi eidetis.
l. Eksistensialisme
Kata Eksistensialisme berasal dari kata eks = ke luat, dan sistensi atau sisto = berdiri, menempatkan. Eksistensialisme merupakan alran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar pda eksistensiny. Artinnya, bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam dunia. Pelopornya adalah Soren Kierkegaard (1813 – 1855), Martin Heidegger, J.P.Sartre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel. Pemikiran Soren Kierkegaard mengemukakan bahwa kebenaran itu tidak berada pada suatu sistem yang umum tetapi berada dalam eksistensi yang individual, yang konkret. Karena, eksistensi manusia penuh dengan dosa, hanya iman kepada Kristus sajalah yang dapat mengatasi perasaan bersalah karena dosa.
m. Neo-Thomisme
Pada pertengahan abad ke-19, di tengah-tengah gereja Katolik banyak penganut paham Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti Paham Thomas Aquinus. Pada mulanya di kalangan gereja terdapat semacam keharusan untuk mempelajari ajaran tersebut. Kemudian, akhirnya menjadi suatu paham Thomisme, yaitu pertama, paham yang menganggap bahwa ajara homas sudah sempurna. Tugas kita adalah membrikan tafsir sesuai dengan keadaan zaman. Kedua, paham yang menganggap bahwa walaupun ajaran Thomas telah sempurna, tetapi masih terdapat hal-hal yang pada suatu saatbelum dibahas. Oleh karena itu, sekarang perlu diasakan penyesuaian sehubungan dengan perkembangan ilmu pegetahuan. Ketiga, paham yang mengganggap bahwa Thomas harus diikuti, akan tetapi tidak boleh beranggapa bahwa ajaranya betu-betul sempurna.
  
3.    Penerapan Filsafat Barat di Negara Indonesia
Dalam tradisi filsafat Barat di Negara Indonesia sendiri yang notabene-nya adalah bekas jajahan bangsa Eropa-Belanda (negara-negara Barat), dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu. Tema-tema tersebut adalah: Ontologi, Epistemologi, serta Aksiologi.
Tema pertama adalah ontologi. Ontologi membahas tentang masalah “Keberadaan” sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris ( Kasat Mata ), Misalnya: Mengenai keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya.
Tema kedua adalah epistemologi. Epistemologi adalah tema yang mengkaji tentang pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.
Tema ketiga adalah aksiolgi. Aksiologi yaitu tema yang membahas tentang masalah nilai atau norma sosial yang berlaku pada kehidupan manusia. Nilai sosial .
Dalam tradisi filsafat Barat, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu.

  Metafisika mengkaji hakikat segala yang ada. Dalam bidang ini, hakikat yang ada dan keberadaan (eksistensi) secara umum dikaji secara khusus dalam Ontologi. Adapun hakikat manusia dan alam semesta dibahas dalam Kosmologi.
  Epistemologi mengkaji tentang hakikat dan wilayah pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.
  Aksiologi membahas masalah nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan manusia. Dari aksiologi lahirlah dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas hidup manusia: etika dan estetika.
  Etika, atau filsafat moral, membahas tentang bagaimana seharusnya manusia bertindak dan mempertanyakan bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu dapat diketahui. Beberapa topik yang dibahas di sini adalah soal kebaikan, kebenaran, tanggung jawab, suara hati, dan sebagainya.
  Estetika membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Dari estetika lahirlah berbagai macam teori mengenai kesenian atau aspek seni dari berbagai macam hasil budaya.
Walaupun ajaran Filsafat Barat, erat hubungannya dengan agama Non-Muslim (Kristen), serta sering dikait-kaitkan dengan besarnya pengaruh yang ditimbulkan pada zamannya, akan tetapi dalam kenyataanya sekarang Negara Indonesia masih bisa meminamalisir keadaan tersebut, keadaan dimana negara Indonesia, menurut penelitian dari para ahli di bidangnnya menyatakan bahwa, Indonesia justru berada dalam kategori 5 besar negara dengan penduduk Mayoritas ber-agama Islam, tidak seperti apa yang diajarkan oleh para filsuf-filsuf pada Abad Pertengahan (Filsafat Barat), dimana ajaran mereka menyatakan dengan tegas bahwa, setiap perkataan, setiap perintah, bahwa setiap peraturannya yang di keluarkan olah seorang pendeta gereja adalah benarnya adanya, masyarakat di zamannya seperti berada dalam ‘abad gelap’ abad dimana mereka diibaratkan seperti sebuah robot yang harus mengikuti dan menjalankan perintah dari pemiliknya ‘Para Pendeta Gereja’. Dari segi persentase, Indonesia hanya miliki kurang dari 50% penduduknya yang beragama Non-Muslim ‘Kristen’.










BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan

1.    Apa yang dimaksud dengan filsafat barat?

Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Namun pada hakikatnya, tradisi falsafi Yunani sebenarnya sempat mengalami pemutusan rantai ketika salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh Negara.

2.         Siapa saja tokoh-tokoh filsafat barat?

Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.









B.     DAFTAR PUSTAKA
ü  Irmayanti Meliono, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan         FEUI
ü  P. A. Van Der Weij. 1991. Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia. Jakarta: PT.            Gramedia Pustaka Utama
ü  Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi. Jakarta : Suatu Pengantar,      Indeks,
ü  Tjahjadi, Simon Petrus L. 2004, Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius.
ü  Mudji Sutrisno dan F. Budi Hardiman. 2005. Para Filsuf Penentu Gerak Zaman.   Jakarta: BPK Gunung Mulia
ü  Irmayanti Meliono, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI. hal. 1
ü  Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Halaman 91
ü  Tjahjadi,Simon Petrus L., Petualangan IntelektualYogyakarta: Kanisius.2004
ü  Mudji Sutrisno dan F. Budi Hardiman. Para Filsuf Penentu Gerak Zaman. 2005. Jakarta. Penerbit: BPK Gunung Mulia
ü  Susan Lynn Peterson. Timeline Charts of The Western Church. 1957. Michigan. Penerbit: Zondervan Publishing House
ü  Mortimer J.Adler (ed.). Great Books of The Western World: 17 Aquinas:1. 1952. London. Penerbit: Encyclopedia Britannica, Inc.
ü  Kathleen Marie Higgins. 1999.
ü  Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 329-333.
ü  Jonathan H. Turner. The Emergence of sociological theory. 1981. Illinois: The Dorsey Press. Hlm. 165-19
ü  P. A. van der Weij. 1991. Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 125-132




Tidak ada komentar:

Posting Komentar